Februari 1990
Wanita itu menoleh ke arahku, melemparkan senyum manisnya, kemudian berjalan perlahan ke arah dimana aku duduk. Seorang gadis yang cantik, tubuhnya semampai, kulitnya putih, dengan rambut panjang sepantat, yang dibiarkanya tergerai meriap - riap dipunggungnya.
Dia adalah salah seorang pembaca tulisan - tulisanku, di tabloid Penasmara milik Radio Station Asmara. Hampir 2 bulan ini kami berkorespondensi ( pen : surat menyurat ), dan hari ini adalah pertemuan pertama Kami. Dalam surat - sutatnya dia mengakui, sangat mengagumi tulisanku, bahkan tanpa malu dia menuliskan Mas Win Idolaku.
Ketika langkahnya sampai, dia langsung menjulurkan tanganya,
" Saya Isabella Sonia Rhapsodinna, Mas ,"
kujabat tangan yang lembut itu sembari mempersilahkanya untuk duduk,
" Silahkan duduk...emh...Aku panggilnya apa ya ?, "
" Bella saja, Mas. Maaf, mas menunggu lama ya ? "
" Ah baru saja aku datang, mau aku pesankan makanan atau minuman ? ", kucoba menawarkan diri pada Bella sambil mencoba hendak beranjak dari kursiku
" Ah sudahlah, Mas. Aku akan memesanya sendiri, duduk saja disini....eemm mas Win pesan minuman atau makanan apa ? ", tiba - tiba Bella sudah berdiri disampingku, heem aroma farvum kelas mahal terhirup hidungku. Membuat fikiranku melayang, terbang kelangit yang...
" Maaaasss..., mau minum apa ?, "
kata - kata Bella menghempaskan lamunanku, kembali terduduk dikursi rombeng ini.
" Es jeruk saja, terima kasih "
Aku memperhatikan langkahnya menuju meja pemesanan, sungguh seperti sedang menyaksikan sesosok bidadari yang turun dari kayangan. Wajahnya mirip Sally Marcellina ( pen : artis terkenal era tahun 1990an ), bentuk tubuhnya selangsing Maudy Kiesnaidy ( pen : artis juga ), suaranya semerdu Siti Nurhaliza ( pen ; penyanyi pop 1990an ), sungguh sosok wanita idaman Laki - laki.
Setelah selesai memesan, Bellapun menempati kursinya kembali. Ia duduk tepat didepanku, hanya terhalang meja kecil itu. Percakapanpun cair seketika itu, apalagi setelah pesanan datang tenggorokanpun semakin lancar melontarkan kata dan tawa.
Satu jam berlalu, dari sedikit waktu itu sudah kutemukan kepastian dihatiku. Kepastian untuk segera mengungkapkan kekagumanku padanya, menyatakan rasa cintaku padanya. Akupun memajukan tempat dudukku, Bella menatapku penuh tanda tanya.
" Bella, boleh aku bertanya padamu ?
" Tanya apa, Mas ?, " kali ini Bella menatap mataku dengan tajam, seakan tak ingin terlewat sepatah katapun dariku.
( bersambung )
4 komentar:
Aseeeekkk... Deg deg serr... Typo nya kang
iyaa..majasi uda mampir
Ya Allah Pak Win, ini fiksi apa non fiksi nih? 😂
fiksi mbak...
Posting Komentar