Rabu, 27 Februari 2019

Garuda Muda Perkasa

diantara jutaan pasang mata menelanjangi tak dirasa
sekumpulan anak muda yang belum genap duapuluh lima
hanya sebelas saja yana ada di layar kaca
mereka berlaga atas nama bangsa dan negara tumpah darahnya

semangat berpacu bersama asa
tiada tampak kelelahan di raut wajah syuhada muda
berlari membawa bola merebut dari lawan yang lebih sentosa
peluh mereka tepercik dari raga yang perkasa

setengah masa mereka tiada mendapatkan laba
malah tersentak kecewa karena keteledoran jua
tetapi garuda muda tiada mematahkan arangnya
nerganti kuasa atas lawan berlaganya

tempik sorak menggelora di luar media kaca
suara bangsa bergemuruh menyambut pahlawan yang juara
setelah berpuluh tahun tiada terlihat kemampuannya

Senin, 25 Februari 2019

Kitab Suci

Kala pelupuk mata menyibak perlahan terbuka, semburat cahaya berduyun-duyun datang menyeruak menghantar keterang-benderangan nyata. Penampakan yang ada belum menjadi kenyataan sesungguhnya dari sebuah realita, hati tidak bisa memahami dengan segala panorama yang ada. Sedang berada dimanakah aku? Segala yang tampak di dalam penglihatanku semua terasa asing.

Dinding berwarna suci  disepanjang aku menyaksikannya, terlihat polos tanpa lukisan atau aksesori tergantung disana. Hanya terlihat sebuah jam dinding kesepian berdetak tergesa, warna kuning gadingnya terlihat kontras dengan luas yang ditempelinya. Disudut ruangan, disebuah rak buku kecil tertata rapi beberapa yang berdebu.

"Kau sudah bangun sahabat baru?!" sebuah suara mengejutkanku. Aku memandangi sekeliling ruangan, mencoba mencari tahu asal suara itu.

"Hai, disini! Diatas sini, aku adalah jam dinding yang sedang bertanya padamu!" seru suara itu, yang langsung kuikuti dengan tatapan mataku. Jam dinding tua, berdebu sangat tebal di seluruh tubuh rentanya.

"Hai Pak Jam dinding!" sapaku, setelah menemukan asal suara itu. Pak Tua Jam dinding itu tersenyum padaku.

"Panggil saja aku Saiko, itu nama yang diberikan penciptaku. Siapa namamu, buku muda?"

"Namaku Kitab Suci, Pak Saiko."

"Aku mengenal semua kitab suci, engkau kitab suci dari golongan apa?."

Aku tercenung sejenak mendengar pertanyaan Pak Saiko, ternyata aku baru menyadari jika mewakili suatu golongan. Ya, golongan yang dianut oleh pemilikku saat ini. Golongan yang mana aku juga tidak tahu, yang pasti bukan golongan yang selama ini ada.

"Oh, kamu ternyata bukan saudara diantara mereka yang masih lelap di raknya itu ya?"

"Bukan, Pak Saiko, Aku ini adalah Kitab Suci agama baru."

"Agama baru? Agama apa itu?"

"Agama Tradisi, Pak Saiko. Agama yang konon sudah ada, jauh sebelum agama-agama dari luar berdatangan ke pulau ini."

"Benarkah?! Aku hanya mengenal kelima agama yang ada saja sejak diciptakan, itupun dari cerita Kitab Suci yang masih terlelap itu."

"Mereka siapa saja, Pak Saiko?"

"Yang paling tebal berwarna  hijau itu Kitab Suci orang hijau, dia mengajarkan bahwa Tuhan itu Tunggal atau Esa."

"Yang berwarna Hitam bertuliskan Putih itu kitab orang Hitam, dia mengajarkan Tuhan itu Tri Tunggal."

"Yang berwarna Kuning bertuliskan Hitam itu kitab orang Kuning, dia mengajarkan Tuhan itu Budi Pekerti."

"Yang berwarna Putih bertuliskan Hitam itu kitab orang Putih, dia mengajarkan Tuhan itu Tiga Kesatuan yang tidak terpisahkan."

"Tubuhmu berwarna Hitam dan tulisanmu berwarna Hitam, apakah dirimu juga menerangkan tentang Tuhan?" tanya Pak Saiko, sambil menatap ke arahku.

"Iya, Pak. Aku juga menjelaskan tentang siapa Tuhan sesungguhnya." jawabku sambil menatapnya balik.

"Jika demikian, ceritakanlah padaku."

"Tuhan bagi kami, dia ada disetiap mahluk ciptaan-Nya. Ibarat Matahari di atas padang luas, jika dibawahnya terdapat sejuta cawan, atau mangkok, atau bejana, yang kesemuannya diisi air, maka semuannya akan menempakkan bayangan Matahari itu. Hanya wadah yang kosong terlihat terang, tetapi tidak menampakkan bayangan Mataharinya. Air bagi kami adalah perlambang hidup, didalamnya selalu ada bayangan Tuhan."

"Jadi, begitu menurutmu. Kalau  begitu, apakah kita juga termasuk wadah yang berisi air di bawah terik Matahari, di tengah padang yang luas?"

"Tentu saja kita seperti wadah berisi air itu, Pak Saiko. Tetapi kita tidak bertempat di bawah Matahari, kita diciptakan di bawah atap-atap dan penghalang. Jika kita melihat bayangan di air, hanya tampak mesin, dan tangan-tangan manusia."

"Jadi, menurutmu... Tuhan kita itu Manusia? Yang menciptakan kita sesuai dengan kehendaknya? Memberikan tugas dan kewajiban untuk kita laksanakan secara berbeda-beda?."

"Anda benar, Pak Saiko."

Suasana tiba-tiba menjadi sunyi, sepi, senyap, hening, hanya bunyi jantung tua jam dinding itu saja yang berdetak memenuhi aura kamar itu. Semuanya diam, tak lagi bicara. Karena terdengar bunyi langkah kaki, tergesa mendekati mereka yang menutup rapat.

(Tamat)

Minggu, 24 Februari 2019

Pendana

Rumah temanku ini menghadap ke utara, kehamparan persawahan luas membentang. Hanya dibatasi oleh jalan kecil, dan sungai kecil dimana mengalir air yang jernih.

Semalam aku tidur di rumah ini, setelah hampir semalaman kami berdiskusi tentang sejarah, kebudayaan, tradisi, dan perkembangan terbaru bangsa. Entahlah, setiap bertemu dia selalu seperti mengulangi kembali sejarah di masa lalu. Watak dan sikapnya sudah seperti itu, sejak kami berteman pertama kali tahun 1985 sebagai murid baru SMP. Hanya penyampaiannya saja yang mungkin sedikit berbeda, tentu karena pengalaman dan faktor usia. Yang terakhir tampak jelas.

Jadi teringat sebuah ungkapan dari falsafah orang Jawa ciri wanci ginawa mati, yang artinya ciri khas dari seseorang itu tidak akan hilang sebelum orangnya meninggal. Dan lebih spesifik lagi tentang ciri khas ini adalah apa yang disebut pendana, sama juga artinya adalah kebiasaan yang dilakukan seseorang. Biasanya, lebih cenderung kepada kebiasaan khusus yang tidak dilakukan oleh semua orang. Misalnya, selalu mengendus  makananan sebelum memakannya. Ini tidak dilakukan oleh semua orang, bahkan ada yang melihatnya sebagai tindakan yang tidak baik. Dan dari beberapa puluh tahun hasil pengamatanku, pendana ini sebenarnya bisa hilang dengan, jika ada orang lain yang ikut merubah atau membantu merubah kebiasaannya itu.

Misalnya, seorang Ibu yang melihat kemunculan pendana dari anak balitanya yang suka mengeryitkan alis dengan tanpa alasan. Sang ibu dapat merubahnya dengan kata-kata halus, dan memberitahukan kegunaan mengernyitkan alis yang tepat pada saat bagaimana. Kebanyakan peringatan verbal ini terbukti ampuh, untuk menghilangkan si pendana ini. Pada kasus-kasus tertentu, aku juga masih melihat pendana dari seseorang yang sangat aneh, dan setelah berpuluh tahun tidak juga hilang. Sebuah pendana, yang akan menyebabkan seseorang mengenalinya dalam penyamaran sekalipun.

Di bawah ini aku akan sebutkan beberapa pendana aneh, yang bertahan selama puluhan tahun, yang dialami teman dan sahabat masa kecilku dulu hingga sekarang.

1. Mencium ujung rambutnya sendiri.
Ini adalah kebiasaan Aminarti semenjak kecil, dia selalu mencium sejumput kecil ujung rambutnya sendiri setiap dalam kondisi melamun. Walaupun sekarang dia mengenakan kerudung, ternyata dalam keadaan tidak sadar dia dapat menemukan ujung rambutnya untuk dicium ketika sedang melamun.

2. Menggosok-gosokkan lengannya ke hidung.
Kebiasaan ini dilakukan sahabatku Tanoyo, sejak kecil. Tapi aku baru mengetahuinya setelah berteman dengannya di SMP, itu dilakukannya spontan tanpa menunggu moment apapun. Pernah aku bertannya kenapa dia melakukan itu, jawabnya karena sepertinya dia merasa lubang hidungnya jadi mengecil kalau tidak sering digosoknya dengan lengan.

3. Meludah
Nah ini kebiasaan atau pendana yang dialami temanku Waskito, dia suka tiba-tiba meludah di sembarang waktu dan kesempatan. Orang ini memang sangat jatang aku kumpulin, dan jarang sekali aku berlama-lama mengobrol dengannya karena pendananya itu. Dalam semenit saja dia sanggup meludah sepuluh kali, bayangkan jika berkumpul dengannya satu jam saja. Mungkin di mulutnya ada kebun jeruk, karena dia beralasan mulutnya selalu terasa asam jika dia tidak meludahkannya.

4. Menggaruk selangkangan.
Wadhuh, ini memang sungguh-sungguh sangat tidak sopan jika diperhatikan. Si Rukiyah teman mulai SD, SMP, SMA itu memiliki pendana ini. Dia akan dengan tanpa sadar menggaruk-garuk selangkanganya saat dia bengong, atau sedang tidak fokus pada sesuatu. Dalam keadaan berdiri, bahkan sangat mengerikan saat pendana itu muncul ketika dia duduk. Dia dengan tanpa merasa bersalah menegakkan lututnya sebagai tumpuan, lalu dengan nyaman menggaruk selangkangannya di muka umum. Mungkin kebiasaannya ini juga yang menyebabkannya hamil di kelas 2 SMA, tetapi tentu saja hamil dengan suaminya yang menikahinya langsung saat itu juga.

5. Pingsan saat bertemu wanita yang dicintainya.
Hahaha, ini yang paling seru... Darminto tidak akan bisa menyembunyikan kekaguman serta rasa cintanya kepada seorang wanita dengan pendananya ini. Dia adalah teman SMP, yang juga pernah selama setahun menjadi teman sebangkuku. Dari pertemananya itulah aku tahu pendana aneh dan lucu ini, dan sialnya lagi, dia gampang jatuh cinta kepada seseorang. Seingatku, sudah puluhan kali dia pingsan di muka umum.

Jatuh cinta pada guru muda Pengajar Kesenian, Darminto selalu pingsan saat mata pelajaran disampaikan. Jatuh cinta dengan anak Bu Kantin yang bersekolah di SMP lain. Ketika dia datang membantu berjualan Ibunya di Kantin, Darminto pasti ditemukan pingsan sebelum masuk atau di bangku pojoj kantin.

Dan yang sangat fenomenal adalah kisah saat dia jatuh cinta dengan Istrinya ini, dia selalu apel kerumah pujaannya dengan membawa seorang teman. Karena sepuluh menit setelah bercakap-cakap dengan pujaannya, dia pasti segera pingsan dengan sangat tidak meninggalkan pesan. Si teman akhirnya yang meboncengnya pulang ke rumah.

Tetapi kudengar kebiasaan itu akhirnya menghilang, setelah dia di temukan pingsan di warung janda muda bekas penyanyi dangdut. Sang istri menyusulnya kesana, dan tanpa menunggu suaminya siuman... dia langsung menghajarnya dengan sapu lidi. Sungguh ajaib, Darminto langsung siuman dan lari terpontang-panting menghindari amukan istrinya. Dia ketahuan sedang jatuh cinta, dengan janda pemilik warung yang bahenol itu. Ashiaaap!!! Ini hanya Fiksi. Jika terjadi kesamaan nama, tempat,  dan kejadian yang sama, itu bukan satu kesengajaan.

(Tamat)

Sabtu, 23 Februari 2019

Dikutuk Mitos

Setelah 20 tahun lamanya tidak saling bertemu, tiga orang sahabat yang dahulu tergabung dalam satu team Pecinta Alam, akhirnya memutuskan untuk mengadakan reuni. Mereka dulu tergabung dalam PA (Pecinta Alam) Mayapadapala, bermarkas di Gunung Gangsir, Pasuruan, Jawa Timur.

Setelah ekspedisi terakhir ke Gua Kucing, di Desa Sumberasih, Kecamatan Mayangan, Probolinggo, yang terletak di sebuah pulau kecil bernama Pulau Gili. Mereka berlimapuluh memutuskan untuk menghentikan kegiatan kependakian, ekspedisi, dan camping, dengan berbagai alasan-alasan pribadi. Sebagian besar anggota memang bukan berasal dari Pasuruan, banyak yang dari Malang, Probolinggo, Sidoarjo, Kediri, Blitar, bahkan Ketuanya berasal dari Ngapohon

Memang dari kelimapuluh orang itu hanya empat orang yang seakan bersaudara, di setiap kegiatan, mereka selalu ada bersama. Malon dari Malang, Pasto dari Pasuruan, Bliko dari Blitar, dan Nato dari Nganjuk yang berwajah paling mengenaskan diantara keempatnya. Tapi dia adalah ketua dan Komandan team.

Tanpa diketahui anggota yang lainnya, mereka memiliki rahasia tersendiri. Sebagai seorang pendaki, banyak kisah perjalanan yang sudah mereka koleksi. Tergigit ular, kena bulu ulat, dikejar anjing liar, termakan nyamuk waktu menguap, itu sudah biasa, hanya satu yang sangat mereka hindari.

Menginjak kodok saat pendakian, mitosnya sungguh sangat menakutkan. Barang siapa menginjak kodok di tengah hutan atau pegunungan, kelak jika menikah akan mendapatkan pasangan yang buruk rupa. Dan semua pendaki, atau pecinta alam manapun pasti pernah mendengar cerita ini, dan rata-rata mereka mempercayai mitos tersebut.

Dan sialnya, tiga orang dari empat sekawan itu pernah menginjak kodok. Kecuali Nato yang memang sudah buruk rupa, kodok juga pasti akan lari terpontang-panting menghindari injakan kaki pemuda tonggos itu. Tanpa menginjak kodok pun ketiga temannya sudah yakin, Nato pasti kesulitan mendapatkam jodoh yang berwajah tidak buruk.

Setelah duapuluh tahun berpisah, suatu hari mereka bertemu di rumah salah seorang diantaranya. Setelah bercengkerama, bersenda gurau, melepaskan segala kerinduan, mereka merencanakan reuni pendakian hanya mereka berempat bersama istri masing-masing. Kebetulannya, keempat istri mereka itu juga bekas pendaki dan pecinta alam. Tetapi keempat pasangan itu,juga belum sekalipun pernah bertemu dengan pasangan lainnya. Akirnya mereka sepakat, mereka berkumpul lagi untuk pergi mendaki bukit kenangan. Hari dan jam sudah disepakati, sebelum akirnya mereka pulang ke rumahnya masing-masing.

*****

Tibalah hati yang di tentukan, Nato sampai di tempat pertemuan terlebih dahulu. Sambil menunggu kawan-kawannya datang, istri Nato berinisiatip memesankan kopi di sebuah warung satu-satunya di tempat itu. Nato menyetujuinya.

Sebentar kemudian terlihat Pasto datang dengan sepeda motor trailnya, motor itu terseok-seok karena tak kuasa menahan beban di pundaknya. Nato bergidik melihat istri Nato yang badannya sebesar gorilla, dengan pakaian kedombrangan dia terlihat 'sungguh mengerikan'. Pasto kemudian berjalan mendekati Nato yang gemetaran, dan bergumam jelas di telinganya.

"Itu akibat aku menginjak kodok di Gunung Pandan, dulu!"

Nato mengangguk dengan iba kepada sahabatnya itu. Sementara itu dari jauh tampak sepeda motor trail Bliko memasuki tempat pertemuan, dia membonveng seorang wanita yang sangat langsing. Tetapi ketika wanita itu melihat ke arah Nato dengan gigi 'super tonggosnya', berpadu dengan rambut tipis semi rontok yang di cat warna hijau. Itu cukup untuk membuat tubuh Nato tetpelanting jatuj, karena saking kaget dan terkejutnya. Bliki pun menghampiri Nato dan Pasto yang masih terengah-engah karena keterkejutannya, cengan menunduk dia berkata lirih.

"Itu yang kudapatkan karena menginjak kodok, dulu di Gunung Batok!"

Nato dan Pasto hampir meneteskan air mata, mendapati kenyataan pilu penderitaan sahabatnya itu. Mereka bertiga berangkulan sebentar sebagai tanda saling simpati, sebelum akirnya terdengar lagi suara motor. Ternyata itu suara motor malon, mereka bertiga mencoba mendekat. Tampak Malon dengan gagahnya memboncengkan seorang wanita yang semampai, memakai jaket dan celana kulit bagaikan rocker. Rambut wanita itu terurai menyembul dari sela-sela helm yang dipakainya, hitam legam meriap di bawah bahunya. Tetapi begitu Malon membuka helm istrinya, langsung terdengar jerit histeris dari istri Pasto dan Bliko. Melihat wajah keriput nenek-nenek 65 tahun yang di bonceng Malon itu. Ketiganya pun hampir berlari ketakutan dan memanjat sebuah pohon, sebelum tangan kekar Malon mencengkeram kedua bahu sahabatnya itu. Sambil membisikkan sebuah geraman di telinga mereka.

"Itu karena aku menginjak kodok di Gunung Merapi dulu!"

Mereka berempatpun saling berangkulan, dengan segala gundah gulananya hati mereka. Kutukan dari mitos itu benar-benar terjadi atas mereka, itulah kutukan dari setiap kodok yang mereka injak di masa lalu. Dalam satu kesempatan bersamaan mereka menyadari, hanya Nato yang belum memperlihatkan istrinya kepada mereka.

"Mana istrimu, To?" tanya Malon dengan suara beratnya,"istrimu pasti lebih parah dari istri-istri kami. Karena, kamu yang sering menginjak kodok di manapun kita mendaki!"

"Aku tidak pernah menginjak kodok sekalipun , disetiap pendakian kita. Aku kan selalu berpura-pura pingsan, biar kalian menggendongnya!" jawab Nato dengan garang. Semua temannya melongo dengan jawaban si merongos itu, mereka selama ini cuma dibodohin saja ternyata.

"Jadi, kamu tidak pernah menginjak kodok sekalipun karena kami menggendongmu, sementara kami mendapat kutukan karena menginjaknya?!" tanya Bligo juga merasa geram.

"Aku yang menginjak kodok, di Gunung Kembar! Bahkan aku menginjaknya dua kali!" tiba-tiba mereka terkejut dengan suara lantang seorang seorang wanita, bersama-sama mereka menoleh ke arah suara itu. Dan melihat seorang wanita yang sangat cantik jelita, wajahnya tidak asing bagi mereka.

"Inneke Anissa!" mereka bertiga berseru dengan keterkejutan dan ketidak percayaannya, semua penfaki pasti mengenali wanita vantik itu. Inneke Anissa Putri adalah anggota atau member dari PPC (Pendaki Pendaki Cantik), dia juga salah satu pembawa acara dari televisi swasta yang menayangkan kegiatan team PPC.

"Aku mendapat pasangan Nato, karena aku menginjak kodok di Gunung Kembar!"

Pasto, Bliko, dan Malon, dengan wajah marah padam memandangi wajah buruk Nato yang tersenyum-senyum bahagia. Mereka menyerbunya beramai-ramai, menjatuhkannya di rerumputan, menindihnya bertumpuk tiga, membuat si buruk bernasip baik itu ngap-ngapan tidak bisa bernafas.

"Ini untuk telah mencelakakan kami, sehingga kami menginjak kodok!"

"Ini juga untuk menebus kesialan-kesialan, dan penderitaan kami, selama duapuluh tahun ini!"

"Juga untuk membalaskan kesialan, kehinaan, ketidak beruntungan, dan penderitaan Inneke Anissa selama engkau peristri!"

"Hahahaha!" mereka menikmati keceriaan bergumul itu untuk beberapa saat, sebelum dengan suara merdu Inneke membuyarkan mereka.

"Sudah, bercandanya. Mari kesini semua, kita sarapan dengan kopi hangat dan kue pancong buatanku ini!"

Dan merekapun berlarian menuju arah istri Nato, mendampinginistri-istri mereka yang luar biasa. Dan sudah melupakan tentang kutukan menginjak kodok itu.

(Tamat)

Jumat, 22 Februari 2019

Merpati Jantan Itu Peselingkuh!

Banyak literatur dan media telah menceritakan mengenai kesetiaan binatang terhadap majikannya, namun bagaimana dengan terhadap sesama mereka? Berikut ini adalah 10 hewan paling setia di dunia dimana dikatakan bahwa mereka hanya kawin 1 kali untuk seumur hidup, bahkan sering sekali dijadikan lambang kesetiaan.

Walaupun begitu ada beberapa orang yang berargumen bahwa monogami dalam dunia hewan hanyalah sebuah mitos belaka. Sama halnya seperti pada manusia jika dicari akan ada hewan yang memiliki banyak pasangan dan kawin banyak kali demi ketahanan hidup mereka. Tapi tetap saja tidak ada salahnya kita mengetahui 10 hewan yang sering dijadikan perlambang cinta berikut ini. Benar atau salah, persepsi umum dunia tetap merupakan suatu hal yang dipercaya benar oleh banyak orang.

1. Angsa

Banyak dari Anda pasti pernah melihat gambaran angsa seperti di atas bukan? Ya, ini karena angsa sering sekali dijadikan simbol cinta dan kesetiaan. Ini karena kebiasaan mereka untuk menggabungkan kepala mereka bersama membentuk sebuah gambaran berbentuk hati. Mereka juga sangatlah terkenal sebagai hewan setia yang monogamus.

Walaupun hal ini sudah sangatlah umum, dalam beberapa kasus mereka juga diketahui akan "bercerai." Alasannya adalah karena kegagalan bersarang, pasangannya mati, atau menjadi mangsa predator. Jika begitu maka seekor angsa diketahui akan mencari pasangan lain, namun apabila semuanya berjalankan dengan baik mereka akan setia satu sama lainnya seumur hidup mereka.

2. Penguin Kaisar

Walaupun Penguin Kaisar atau lebih dikenal sebagai Emperor Penguin sering dikutip sebagai hewan yang sangat setia kepada pasangan mereka, sebagaima lucupun mereka pada kenyataannya mereka hanya monogami per tahunnya. Maksudnya adalah sepasang penguin hanya akan bertahan dengan pasangan mereka untuk 1 tahun, kemudian di tahun berikutnya saat sedang musim berkembang biak si penguin akan mencari pasangan lainnya.

Uniknya seorang peneliti juga menemukan bahwa ada saja penguin yang berpasangan lagi dengan pasangan yang sama dan itu terbukti bertahan sampai 16 tahun lamanya. Itulah baru namanya cinta yang setia.

3. Rayap

Melihat hewan-hewan lainnya di daftar ini mungkin tidak membuat Anda terkejut tapi percayakah Anda bahwa serangga seperti rayap juga termasuk di antara mereka? Bahkan pada kenyatannya mungkin saja yang paling setia. Dari sebuah koloni rayap yang begitu banyak dan sangat besar ada kisah cinta tragis mereka sendiri. Seekor ratu serangga hanya akan kawin sekali dengan rayap jantan, menyimpan gamet seumur hidup sebagai ratu, sedangkan si rayap jantan tidak lama kemudian akan mati, tidak pernah kawin lagi.

Namun di koloni rayap tertentu ditemukan bahwa dalam jangka hidup yang lebih panjang, ada struktur kesetiaan seperti hanya akan ada seekor "ratu" dan seekor "raja", yang bersama-sama akan melahirkan keseluruhan koloni.

4. Serigala

Dalam dongeng modern, serigala sering sekali digambarkan sebagai hewan yang licik dan digambarkan sebagai hewan yang jahat. Kenyatannya mereka memiliki kehidupan berkeluarga yang mungkin lebih setiap daripada hubungan relasi manusia. Pada umumnya, sekumpulan serigala akan berisikan seekor serigala jantan, seekor serigala betina, anak-anak mereka, dan diulang lagi. Hal ini sangatlah serupa dengan keluarga nuklir (keluarga inti: ayah, ibu, anak) pada manusia.

5. Elang Laut

Elang Laut yang lebih dikenal dunia sebagai albatross adalah burung yang sering sekali dijumpai di lautan. Sebagai hewan yang selalu terbang mengitari laut maka tentu perjalanan mereka bukanlah perjalanan yang pendek, tapi walaupun begitu burung-burung ini akan terus ekmbali ke tempat yang sama untuk menunjukkan bahwa mereka termasuk salah satu hewan paling setia di dunia. Pada saat musim kawin, mereka akan kembali ke tempat berkumpul mreka untuk berpasangan kembali dan hal ini dikatakan akan terus terjadi hingga akhir hidup mereka.

Ada sebuah cerita oleh seorang fotografer Australia yang menuliskan kisah mengenai seekor elang laut kesepian. Fotografer ini memberikan catatan bahwa sepanjang waktu ia memantau elang laut tersebut yang ia dapatkan adalah perasaan kesepian. ternyata pasangan burung itu telah mati, mungkin karena predator atau kelelahan, apapun alasannya pasangannya ini akan terus kembali ke tempat yang sama menunggu kekasihnya yang tidak kunjung muncul.

6. Berang-Berang

Berang-berang sering digambarkan sebagai hewan yang sangat berdedikasi terhadap keluarga mereka dan itu juga membuat mereka digambarkan sebagai binatang yang setia terhadap pasangan mereka. Dikatakan bahwa sepasang berang-berang akan secara aktif membesarkan anak-anak mereka hingga anak-anak mereka berumur 2 tahun. Anak-anak itu kemudian akan pergi untuk mencari keluarga mereka tersendiri, membangun bendungan mereka sendiri, dan mengulang siklus kesetiaan ini lagi.

7. French Angelfish

Salah satu ikan yang sangat menyukai kebersamaan pasangan mereka adalah ikan French Angelfish. Baik dalam hal tempat tinggal, berkelana, hingga berburu, semuanya dilakukan bersama-sama dengan kekasih pilihan mereka. Hubungan mereka begitu setia hingga sering ditemukan bahwa mereka berpasangan untuk seumur hidup, bahkan dikatakan dalam suatu kasus saat 1 ekor french angelfish meninggal maka pasangannya akan memilih hidup dalam kesendirian.

8. Elang Botak

Saat seekor elang botak atau bald eagle menemukan pasangan mereka, maka mereka akan hidup bersama pasangannya tersbut untuk selamanya. Saat migrasi mereka akan hidup menyendiri namun saat musim kawin datang, mereka akan kembali ke pasangan mereka yang sama. Mungkin inilah rahasia dari hubungan yang bertahan lama, sesekali menjauh namun juga tidak melupakan kebersamaan yang romantis.

Walaupun begitu ada beberapa kasus ditemukan elang botak akan mencari pasangan lainnya. Serupa dengan kasus poligami pada angsa, alasannya adalah karena kematian si pasangan atau juga tidak adanya keturunan. Selain dari hal ini biasanya mereka ditemukan akan hidup dengan pasangan yang sama untuk selamanya.

9.  Burung Nasar Hitam

Burung Nasar hitam atau burung bangkai hitam juga hanya kawin sekali untuk seumur hidup mereka. Bahkan dikatakan hal ini berlaku sampai pada batas terlalu protektif dimana apabila ditemukan pasangan mereka tidak setia maka pasangannya yang lain akan menyerang pasangannya yang tidak setia itu. Mungkin ini karena burung nasar hitam memang adalah burung yang relatif agresif. Mereka tidak menyukai ada burung lain yang memasuki teritori mereka dan untuk melindungi makanan serta keluarga mereka, mereka akan menyerang burung tersebut termasuk jika burung itu adalah burung nasar hitam juga.

10. Siamang

Siamang atau gibbons yang merupakan kera hitam berlengan panjang dan merupakan hewan epidemik Sumatera, Thailand, dan Malaysia ini memiliki hubungan berkeluarga yang menyerupai manusia. Perbedaannya adalah mungkin mereka lebih setia daripada kita ini karena pada umumnya dikatakan bahwa mereka adalah salah satu hewan yang juga setia terhadap pasangan mereka. Si jantan dan si betina akan menghabiskan waktu membersihkan satu sama lainnya dan bergantungan di pohon.

Namun riset terakhir juga menemukan bahwa kehidupan keluarga Siamang yang diperkirakan lebih baik dari kehidupan berkeluarga manusia ternyata tidaklah jauh berbeda. Ditemukan juga bahwa si pejantan terkadang akan meninggalkan pasangan mereka dan mencari pasangan lainnya.

Nah, mungkin Anda bertanya-tanya dalam hati. Kenapa Merpati tidak termasuk ke dalam jajaran hewan-hewan diatas, padahal merpati juga digambarkan memiliki kesetiaan pada pasangannya melebihi hewan lain.

Gambar burung merpati juga dijadikan lambang cinta yang abadi, bahkan seorang penggubah pernah membuat lagu Merpati Tak Peenah Ingkar Janji yang dinyanyikan Pharamitha Rusady. Ternyata setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, merpati bukanlah termasuk penganut poligami yang setia.

Aku mengamati seekor merpati jantan dengan 9 merpati betina yang dipelihara tetanggaku, ternyata merpati jantan juga mengawini lima sampai enam ekor merpati betina di depan mata kepala pasangan tunggalnya/istrinya. Bahkan salah satu yang dikawininya itu adalah, yang menelurkan dia ke dunia ini. Huh, parah banget.

Sumber: TahuPedia.com
Ditulis ulang tanggal 23 Februari 2019

Keluarga Aneh

Sebenarnya aneh melihat kehidupan keluarga ini, bahkan terlihat sangat aneh dengan keseharian mereka bagi yang peryama kali melihatnya.

Coba kamu diam di pojok ruangan, sebagai seseorang yang diam-diam menguping percakapan mereka. Kamu adalah orang asing yang baru pertama kali masuk di rumah itu, dan bahkan belum pernah bertemu pemiliknya sama sekali. Tidak tahu berapa orang penghuninya, bagaimana hubungan kekerabatan mereka. Mari kita dengarkan percakapan ini, diam jangan bersuara.

"Ayahnya Nova, apa melihat tumpukan novel yang di meja dekat komputer?" terdengar suara seorang wanita bertanya.

"Ah maaf, Ibunya Doni. Coba tanyakan kepada Suhendro Putro atau Lusiana Putri, kulihat mereka tadi ada di sekitar tempat itu. Atau mungkin sufah diberesin sama, Bibi Jauh." sahut seorang pria.

"Suhendro Putro! Kamu melihat tumpukan novel di meja sini, kah?" terdengar seru wanita yang bertanya kepada pria tadi.

"Aku tidak melihatnya, Ibu Suhendro." jawab suara yang berbeda dari suara yang menjawab pertama tadi.

"Lusiana Putri! Kamu melihatnya?" ulang wanita itu.

"Iya Ibu Suhendar, aku memindahkannya ke dekat rak buku di ruang tamu." jawab sebuah suara yang terdengar paling kecil.

"Sudah kukembalikan kedalam susunan buku yang lain, tadi!' tukas suara lain dari seorang wanita.

Sampai disini dulu, sudah bisa membuat perincian? Siapa saja yang sedang bercakap-cakap di ruangan itu, sebutkan nama-nama mereka.

Kamis, 21 Februari 2019

Kesurupan Janda

Suara kumandang adzan terdengar menggema di udara Kampung Slingkujaya, khikmad suasanapun tergambar secara nyata. Berbondong-bondong warga menuju satu-satunya mushola di tempat itu, kesan bersih dan suci tergambar dari penampilan mereka yang pergi beribadah.

Sungguh lain dengan kondisi Supardi, di jam yang seharusnya orang melaksanakan ibadah, justru dia baru pulang dari entah kemana. Suara sepeda motor dua taknya mencoba menyaingi kumandang adzan, dan asap dari kenalpot bututnya itu coba meracuni penciuman seluruh warga. Sejak menjual dua ekor kambingnya dua hari yang lalu, dia menjadi terbiasa pulang agak larut. Sebelumnya dia selalu aktif pulang selepas ashar, setelah menyelesaikan pekerjaanya sebagai kuli bangunan.

Suasana gaduh dan hiruk pikuk kendaraannya baru berhenti, ketika dia mematikan mesin sepeda motornya. Dengan malas dia memarkir kendaraan tuanya itu di halaman rumah, kemudian dengan malas juga dia menghempaskan pantat duduk di kursi reot teras rumahnya. Dia takkan menemukan istri tercintanya di rumah pada jam begini, karena Pairah istrinya itu pasti sedang sholat berjama'ah di mushola.

*****

Sebentar kemudian yang sholat berjama'ah di mushola pun satu persatu keluar, setelah bacaan wirid dan do'a yang dipanjatkan Ustadz Winarohman selesai. Anak-anak kecil berebutan mencium tangan sang ustadz, dan para gadis berbisik-bisik tentang ketampanan ustadz yang sudah menduda 10 tahun itu.

Tiba-tiba suasana menjadi hingar bingar dan hiruk pikuk, karena teriakan minta tolong dari rumah Supardi yang tidak jauh dari mushola itu. Dengan berlarian mereka yang masih ada di sekitar mushola mendatangi sumber suara itu, Ustadz Winarohman pun dengan tergesa-gesa ikut melihat apa yang terjadi.

Sesampai di halaman rumah Supardi yang sudah dikelilingi banyak orang, Ustadz menyaksikan Supardi yang bergulung-gulungan di lantai teras rumahnya. Kursi dan meja tampak sudah terguling tidak karuan, sementara Pairah istrinya berdiri gemetaran sambil memeluk tiang rumah.

"Pak Ustadz, tolong suamiku Pak! Dia kesurupan, Pak!" serunya tanpa basa-basi, saat melihat lelaki lulusan Pondok Pesantren Tebu Inggris itu berdiri diantara kerumunan orang.

Pak Ustadz masih terdiam sambil terus mengamati, polah tingkah Supardi yang kesurupan itu. Wajahnya memerah, kedua matanya melotot, dari mulutnya yang mengerang-erang mengeluarkan bau naga. Sang Ustadz mengangguk kecil, lalu mendatangi tubuh Supardi yang berkelojotan. Diambilnya gawai android yang tergeletak di samping tubuh yang kesurupan, lalu dibuka-bukanya dengan tenang.

"Siapkan seember air dingin, Bu Pairah. Ambilkan dari air yang sudah didiamkan semalam ya, biar cepat merasuk ke raganya!" perintah sang Ustadz pada Pairah.

Secepat kilat wanita itu pergi ke dapur rumahnya, dan kembali dengan setimba air yang sangat dingin. Kemudian dengan sebuah isyarat tangannya, dia menyuruh Pairah pergi mengumpul dengan warga yang lain. Sebelum akhirnya, dia mengguyurkan setimba air itu ke tubuh Supardi yang masih terguling-guling di lantai itu. Ajaib, erangan Supardi terhenti. Sekarang dia tampak menggigil kedinginan, tapi tatapan matanya masih melotot tajam. Dia masih menggeram-geram, tetapi kali ini terdengar nada gemeter di dalamnya.

Pak Ustadz lalu terlihat membuka-buka gawai Supardi, dia menuju ke  chat (percakapan) Wa di dalamnya, yang langsung dibacanya keras-keras.

"Dari Suparmi Janda: Terima kasih sudah diajak shoping seharian ya, Mas Pardi!"

"Dari Vivin Janda Muda: Ih Mas Pardi keren deh, terima kasih sudah dibelikan baju baru!"

"Dari Ajijah Janda: Sering-sering diajak makan-makan ya, Mas Pardi!"

Supardi mendengar percakapan WA-nya dibaca Ustadz Winarohman menjadi sangat terkejut, dia berhenti melotot dan menggeram-geram. Langsung berdiri berjalan mendekati Ustadz, dengan secepat kilat menyambar hapenya yang di genggaman tangan sang Ustadz. Kemudian dengan gontai masuk ke dalam rumahnya, sambil menggerutukan sesuatu yang tidak jelas.

Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu terkesiap, mulut nereka ternganga tidak percaya. Sehebat itukah kesaktian Ustadz Winarohman, menyembuhkan orang kesurupan hanya dengan dibacakan chat WA. Bahkan tidak terdengar sebaitpun sang Ustadz menggunakan ayat-ayat suci. Terdengar beberapa celoteh kekaguman dari semua yang berkerumun, tentang karomah sang Ustadz yang tampan itu.

Dengan tersenyum, Pak Ustadz memerintahkan kepada jama'ah.

"Sudah masuk waktu Isya, bagi kalian yang belum batal wudhlu segera masuk mushola. Yang sudah batal, segera mebgambil wudhlu lagi. Dan kamu, Narto. Kumandangkan adzan!"

Wargapun segera membuyarkan diri, berbondong-bondong kembali ke mushola. Pairah segera mengucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz dengan mencium tangannya, karena sudah berhasil menyadarkan suaminya yang kesurupan. Tapi Ustadz segera membuat isyarat agar Pairah mendekat lagi ke arahnya, wanita itupun mandah saja.

"Sesungguhnya, suamimu itu tidak kesurupan!", kata Ustadz berbisik," dia hanya takut, karena uang hasil penjualan kambingnya sudah habis!"

"Darimana, Ustadz mengetahui itu?" tanya Pairah keheranan.

"Kamu tidak menyimak chat WA yang kubacakan tadi, ya?"

Pairah coba mengingat sesuatu, dia pun tersenyum malu. Tetapi tidak tampak keterkejutan sama sekali di wajahnya, dia bahkan terenyum sangat lebar.

"Oh, masalah itu. Aku sudah tahu Ustadz, sejak Kang Pardi tidak pulang ke rumah setelah menjual 2 kambing kami itu. Paginya, aku jual juga 2 ekor kambing yang tersisa di kandang." kata Pairah, seraya menunjukkan segepok uang dari dalam saku celananya.

"Jadi, kalian saling menjual kambing karena ini?" Ustadz Winarohman tiba-tiba saja menjadi sempoyongan, mendengar kisah keluarga gelok ini.

"Ya sudah, aku ke mushola dulu. Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumusalaaam! Emh, besok bisa antarkan aku ke Mall Pak Ustadz?"

"Ngapain?!" tanya Winarohman terkejut, sambil menoleh ke arah wanita 30 tahunan itu.

"Kita jalan-jalan, makan-makan, shoping, menghabiskan uang ini. Kang Supardi boleh main janda, aku juga boleh dong main Duda!"

Mendengar kata wanita itu Pak Ustadz Winarohman bukan hanya terkejut, tetapi juga ketakutan setengah mati. Dia berlari secepat kilat sambil menyingsing kain sarungnya, terpontang-panting menuju mushola.

"Toloooong! Pairah kesurupaaaan!!!"

(Tamat)

Selasa, 19 Februari 2019

Sjahrir

kancil dari padang panjang
lincah cerdik bernyali
berguru sampai
nederland

arjuna bergelar angku guru
pulang mencerdaskan bangsa
terpelintir politik
keras

berjuang demi kemerdekaan bangsa
pendiri partai sosialis
dibuang jauh
raganya

mengupayakan damai daripada perang
banyak membuat diplomasi
menuju kemerdekaan
bangsa

tetapi disingkirkan oleh sejarah
disebut sebagai pemberontak
sesungguhnya dialah
pahlawan

Gonjang-ganjing Pelaku Peristiwa G30S

Tulisan ini berawal dari program  RCO (Reading Challenge ODOP) 2019 Level 3 tantangan 2, yang disampaikan secara lugu dalam sebuah pengumuman. Apakah kamu pernah membaca sejarah, namun ada beberapa isi yang berbeda, atau bahkan bertentangan? Itu pertanyaan yang kusebut lugu tadi, sebetulnya tinggal jawab 'ya' atau 'tidak' saja sudah cukup. Karena mereka tidak mengharuskan seberapa panjang tulisannya, artinya dua patah kata sudah cukup. Tetapi, mana mau otakku menyetujui jawaban seperti itu.

Langkah selanjutnya, tentu tanya Mbah Google tentang perbedaan versi penyampaian sejarah. Eh, malah ketemu tulisan Randy Wirayudha di historia.co (30 September 2017). Yang kebetulan sedang mengupas tentang Pemberontakan G30S. Aku merewritter tulisan ini, dengan tanpa menghilangkan asal dan sumbernya. Tetapi tentu saja, dengan cara penyampaianku yang sangat berbeda.

Sejak Reformasi, selain penghentian penayangan film Pengkhianatan G30S/PKI, kurikulum tahun 2004 juga tidak lagi mencantumkan /PKI. Hal ini karena banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa pelaku peristiwa G30S tidak tunggal, sebagaimana versi Orde Baru yang menyebut PKI sebagai satu-satunya dalang di balik peristiwa berdarah itu. Nah loh.

“Sukarno dalam Pidato Nawaksara mengatakan bahwa peristiwa G30S merupakan pertemuan tiga sebab, yaitu pimpinan PKI yang keblinger, subversi nekolim dan oknum yang tidak bertanggung jawab. Jadi, dalangnya tidak tunggal dan merupakan perpaduan unsur dalam negeri dengan pihak asing,” kata Asvi Warman Adam, sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dari berbagai penelitian, setidaknya ada lima versi tentang pelaku G30S yaitu PKI, konflik internal Angkatan Darat, Sukarno, Soeharto, dan unsur asing terutama CIA (Dinas Intelijen Amerika Serikat).

1. PKI (Partai Komunis Indonesia)

Ini merupakan versi rezim Orde Baru (Orba). Literatur pertama dibuat sejarawan Nugroho Notosusanto dan Ismael Saleh bertajuk Tragedi Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia (1968). Intinya menyebut skenario PKI yang sudah lama ingin mengkomuniskan Indonesia. Buku ini juga jadi acuan pembuatan film Pengkhianatan G30S/PKI garapan Arifin C. Noer. Selain itu, rezim Orde Baru membuat Buku Putih yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara dan Sejarah Nasional Indonesia suntingan Nugroho Notosusanto yang diajarkan di sekolah-sekolah semenjak Soeharto berkuasa. Oleh karena itu, versi Orde Baru ini mencantumkan “/PKI” di belakang G30S. Para pelaku sendiri menamai operasi dan menyebutkannya dalam pengumuman resmi sebagai “Gerakan 30 September” atau “G30S”.

Sebagai bagian dari propaganda Orde Baru, gerakan ini pernah disebut sebagai Gestapu (Gerakan September Tigapuluh). Penamaan ini adalah bagian dari propaganda untuk mengingatkan orang kepada Gestapo, polisi rahasia Nazi Jerman yang terkenal kejam. Presiden Sukarno mengajukan penamaan menurut versinya sendiri, yakni 'Gerakan Satu Oktober' atau 'Gestok.' Menurutnya, Gestok jauh lebih tepat menggambarkan peristiwanya karena kejadian penculikan para jenderal dilakukan lewat tengah malam 30 September yang artinya sudah memasuki tanggal 1 Oktober dini hari.

Penyebutan G30S/PKI sebagai bagian propaganda untuk menegaskan bahwa satu-satunya dalang di balik peristiwa penculikan dan pembunuhan para jenderal Angkatan Darat adalah PKI. Penamaan peristiwa ini selama bertahun-tahun digunakan dalam pelajaran sejarah sebagai satu-satunya versi yang ada. Penamaan tersebut menutup kemungkinan munculnya versi lain yang memiliki sudut pandang berbeda atas peristiwa yang terjadi. Kesimpulan tersebut diambil tanpa terlebih dahulu melewati sebuah penyelidikan.

Sejarawan John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto mengemukakan bahwa PKI sama sekali tidak terlibat secara kelembagaan. Sebagaimana semestinya sebuah keputusan resmi partai yang harusnya diketahui oleh semua pengurus, rencana gerakan Untung hanya diketahui oleh segelintir orang saja. Struktur kepengurusan partai mulai dari Comite Central (CC) sampai dengan Comite Daerah Besar (CDB) tak mengetahui sama sekali adanya rencana itu.

“Karena dia (Roosa) menggunakan sumber-sumber yang sangat kuat. Misalnya, keterangan pengakuan Iskandar Subekti, orang yang menulis pengumuman-pengumuman G30S di (Pangkalan) Halim. Dia juga menggunakan keterangan pengakuan Brigjen Supardjo. Artinya orang-orang yang betul-betul terlibat secara meyakinkan dalam kejadian tanggal 30 September 1965 sampai paginya itu,” kata Asvi.

2. Konflik Internal Angkatan Darat

Sejarawan Cornell University, Benedict ROG Anderson dan Ruth McVey mengemukakan dalam A Preliminary Analysis of the October 1 1965, Coup in Indonesia atau dikenal sebagaiCornell Paper (1971), bahwa peristiwa G30S merupakan puncak konflik internal Angkatan Darat.

Dalam Army and Politics in Indonesia (1978), sejarawan Harold Crouch mengatakan, menjelang tahun 1965, Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) pecah menjadi dua faksi. Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, tetapi berbeda sikap dalam menghadapi Presiden Sukarno.

Kelompok pertama, “faksi tengah” yang loyal terhadap Presiden Sukarno, dipimpin Letjen TNI Ahmad Yani, hanya menentang kebijakan Sukarno tentang persatuan nasional karena PKI termasuk di dalamnya. Kelompok kedua, “faksi kanan” bersikap menentang kebijakan Ahmad Yani yang bernafaskan Sukarnoisme. Dalam faksi ini ada Jenderal TNI A.H. Nasution dan Mayjen TNI Soeharto.

Peristiwa G30S yang berdalih menyelamatkan Sukarno dari kudeta Dewan Jenderal, sebenarnya ditujukan bagi perwira-perwira utama “faksi tengah” untuk melapangkan jalan bagi perebutan kekuasaan oleh kekuatan sayap kanan Angkatan Darat. Selain mendukung versi itu, W.F. Wertheim menambahkan, Sjam Kamaruzaman yang dalam Buku Putih terbitkan Sekretariat Negara disebut sebagai Kepala Biro Chusus Central PKI adalah “agen rangkap” yang bekerja untuk D.N. Aidit dan Angkatan Darat.

3. Soekarno (Presiden RI Pertama)

Setidaknya ada tiga buku yang menuding Presiden Sukarno terlibat dalam peristiwa G30S: Victor M. Fic, Anatomy of the Jakarta Coup, October 1, 1965(2004); Antonie C.A. Dake, The Sukarno File, 1965-67: Chronology of a Defeat (2006) yang sebelumnya terbit berjudul The Devious Dalang: Sukarno and So Called Untung Putsch: Eyewitness Report by Bambang S. Widjanarko (1974); dan Lambert Giebels, Pembantaian yang Ditutup-tutupi, Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno.

Menurut Asvi ketiga buku tersebut “mengarah kepada de-Sukarnoisasi yaitu menjadikan presiden RI pertama itu sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September dan bertanggung jawab atas segala dampak kudeta berdarah itu.”

Ketika buku Dake terbit di Indonesia dengan judul Sukarno File (2005), keluarga Sukarno protes keras dan menyebutnya sebagai pembunuhan karakter terhadap Sukarno. Untuk menyanggah buku-buku tersebut, Yayasan Bung Karno menerbitkan buku Bung Karno Difitnah pada 2006. Cetakan kedua memuat bantahan dari Kolonel CPM Maulwi Saelan, wakil komandan Resimen Tjakrabirawa.

4. Soeharto (Presiden RI Kedua)

Komandan Brigade Infanteri I Jaya Sakti Komando Daerah Militer V, Kolonel Abdul Latief dalam Pledoi Kolonel A. Latief: Soeharto Terlibat G30S (1999) mengungkapkan bahwa dia melaporkan akan adanya G30S kepada Soeharto di kediamannya di Jalan Haji Agus Salim Jakarta pada 28 September 1965, dua hari sebelum operasi dijalankan.

Bahkan, empat jam sebelum G30S dilaksanakan, pada malam hari 30 September 1965, Latief kembali melaporkan kepada Soeharto bahwa operasi menggagalkan rencana kudeta Dewan Jenderal akan dilakukan pada dini hari 1 Oktober 1965. Menurut Latief, Soeharto tidak melarang atau mencegah operasi tersebut.

Menurut Asvi, fakta bahwa Soeharto bertemu dengan Latief dan mengetahui rencana G30S namun tidak melaporkannya kepada Ahmad Yani atau AH Nasution, menjadi titik masuk bagi analisis “kudeta merangkak” yang dilakukan oleh Soeharto. Ada beberapa varian kudeta merangkak, antara lain disampaikan oleh Saskia Wierenga, Peter Dale Scott, dan paling akhir Soebandrio, mantan kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) dan menteri luar negeri.

Dalam Kesaksianku tentang G30S (2000) Soebandrio mengungkapkan rangkaian peristiwa dari 1 Oktober 1965 sampai 11 Maret 1966 sebagai kudeta merangkak yang dilakukan melalui empat tahap: menyingkirkan para jenderal pesaing Soeharto melalui pembunuhan pada 1 Oktober 1965; membubarkan PKI, partai yang memiliki anggota jutaan dan pendukung Sukarno; menangkap 15 menteri yang loyal kepada Presiden Sukarno; dan mengambilalih kekuasaan dari Sukarno.

5. CIA (Badan Intelegen Amerika)

Sebagai konsekuensi dari Perang Dingin tahun 1960-an, Amerika Serikat dan negara-negara Barat seperti Australia, Inggris, dan Jepang berkepentingan agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis. Amerika Serikat menyiapkan beberapa opsi terkait situasi politik di Indonesia.

Menurut David T. Johnson dalam Indonesia 1965: The Role of the US Embassy, opsinya adalah membiarkan saja, membujuk Sukarno beralih kebijakan, menyingkirkan Sukarno, mendorong Angkatan Darat merebut pemerintahan, merusak kekuatan PKI dan merekayasa kehancuran PKI sekaligus menjatuhkan Sukarno. Opsi terakhir yang dipilih.

Keterlibatan Amerika Serikat melalui operasi CIA (Dinas Intelijen Amerika Serikat) dalam peristiwa G30S telah terang benderang diungkap berbagai sumber. Peter Dale Scott, profesor dari University of California, menulis US and the Overthrow of Sukarno 1965-1967 yang diterbitkan dengan judul CIA dan Penggulingan Sukarno (2004). Menurut Dale, CIA membangun relasi dengan para perwira Angkatan Darat dalam Seskoad (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Salah satu perwiranya adalah Soeharto.

Sumber lain Di Balik Keterlibatan CIA: Bung Karno Dikhianati (2001) karya wartawan Belanda Willem Oltmans. Juga buku Bung Karno Menggugat: Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S (2006) karya sejarawan Baskara T. Wardaya.

Sejarawan John Roosa juga mengungkap bahwa pada akhir 1965 Amerika Serikat memberikan perangkat komunikasi radio lapangan yang sangat canggih ke Kostrad. Antenanya dipasang di depan markas besar Kostrad. Wartawan investigasi, Kathy Kadane dalam wawancaranya dengan para mantan pejabat tinggi Amerika Serikat di akhir 1980-an menemukan bahwa Amerika Serikat telah memantau komunikasi Angkatan Darat melalui radio-radio tersebut.

CIA memastikan frekuensi-frekuensi yang akan digunakan Angkatan Darat sudah diketahui oleh National Security Agency (Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat). NSA menyadap siaran-siaran radio itu di suatu tempat di Asia Tenggara, dan sesudah itu para analis menerjemahkannya. Hasil sadapan itu kemudian dikirim ke Washington. Dengan demikian Amerika Serikat memiliki detil bagian demi bagian laporan tentang penyerangan Angkatan Darat terhadap PKI, misalnya, mendengar “komando-komando dari satuan-satuan intelijen Soeharto untuk membunuh tokoh-tokoh tertentu di tempat-tempat tertentu.”

Amerika Serikat juga memberikan bantuan dana sebesar Rp50 juta (sekitar $10.000) untuk membiayai kegiatan KAP (Komite Aksi Pengganyangan Gerakan September Tiga Puluh) Gestapu. Selain itu, CIA juga memberikan daftar nama-nama tokoh PKI kepada Angkatan Darat.

Nah, sebagai generasi muda yang hanya bisa mengetahui sejarah dari literatur. Seyogyanyalah kita bisa lebih memaknainya, sebagai 'sisi lain' sejarah. Kita tidak mungkin dapat merubah jalannya sejarah, yang bisa kita lakukan hanyalah mengenangnya. Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.

#Readingchallengeodop
#RCOLevel3
#tantangan2

Seakan Menjadi Turis (Bagian 1)

Pernah tidak kalian menemukan (baca: baru mengetahui), sebuah tempat yang sebenarnya sangat dekat dengan tempat kalian... tetapi selama ini kalian tidak mengetahuinya?. Inilah awal ceritaku tentang sebuah tempat bernama Dusun Tukdadap, Desa Sukoharjo, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk. Kalian tahu tempat ini?

Sebenarnya ini adalah dalam rangka 3T (tolong tolong teman) sih, sehingga Belalang Tempur (nama sepeda motorku)  bisa sampai kesana. Seorang teman semasa SMP-ku mendapat order memasang gawang pintu dan kusen jendela, dari temannya yang bukan temanku. Order dia terima dengan baik, karena dia berprinsip ora nolak rejeki. Permasalahannya, memasang gawang pintu dan kusen jendela itu tidak bisa ditangani sendiri. Harus dengan dua orang untuk galfalum, dan butuh tiga orang untuk yang berbahan kayu jati. Sialnya, dia terima order tanpa tahu siapa teman yang akan membantunya.

Suatu pagi Bambang (nama temanku itu) menelepon, bukan panggilan WA atau Mesenger, dari hape jadulnya.

"Ayo, kerja!" katanya, setelah berbalas salam selama satu menit lebih sedikit. Dia masih mengira aku pengangguran, padahal aku ini selektif pada pekerjaan. Bukan tidak bekerja.

"Dalam apa luar?" jawabku dalam pertanyaan bersandi, hanya akj dan Bambang yang tahu sandi ini. Dalam artinya kerjanya tidak terkena sinar matahari, atau dalam naungan atap. Luar, ya semua pekerjaan sawah, tandur, ndaut, matun, icir, ndhangir, nglempak, macul, nggganco, panen, dll. Yang tetakhir ini yang selalu kutolak, setelah mencoba ikut matun dan pingsan di tengah sawah.

"Oke, posisi?" tanyaku lagi

"Tukdadap!"

"Tuk Dalang?!"

"Budeg! Tuk Dadap!"

Haddeuwh, aku mengeluh dalam hati karena sama sekali tidak mengenali tempat yang disebutkannya itu.

"Mana itu, Mbang?"

"Jodhipati terus... " dan terputus, mungkin lowbatt hape jadulnya yang dapat nemu di jok bis tahun 2002 itu. Jodhipati adalah nama Stasiun Radio yang pernah bermarkas di Dusun Basri Desa Ngadiboyo, sebelum akirnya pindah menuju keramaian Kota Nganjuk. Dan sampai dengan hari ini, tempat disekitar komplek Stasiun Radio Jodhipati FM itu masih disebut dengan Jodhipati.

Ya sudah, akirnya aku buka Google Maps dan mengetik Tukdadap. Dan GM segera menampilkan rute perjalanan yang kumaksaud, belalang tempur mungkin merasa ragu akan mengunjungi kawasan baru. Karena sudah sepuluh kali voba kuslenger, dia tidak juga mau menyala. Ah ternyata, aku belum mengaktifkan system contact mode (baca: belum dikontak). Memang aku sengaja.

Sementara dengan kemayu terdengar suara dari GM, dari nada bicaranya mungkin si embak itu orang Papua.

"Seratus meter lagi belok ke kanan, melewati jalan Raya Talang Rejoso!"

Aku sengaja menggodanya, motor kustandard tengah dan pura-pura mengendarainya. Eh si embaknya tahu, dia bilang begini.

"Anda masih di posisi awal, seratus meter lagi belok kanan melewati jalan Raya Talang Rejoso. Awas kalau tidak segera jalan, aku tinggal ngopi nih!" katanya dengan ketus, bayangin gadis Papua lagi marah gimana coba?

(beraambung)


Minggu, 17 Februari 2019

Tangis Malam

harum aroma harum arak mengepul ke udara
berbaur pekat kepul asap sigaret
diiring gegap gempita musik memancing jiwa
bersama mereka mencoba mencari jalan menuju surga

wajah-wajah yang berkilat diterpa sinar berkelip
berminyak bahkan menyekanya pun tidak
menguasai suasana malam syaitona dengan gelak tawa
peluh dan keringat mengalir bagai dituang

teriakan menguasai malam
meletakkan kewarasan di ujung sandal jepit
yang tergeletak di depan pintu bertumpang tindih sesama
siapa yang peduli jika ada yang terguling tergeletak
karena arak lah menggenangi otak

malam menyelimuti dalam tangis
gulita mematuk mata mereka terbelalak
nafasnya tersedak di tenggorokan
mereka tak dapat menghenti kehendak esa
mati oleh minuman keras

Sabtu, 16 Februari 2019

40 Tahun Berlalu

aku bicara tentang empatpuluh tahun berlalu hampir ganjil tujuh tahun umurku
terbangun dari lelap dengan aroma kabut menyeruak sejuk lubang hidungku
ini yang terdengar kokok si burung lupa terbang di atas genteng kandang tidurnya
serta ceruwit bersahutan si gesit sikatan dan gelatik seperti pipit
mereka kukenali sebagai pagi hari yang indah

udara hangat terasa melawan dingin yang tersisa, bekas tidurku di tikar di atas lantai tanah
hanya beberapa depa dari tungku yang menyala, baranya menghalau malas enyah dari dada
kulihat nenek sedang duduk mempersiapkan masakannya
langkahku mengunjungi pangkuannya, mendapat hidayah ciuman mesra

merengek aku begitu manja, ketika tak kulihat tubuh ibuku yang tercinta
sebelum pagi dia sudah berangkat menembus kegelapan fajar bersama tetangga
menuju pekerjaan yang telah diterimanya, sepuluh kilo jaraknya
buruh tani menanam padi di sawah sang penguasa

nenek yang menanggungkan segala keperluanku, dengan sisa tenaga yang masih tersisa di tubuh rentanya
sekepal nasi hangat berteman sambal petai cina pengganjal mulasku
sebelum aku pergi meninggalkannya menimba ilmu

jalanan begitu landai, sunyi dalam harmoni kesejukan
hanya orang yang lewat meghela lembu kerbaunya
dan mereka yang tergesa berlomba mengejar laju domba yang dilepaskannya
inilah sesungguhnya hidup kecilku di masa yang telah lama
sungguh berbeda suasana dengan sekarang yang ada

Justini Dan Dewi Gulita

justini tidak hanya menghargai malam
mereka bersahabat dalam keremangan
seorang terengah bermandikan peluh
gelap menutupnya dari pandangan hina
di bawah pohon nangka raya wanita bekerja menjual harga dirinya
dalam pelukkan laknat dewi gulita penyebar dosa

Jumat, 15 Februari 2019

Andai Anakku Tidak Kumandangkan Adzan (Bagian 1)

Nadia sudah berubah setahun belakangan ini, setelah bisnis onlineshop yang digelutinya semakin besar. Sedikit demi sedikit perannya sebagai seorang Ibu dan seorang Istri terbengkalai, hari demi hari kesibukannya adalah membaca pesan dan chat di gawai. Aku sudah pernah memprotes kegiatannya ini, tetapi aku harus bersikap bijaksana menjadi seorang pemimpin rumah tangga.

"Usahamu sekarang memang sudah bertambah maju, Ma. Tapi aku minta, jangan mengabaikan tugasmu sebagai seorang Ibu bagi Naufal dong!" tegurku suatu saat padanya. Dia memandangku sekilas, lalu melanjutkan kegiatan dengan gawainya.

"Pa, aku sama sekali tidak mengabaikan kewajibanku pada Naufal. Aku tetap mengurusinya, mengantar jemputnya sekolah, mempersiapkan peralatan sekolah dan mengajinya, aku juga menemaninya saat belajar." jawabnya pelan.

"Iya, memang kamu menemaninya belajar. Tapi kamu juga tidak berhenti dengan gawaimu, bahkan kamu tidak menjawab pertanyaan Naufal saat dia kesulitan dengan pelajarannya."

"Naufal kan hanya mengulang pelajaran yang di sekolah, Pa. Wajar kan aku selalu memintanya membaca dulu bacaan pelajarannya, sebelum dia mengerjakan pertanyaan-pertanyaannya?".

" Dan waktumu untuk melayaniku sebagai Istri, sekarang pun sudah tidak kamu prioritaskan lagi!"

Nadia memandangku dengan tatapan anehnya, kemudian pergi tanpa bersuara ke dalam kamar. Sikap beginilah yang sebenarnya kukeluhkan, istriku sudah berubah karena kesibukan olshop-nya. Semakin hari, semakin banyak saja barang yang dijualnya. Dan tentu saja, semakin bertambah pula kesibukannya. Dimulai seusai mengantar Naufal ke sekolah, hingga  seeing aku harus menghentikan kesibukanya karena hari sudah sangat malam. Suasana rumah menjadi semakin tidak menyenangkan, sering kami harus membeli makanan di luar karena Nadia tidak lagi sempat memasak saking sibuknya. Atau sekarang Nadia tidak lagi pernah mencuci serta menyeterika baju-baju kami, alasannya hanya satu 'kecapekan'. Nadia selalu memakai jasa laundry setiap hari, untuk urusan mencuci dan menyeterika pakaian. Aku sudah memintanya mencari asisten yang bisa meng-handle kegiatan bisnisnya itu, tetapi dengan angkuhnya dia selalu menolak. Jika saja bukan karena Naufal, mungkin lebih baik aku tidak pulang saja lagi ke rumah ini saja.

*****

Di kantor, aku memiliki seorang teman yang sangat menyenangkan diajak ngobrol. Teman seprofesiku di dinas kepemerintahan, yang selalu fashionable di setiap penampilannya. Seorang wanita yang sangat cantik, walaupun terkadang aku melihatnya agak lebbay. Dia sudi mendengarkan keluh kesahku, memberiku ketenangan dengan jawaban-jawabannya. Namanya Rosita Fatmawati, seorang janda tanpa anak yang juga tinggal di komplek perumahanku. Nerselang tiga blok, hanya berlainan RT saja.

Lama kelamaan obrolan kami tidak lagi membicarakan masalah rumah tangga melulu, tetapi terkadang tak terasa berganti topik tentang hubungan suami istri. Dia sangat bersemangat sekali saat obrolan membahas tentang sexualitas, mungkin karena dia sudah menjanda tiga tahun lamanya. Bagaimanapun juga Rosita adalah wanita normal, yang masih membutuhkan hubungan biologis di dalam kehidupannya. Seperti panci bertemu tutupnya, kami dipertemukan karena keadaan yang sama.

Kami pun akhirnya berselingkuh, menjalin hubungan terlarang secara diam-diam. Walaupun sebenarnya itu tidak semuanya benar, seisi kantor sudah mulai kasak-kusuk membicarakan keintiman kami ini.Sering pergi berdua ke hotel kelas melati di kota Kabupaten, atau sekedar menyewa kamar di losmen murahan dekat tempat pariwisata. Rosita tak hanya lebih muda dari Nadia, tetapi dia juga lebih pintar memanjakan pasangan saat bercinta. Terus terang, semakin hari hatiku semakin jatuh cinta padanya.

*****

Saat itu hari minggu, aku tengah santai membaca sebuah koran lokal di ruang tamu. Ketika Naufal tiba-tiba duduk disampingku, dia sebenarnya sudah siap berangkat mengaji dengan pakaian takwanya. Setelah mencium tangan kananku, dia berkata dengan lirih.

"Pa, aku sekarang ditunjuk menjadi muadzin di mushola komplek kita."

Aku terkejut mendengar perkataannyanya, sudah lama aku tidak menanyakan tentang kegiatan mengajinya di TPA.

"Benarkah? Siapa yang menunjukmu, Nak?

" Ustadz Ahmad, Pa. Beliau bilang, suaraku sangat merdu dan mempunyai nafas panjang. Oleh karena itu, sejak hari senin kemarin akulah yang mengumandangkan adzan di mushola itu."

"Papa, belum.pernah mendengarmu mengumandangkan adzan?"

"Hari ini, coba Papa dengarkan ya?"

Sebelum sempat mengiyakanya, kudengar nada notifikasi WhatsApp dari gawaiku di meja depanku. Aku pun memberi isyarat Naufal untuk segera pergi mengaji, setelah itu baru kubaca bunyi pesan dari Rosita kepadaku. Dia ingin aku ke rumahnya sekarang, karena dia sudah sangat rindu.

Nadia tidak mengetahui aku mengeluarkan sepeda dari dalam garasi, mungkin dia sedang asyik membalas pesanan pelanggan-pelanggannya. Sepeda itu kugenjot dengan santai menuju rumah Rosita, yang hanya berjarak tiga gang dari rumahku.

Sesampainya aku langsung masuk saja ke dalam rumahnya, karena kulihat pintu depannya dibiarkan terbuka. Tentu saja sebelumnya aku berhenti di ujung gang itu, mengamati suasana  apakah aman jika aku masuk ke dalam rumahnya. Ternyata wanita itu sudah menungguku duduk di sofa ruang tamu rumahnya, rambut panjang yang biasa dikerudunginya kini diurai menutup dada dan perutnya. Dia tampak begitu sexy hanya dengan pakaian tidur tipisnya, yang langsung menggelendengku masuk ke dalam kamarnya yang harum. Seperti biasanya, dengan liar dia membuatku mengikuti permainan asmaranya. Jujur, hanya dengan Rosita aku merasakan tersanjung sebagai seorang laki-laki.

Ditengah asyiknya kami memadu kasih, tiba-tiba terdengar suara adzan menggema di seluruh ruangan itu. Aku tersentak dan terlonjak dari atas springbed, suara Naufal yang nyaring dan merdu menyeret kembali kewarasanku.

"Allaahu Akbar! Allaahu Akbaar!"

Bagai tersadar dari hipnotis, aku mengenakan kembali pakaianku yang sempat kulepaskan sebelumnya. Dengan tergesa pula aku keluar dari kamar itu, menyambar sepedaku dan mengayuhnya dengan cepat menuju rumah. Aku tidak peduli dengan suara Rosita, yang memanggil namaku dengan rasa kecewanya. Sepanjang jalan suara Naufal seperti memukuli wajahku, mengingatkan segala maksiat yang hampir setahun kujalani bersama Rosita. Setiap ayat yang disuarakannya, bagai menamparkan rasa malu dan dosa-dosaku selama ini.

"Maafkan Papa," ratapku lirih di sepanjang perjalanan,"Maafkan aku, Istriku."

*****

Sesampai di rumah, kulihat Nadia sedang mempersiapkan diri mengantar barang pesanan pelanggannya. Wajahnya tampak sangat pucat, dan sepertinya dia sedang menahan rasa sakit yang tiada terperi. Aku langsung memeluk tubuh kurusnya, seraya tak mampu lagi menahan bendungan air mataku. Dengan sesenggukan aku mengakui telah menghianatinya, yaitu telah berselingkuh dengan Rosita.

(bersambung)

Andai Anakku Tidak Kumandangkan Adzan (Bagian 2)

Sebetulnya Nadia sangat terkejut, raut wajahnya menunjukkan jiwanya sangat terpukul sekali dengan pengakuanku itu. Nadia pun meneteskan air matanya, tetapi tangisnya tak sehisteris tangisanku. Perlahan dia melepaskan diri dari pelukanku, dia tersenyum dan membuat isyarat agar aku tidak mengikutinya masuk ke dalam kamar. Dia keluar dengan secarik kertas berkop surat RSUD, dan langsung memberikannya padaku. Dia mbuat isyarat lagi dengan tangannya, mengajakku duduk di sofa.

Sebelum dengan runut aku membaca semua data yang ada di surat keterangan uji laboratorium itu, dengan suara pelan dia berkata kepadaku.

"Nikahilah Rosita, Pa! Sudah lama aku mendengar hubunganmu dengannya, aku merestui hubungan kalian itu" disaat yang sama, aku sudah membaca sampai pada tulisan yang dicetak tebal di dalamnya.

"Astaghfirullahal adziim, kamu menderita kangker kandungan Ma!" seruku sangat terkejut, setelah memastikan tulisan yang bercetak tebal itu. Kangker Kandungan.

Rosita mengangguk sambil tersenyum, lalu kedua tangannya menggenggam tangankh dengan kuat.

"Iya, Pa. Sudah stadium 4, sebenarnya aku tahu sudah menderita penyakit ini setelah melahirkan Naufal."

"Kenapa kamu merahasiakannya dariku, Ma!"

"Aku tidak ingin kamu merasa tertekan dan tersiksa, dengan penyakitku ini. Kelurgaku semua sudah mengetahui ini, tetapi aku berpesan kepada mereka agar tidak memberitahukannya kepadamu."

"Tidak, Sayang! Kamu sedang bercanda, kan? Kamu hanya ingin membuatku ketakutan saja, kan?!" aku memeluk tubuh wanita yang kurus itu dengan sangat erat, tangisku pun pecah tanpa dapat ku tahan lagi. Terasa ada beban yang menindih dadaku saat itu, seakan aku mendengar Nadia sedang berusaha berpamitan kepadaku.

"Tidak, Sayang! Kamu harus sembuh, akan aku jual apapun yang kita punya. Rumah ini, pekarangan warisan Ayahku, semua sawah milikku yang ada di desaku, semua akan aku jual secepatnya" aku sudah semakin tidak mampu mengendalikan diriku lagi, sementara setiap kulihat senyum manis dari wajah Nadia yang pucat, semakin membuat hatiku seakan diiris-iris.

"Aku akan membawamu pergi berobat ke Singapura, Sayang. Ke Jepang, atau kemanapun agar kamu bisa sembuh kembali!" teriakku semakin keras, karena kulihat wajah Nadia yang pucat semakin lemas. Aku begitu panik, saat dari hidungnya kulihat darah segar mengalir dengan derasnya.

"Nadia! Bangun, Sayang! Nadia! Nadia! Nadiaaaa!!!" aku berteriak histeris memanggil namanya, sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya. Nadia tidak juga membuka matanya, sementara itu para tetangga yang mendengar teriakanku mulai berdatangan memenuhi ruang tamu rumahku. Dua orang memaksaku melepaskan rangkulan tanganku dari tubuh Nadia, lalu menahanku di sebuah kursi di ruangan itu. Aku masih bisa melihat dokter Winarti tetanggaku , sedang memeriksa tubuh Nadia dengan tetoskopnya. Sebentar kemudian dia berbalik menatap ke arahku, dan menyampaikan hasil pemeriksaannya.

"Ibu Nadia sudah meninggal, Pak Wijaya."

Aku berteriak memanggil nama istriku untuk yang terakhir kalinya, lalu kemudian semua menjadi gelap dan sunyi senyap.

*****

Nadia pun akhirnya meninggalkan aku dan Naufal anak semata wayang kami, setelah pemakamannya, dan beberapa tahun berikutnya aku masih menyesali diri. Apalagi setelah membaca suratnya untukku, yang terselip di halaman buku ordernya.

Dear Papa:
Mas Wijayaku
tercinta.

Teriring rasa Sayang dan Kasihku yang terdalam,
Mas Wijayaku Sayang, jika kamu menemukan surat ini, pastinya aku sudah tiada lagi di dunia ini. Karena kamu tahu sendiri, buku orderan ini selalu aku bawa kemanapun berada.

Mas Wijayaku tercinta, aku hanya ingin mengatakan padamu dengan setulus hatiku. Sesungguhnya, usaha onlineku ini hanyalah satu-satunya alasanku untuk tidak lagi bersedia 'melayani hasrat cintamu'. Aku ingin terlihat sibuk didepanmu, agar kamu menerima alasanku yang kelelahan itu. Maafkan disa-dosaku ini ya, Mas.

Selanjutnya, aku sudah mengetahui hubunganmu dengan Rosita dengan mata kepalaku sendiri. Pertama melihatmu masuk ke dalam hotel bersamanya, adalah saat mengambil drop peoduk dari kantor cabang. Aku menangis sedih setelah itu, karena semalaman kamu akhirnya tidak pulang ke rumah. Lalu yang kedua saat aku periksa kesehatan, di losmen depan RSUD itu aku melihatmu masuk bersamanya. Kamu pun tidak pulang lagi ke rumah, tetapi aku tidak menangis sedih lagi.

Aku sadar, aku sudah tidak bisa melayanimu lagi sebagai seorang istri. Aku hanya kecewa, karena kamu melakukannya dengan dosa. Sebenarnya aku sudah ingin memberitahumu tentang penyakitku ini, dan memintamu untuk menikahi Rosita. Tetapi seberapapun kuatnya keinginanku untuk bercerita, aku selalu tidak kuasa melakukannya.

Sekarang mungkin aku sudah tiada lagi, aku hanya ingin menitipkan anak kita Naufal Lutfyansyah padamu. Carilah ibu penggantiku, yang mau menyayangi Naufal seperti anak kandungnya sendiri. Sebenarnya aku ingin kamu menikahi Rosita setelah kepergianku ini, untuk menebus dosa-dosamu bersamanya. Tetapi jika ada pilihan lain yang sesuai dengan permintaanku ini, aku akan selalu merestuinya dari alam baka.

Kiranya cukup sampai ini saja penuturanku padamu Mas Wijaya Sayang, kepalaku sudah terasa sangat sakit. Seluruh tubuhku bagai terajam ribuan pisau, aku sudah tidak kuat lagi. Surat ini aku buat ketika engkau sedang tidak pulang ke rumah, mohon maaf atas segala dosa kesalahanku.

Salam sayang selalu

Nadia Dyah Saraswati
Istrimu

*****

Aku tidak pernah lagi bisa menikahi Rosita, dia meninggalkanku setelah aku dipensiunkan dini, karena dianggap tidak mempunyai kemampuan lagi mengabdi untuk negara. Aku memang mengalami depresi berat saat itu, sehingga memang benar pensiun dinilah solusi yang terbaik. Rosita kembali berselingkuh dengan teman sekerjaku, yang juga sudah mempunyai keluarga. Suatu hari mereka mengalami kecelakaan, selingkuhan Rosita meninggal di tempat kejadian. Sedangkan Rosita, meskipun selamat tetapi dia harus kehilangan kedua kaki dan lengan kanannya karena diamputasi. Sebulan setelah keluar dari masa perawatan, Rosita juga akhirnya menyusul selingkuhannya ke alam baka. Kecacatan tubuhnya membuat Rosita terguncang hebat, dia mati karena meminum racun serangga. Dan aku memilih setia kepada Nadiaku, tidak pernah lagi menikahi siapapun setelah kematian istriku itu.

Kini, setelah empatpuluh tahun dari kejadian yang kuceritakan ini. Aku terbaring lemah di ranjang rumah sakit, terbujur sendiri di ruangan pasien khusus. Naufal yang menempatkanku disini, dia adalah dokter sekaligus pemilik rumah sakit ini. Aku masih sering beetemu Nadia di alam mimpi, saat-saat aku ingin bercerita tentang Naufal dia selalu datang.

Malam ini aku ingin bercerita kepadanya, baru saja istri Naufal melahirkan anak ketiganya. Seorang bayi perempuan yang cantik, yang mata dan alisnya sangat mirip dengan alis dan mata almarhumah neneknya. Dan atas permintaanku juga, aku menitipkan nama Nadia pada cucu perempuanku itu. Semoga malam ini dia datang ke dalam mimpiku, karena aku sudah sangat merindukannya. Andai anakku tidak kumandangkan adzan saat itu.

Tamat.

Sebuah Tanya Dari Surga

aku melemparkan sebuah tanya di penghujung malam
sebelum lelap menguasai jiwa dan raga letih rapuh merana
terkecipak dalam rentetan do'a serta sebait sastra pengharapan
dimanakah kini tuan bersinggasana?

rafika firaka kafira yang berwajah cantik sempurna
menjual diri serta sekalian harganya
menunduk lesu dalam hatinya yang mengutuk malam
yang memaksanya berdosa
menjalani hidup hingar bingar semu fatamorgana

senja barulah lenyap saat aku menyapa sang dara
mengharap dengan hikmat akan cinta kasih dari relung sanubarinya
sang puteri menatapku lekat bagai memeluk sekujur ragaku
bebaskan aku dari lembah nista nan hina dina ini selamanya katanya

beranjak malam dia hampir mematahkan hati dan perasaan di dada
dikala seorang tuan tua beraga renta menawar tubuh indahnya
seratus ribu untuk menuntaskan nafsu syahwat menggelora
sang puja menepis hasrat setan memadu cinta

aku meninggalkannya dan berjanji membawanya pergi
langit menyaksikan tetesan air matanl, dan bumi mendengar isak tangisnya
sebuah pernikahan akan membebaskannya dari belenggu maksiat nyata
tetapi pagi ini dia ditemukan sudah tidak bernyawa

setangkai pisau menghujam,
memutuskan jalan gelap yang dijalaninya
dihabisi tuan beraga renta yang menaruh murka padanya
sudah seminggu ini aku selalu mengingat kata tanyanya
apakah engkau hendak menikahi wanita berkalang noda dan dosa ini?

Damai Itu Bersyukur

damai itu adalah saat pagi memulai geliatnya
mentari menyemburatkan hangat sinar keemasannya
burung bernyanyi bercanda ceria didahan pepohonan yang menghijau rindang
di lapangan berumput hijau menghampar bertebaran pemakannya dengan gembira
angin bertiup sepoi menghantarkan aroma tanah yang basah oleh embun
dan aku menikmatinya seraya bersyukur dalam relung jiwa
terima kasih Tuhan atas hidup yang indah ini

Rabu, 13 Februari 2019

Cium Dong Sayang

Suasana kelas XI-IPS 3 sudah sangat sepi, karena sudah ditinggalkan para murid. Aku dan Mayang masih duduk disana, di bangku yang sama. Kami belum beranjak pergi, karena kami bertiga akan membahas tugas me-resensi buku Geografi Tan Malaka. Aku dan Mayang satu kelas, sedang Dedeh dari XI-IPS 1.

Tidak lama kemudian Dedeh datang dengan setengah berlari ke dalam kelas.

"Maaf, aku baru datang."

"Kemana dulu, kamu?" tanya Mayang, setelah bercipika-cipiki dengan sahabat sejak SMP-nya itu, tetapi tidak melakukannya denganku. Padahal aku ngarep.

"Sudah selesai kamu membaca Biografinya, Sun?" tanya Dedeh padaku," Dan kamu juga bagaimana, Yang?" lanjutnya sambil memandang ke arah Mayang.

"Aku sudah selesai membacanya kemarin, Deh" Mayang menjawab pertanyaan Dedeh terlebih dulu.

"Aku pun sudah menyelesaikan bacaanku, tinggal membuat resensi-nya saja." jawabku.

"Baiklah, ayo kita bahas hal ini sekarang." kata Dedeh, sambil menyeret sebuah bangku ke dekat mejaku.

"Eh, kamu sudah minta ijin Pak Narto belum?." tanya Mayang pada Dedeh.

"Sudah, dong. Aku sudah meminta ijin secara tertulis kepada Pak Winar (Kepala Sekolah) dan Pak Narto (Petugas Security Sekolah) tentang kegiatan kita ini. Bahkan, aku juga sudah mampir ke kantin sekolah membeli cemilan kita." kata Dedeh, sambil mengeluarkan beberapa bungkus makanan ringan dan tiga botol kecil air mineral.

"Wah, hebat. Aku saja tidak pernah memikirkan hal ini, sebelumnya. Terima kasih ya temanku yang cantik, dan baik." pujiku pada gadis yang memang cantik berambut panjang itu, sambil menelangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Dan, aku?!" Mayang langsung menatap wajahku dengan sok cemberut.

"Iya, kamu juga cantik. Hanya aku yang paling ganteng, disini" jawabku, disambut bibir yang mencibir dari keduanya.

"Huuuuuuu!"

"Ayo, kita mulai. Sebagai peserta diskusi yang paling tampan, silakan kamu memulai kesimpulanmu ya Sun?." kata Dedeh, sambil menata camilan itu ke atas meja.

"Baiklah, aku mulai dari opini Sejarawan asal Belanda Harry A Poeze dulu." jawabku,"Kita bahas tentang karakternya dulu, ya?" kataku sambil mengeluarkan catatan referensi dari dalam tas sekolahku.

"Teruskan." jawab mereka.

"Menurut dia, Tan Malaka memiliki 14 karakter. Dan dikenal dunia internasional, sebagai tokoh yang berhasil melakukan penyamaran di sejumlah negara selama 20 tahun," kataku memulai menyampaikan referensi yang kudapatkan,"Tan Malaka juga dikenal sebagai pemikir, aktivis, gerilyawan, diplomat, hingga dituduh sebagai mata-mata, kata Harry A Poeze pada diskusi publik Pemikiran dan Perjuangan Tan Malaka di Gedung MPR/DPR/DPD RI di Jakarta."

Aku berhenti berbicara karena tiba-tiba kerongkongan terasa kering, lalu meminum air mineral di meja.

"Lanjutin!" kata mereka lagi, aku mengangguk setelah selesai minum.

"Menurut Harry A Poeze, Tan Malaka setelah selama sekitar 20 tahun mengembara, di Asia dan Rusia, kembali ke Indonesia pada 1942. Setelah kembali ke Indonesia, katanya, Tan Malaka yang menjadi tokoh pelarian tetap menyamar dengan menggunakan beberapa nama." aku membuat isyarat dengan kedua telapak tangan, tanda penyampaianku sudah selesai.

"Kalau dari kamu, Deh?" tanya Mayang.

"Sejarawan dari Universitas Indonesia, Mohammad Iskandar menilai, Tan Malaka adalah pejuang yang kesepian dan tokoh misterius." lanjut Dedeh.

"What?!" seru Mayang meniru dialog dalam adegan film, yang mungkin pernah ditontonnya di televisi.

"Jangan lebbay, ayo teruskan Deh" kataku selanjutnya.

"Ini masih kata Pak Mohammad Iskandar, ya. Tan Malaka dalam perjuangannya selalu berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat lainnya, dan dari suatu negara ke negara lainnya  dengan berganti-ganti-nama. Kelebihannya adalah mengusai sejumlah bahasa, dan menggunakannya secara fasih." katanya.

"Pada saat Tan Malaka tinggal di Banten, dia menggunakan nama Ilyas Husein." sambar Mayang, karena melihat temannya itu seperti sudah kehabisan nafas,"Aku lanjut ke asal-usul saja, ya?" katanya kemudian.

Aku dan Dedeh mengangguk bersamaan, sambil menikmati keripik ketela yang dia sediakan tadi.

"Seorang keturunan Tan Malaka yang bernama Hengky Novaron Arsil mengatakan, Tan Malaka lahir di Nagari Pandan Gadang, Sumatera Barat, pada 1894.
Menurut dia, Tan Malaka kecil hidup dalam keluarga yang relijius, tapi gemar bermain layang-layang dan sepak bola."

Mayang memukul pundakku, karena melihatku menyuapkan sepotong keripik ke mulut Dedeh. Wajahnya langsung cemberut, karena memang sesungguhnya dialah yang kekasihku... bukan Dedeh.

Menyadari ke-beteannya itu, aku segera membuat isyarat meminta maaf padanya. Kuambil sepotong lagi keripik, kusuapkan kedalam mulutnya. Dan meminumkan air mineral, setelah kulihat dia selesai mengunyah keripiknya. Dedeh yang menyaksikan itu tersenyum-senyum sendiri, dia tertawa saat dengan garang Mayang berkata padanya.

"Awas, jika berani merebut Mahsun dariku ya!"

"Sudah... sudah... ayo kita lanjutkan lagi, diskusinya." kataku sambil menengahi ketegangan yang etok-etok itu, kami sudah sering mengalami situasi seperti ini. Just laugh.

"Baiklah aku lanjutin, ya. Tapi ingat, kalian jangan bercumburayu di depan mataku lagi."

"Huuuuuuu, dasar nenek Lampir!" sergah Dedeh langsung.

"Hahahaha!" kami tertawa bersama.

"Tan Malaka yang di kampungnya bernama Ibrahim, kata Pak Hengky, dikenal sebagai anak yang cerdas tapi nakal. Pada usia 16 tahun, Tan Malaka sudah hafal Al Quran, dan mendapat beasiswa untuk belajar di sekolah guru Fort De Kock di Bukittinggi, tempat sekolah anak-anak priyai," katanya Iyang dengan lancarnya, "Tan Malaka kemudian melanjutkan pendidikan ke Belanda. Di Belanda, Tan banyak belajar soal politik,"

Mayang terus melanjutkan ceritanya, dan aku dengan puas memandangi wajah cantiknya. Kami memang teman sekelas, dan aku memaksanya untuk duduk bersebelahan denganku waktu pertama masuk kelas XI-IPS ini. Aku ingat betapa ketakutannya dia, waktu aku memaksanya dulu. Walupun sebenarnya dia sudah meminta tolong pada beberapa murid pria untuk menolongnya, tetapi semua tidak ada yang bernyali menghadapiku.

Aku sangat disegani oleh semua murid dan Guru di seluruh SMA Dealova ini, setelah mereka menyaksikan aku menghajar dua orang pencopet yang kutangkap di depan sekolah ketika itu. Namaku juga pernah menghiasi halaman depan koran lokal, karena berhasil melumpuhkan begal sepeda motor di desaku. Meski berwajah kurang tampan, aku sangat terkenal di sekolah. Mungkin juga banyak yang mengidolakanku, tapi aku hanya memaksa Mayang saja untuk menjadi kekasihku.

"Hengky juga mengakui, kakeknya itu memiliki pemikiran yang revolusioner, dan mengembara dari satu negara ke negara lainnya selama 20 tahun, pada 1922-1942 dengan menyamar menjadi orang lain," Mayang kembali memukul pundakku dengan gemas, karena menyadari aku lebih menikmati wajah cantiknya ketimbang materi yang disampaikannya. Tetapi dia hafal watakku, dia tahu aku sangat bisa membagi fokus dan perhatian.

Mayang melanjutkan pembicaraannya, setelah puas memukuli bahu dan pundakku dengan gemas.

"Menurut dia, Tan Malaka sukses dalam penyamarannya menggunakan 23 nama berbeda, karena fasih menggunakan sejumlah bahasa, baik bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Rusia, Fipilina, dan bahasa lainnya."

Tiba-tiba, sebuah suara mengejutkan kami.

"Sun! Deh! Yang! Kalian sudah selesai berdiskusinya?" ternyata Pak Winar didampingi Pak Narto, sudah berdiri di depan pintu kelas.

"Sudah, Pak!" jawab kami serentak, menutupi keterkejutan kami. Beliau menganjurkan kami untuk melanjutkan diskusi ini besok, karena tanpa terasa sekarang sudah pukul 14.30. Kami pun mengikuti saran beliau, dan segera mengakhiri diskusi.

Satu hal yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal, adalah panggilan Pak Kepala Sekolah kepada kami tadi. Sun Deh Yang itu artinya cium dong sayang, dan kami baru menyadarinya setelah tiga tahun berteman.

"Sun Deh Yang!"

"Hahahaha!"

#TantanganRCO
#Onedayonepost
#Tantangan2
#CerpenTanMalaka

Selasa, 12 Februari 2019

Biografi Tan Malaka

Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka, lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat tanggal 2 Juni 1897. Wafat di Dusun Tunggul, Desa Selopanggung, Kecamatan Semen (lereng Gunung Wilis) Kabupaten Kediri, Jawa Timur, 21 Februari 1949. Dia adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin Komunis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba(Mudyawarah Rakyat Banyak). Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran yang berbobot, dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih, maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris. Namun pemerintah ketika itu, menganggap dirinya sebagai pemberontak dan harus dilenyapkan.

Kepribadian Tan Malaka

Dia kukuh mengkritik pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan komunis, ia juga sering terlibat konflik dengan kepemimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan komunis internasional, untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai “Pahlawan revolusi nasional” melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.

Perjuangan Tan Malaka

Tan Malaka juga seorang pendiri partai Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Dia dibesarkan, dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat.

Tokoh ini diduga kuat sebagai orang di belakang peristiwa penculikan Sutan Sjahrir bulan Juni 1946 oleh “sekelompok orang tak dikenal” di Surakarta, sebagai akibat perbedaan pandangan perjuangan dalam menghadapi Belanda.

Pada tahun 1921, Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam). Untuk menyusun suatu sistem tentang kursus kader denhan ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu, sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.

Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah untuk anak anggota SI, bermaksud menciptakan kader-kader baru. Juga dengan alasan:

- Pertamamemberi banyak jalan kepada para murid untuk mendapatkan pekeejaan di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain)

- Kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan.

- Ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin.

Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat, hingga semakin lama semakin besar.

Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan. Seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda, lewat VSTP , dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran. Sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat, agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.

Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh.
“Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti mengalami kegagalan, maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”.

Tan Malaka dan Partai Komunis

Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Dia tidak hanya mempunyai hak untuk memberikan aaran dan nasehat, tetapi juga untuk menggunakan hak vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan, supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional). dan Profintern yang telah ditentukan di kongres Moskwa, diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggungjawabnya sebagai wakil Komintern, lebih berat dari keanggotaannya di PKI.

Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda, dia meletakkan tanggung jawab yang sangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri, dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI (Sardjono, Alimin, Musso).

Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan, berakibat 'bunuh diri' bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926, hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya, mengakibatkan ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digoel, Irian Jaya (Papua). Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan, dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjuangan nasional mendapat pukulan yang sangat berat, dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.

Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibu kota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis “Menuju Republik Indonesia”. Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Hong Kong, April 1925.

Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, dipenjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu.

Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggajati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah hasil diplomasi Sutan Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta.

Pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan bersama Gerilya Pembela Proklamasi di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap juga dari penuturan Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari 1949, atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya.

Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV, Harry A Poeze kembali merilis hasil penelitiannya, bahwa Tan Malaka ditembak pasukan TNI di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri pada 21 Februari 1949. Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.

Harry Poeze telah menemukan lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur, berdasarkan serangkaian wawancara yang dilakukan pada periode 1986 sampai dengan 2005 dengan para pelaku sejarah, yang berada bersama-sama dengan Tan Malaka tahun 1949. Dengan dukungan dari keluarga dan lembaga pendukung Tan Malaka, bekerja sama dengan Departemen Sosial Republik Indonesia  berhasil memindahkan kuburannya ke tanah kelahiranya, Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat.

Riwayat Tan Malaka

Saat berumur 16 tahun, 1912, Tan Malaka dikirim ke Belanda.Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia, dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah, menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda.Tahun 1921 da pergi ke Semarang. Bertemu dengan Semaun, dan mulai terjun ke kancah politik. Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka diangkat sebagai Pimpinan Partai.Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang.Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke Berlin, Moskwa dan Belanda.

Madilog Dan Tan Malaka

Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir. Dengan menghubungkan ilmu bukti, dan mengembangkannya dengan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia, sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta, dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi/akal (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.

Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti. Walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika, tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu adalah konkrit. Sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya atau belum dapat menjawabnya, mengapa dan bagaimana.

Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya, didasari oleh kondisi Indonesia. Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara berfikir bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya, bukanlah cara berpikir yang teoritis untuk mencapai Republik Indonesia, sudah dia cetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia.

Jika membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang Kemasyarakatan, Kenegaraan, Politik, Ekonomi, Sosial, Kebudayaan, sampai ke bifang Kemiliteran (Gerpolek-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan ditemukan benang putih keilmiahan dan ke-Indonesiaan, serta benang merah kemandirian, sikap konsisten yang jelas dalam gagasan serta perjuangannya.

#RCO2019
#onedayonepos
#Tantangan
#Level2

Resensi Buku TAN MALAKA BAPAK REPUBLIK YANG DILUPAKAN

Judul : TAN MALAKA
BAPAK REPUBIK YANG TERLUPAKAN
Penulis: Team Tempo (17 Agustus 2008)
Penerbit: TEMPO
Cetakan kedelapan, April 2018.

Sebelumnya saya acungkan jempol untuk Tim Tempo (17 Agustus 1998), yang berhasil menerbitkan buku ini di empat tahun pembredelannya saat itu. Sebuah buku yang mencoba 'meluruskan' sejarah perjuangan bangsa, yang sangat dibutuhkan demi harga diri sebuah bangsa. Seperti yang diisyaratkan Presiden Soekarno yang sangat populer, Jas Merah (Jangan sekali-kali melupakan sejarah).

Sejarah ini pulalah yang mencatat dua nama besar seperti sudah tercantum dalam setiap buku pelajaran anak sekolah di Republik ini.  Soekarno dan Hatta. Dua nama pahlawan nasional. Mereka tinggi dan ditinggikan. Rakyat mengenang mereka dengan gempita dan haru biru. Memunculkan rasa fanatisme yang 'seakan' sarat dengan makna. Kenangan akan sebuah masa, ketika kata revolusi benar-benar berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari wong cilik (rakyat kecil). 

Tetapi bahkan dalam sebuah kenangan seperti itu, selalu ada penyebutan dan pertentangan didalamnya. Antara yang ‘dianggap’ benar dengan yang 'dianggap’ salah. Yang dianggap benar, akan selalu diagungkan dengan memori positif dan penuh dengan rasa kekaguman. Sementara untuk mereka yang dianggap salah, bahkan menyebut namanya saja sudah berdosa. Mereka diburamkan, ditenggelamkan, bahkan setelah jauh mereka terkubur di dalam tanah.

Bentuk pertentangan tersebut perlahan-lahan mereda. Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah nama-nama yang sebelumnya ditulis dalam 'tinta merah'. Memunculkan sosok-sosok antihero.Tan Malaka termasuk salah satunya.

Sulit mendapati, atau menemukan lagi orang dengan sepak terjang sepertinya. Atau yang kurang lebih sama legendarisnya dengan Tan Malaka, cerdas, ulet, gigih, idealis, dan selalu bergerak berjuang, meski harus dihantui bayang-bayang pembunuhan dan pemusnahan. Tan harus bermain dalam sebuah drama impiannya, sebuah mimpi akan sebuah Republik. Negara yang berdaulat, berdiri tanpa harus jatuh tersungkur kepada demokrasi terpimpin. 

Sejarah kemudian mencatat keburaman namanya, berusaha menghapuskannya dari ingatan rakyatnya. Tetapi sebagaimana seorang 'pelakon' yang bermain dalam panggung sejarah, Ia tetap ada, hadir dalam setiap napas yang dikeluarkan oleh Republik ini, seperti halnya Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan tokoh lainnya. Tan adalah seorang antihero, yang secara tragis ditelan dan musnah oleh impiannya sendiri yang besar.

Kelebihan buku ini adalah literatur sejarahnya yang begitu kuat, tersimpan rapi dalam literasi di berbagai negara yang pernah didiaminya. Penyampaian tulisan yang begitu kuat, dengan bahasa yang menarik untuk dicermati. Ada kolom-kolom tambahan di belakangnya 'tentang Tan', yang ditulis oleh beberapa sejarawan asing dan Indonesia.

Kekurangannya, terdapat beberapa bahasa asing yang tanpa penjelasan/pengartian. Sehingga kita kadang harus mengartikan, semampu kita memahaminya.

Secara keseluruhan buku ini bermanfaat sekali bagi pembaca, untuk kembali mempertimbangkan 'kebenaran sejarah' bangsa ini. Dan juga sebagai bacaan rujukan, siswa, mahasiswa, dan umum, karena lebih lengkap mengulas sosok Tan Malaka secara bebas merdeka.

#RCO2019
#onefayonepost
#TantanganLevel2

Senin, 11 Februari 2019

Cintq Padamu (Haiku)

menembus batas
kewajaran yang nyata
cintaku padamu

terasa berat
membendung hasrat jiwa
tuk melupakanmu

cinta kepadamu
lah mencapai nasnya
dalam kenanganku

Haiki, Cintaku Padamu

memandangmu pertama
mengagumimu
dalam gejolak rasa

pesonamu bersinar
dalam anganku
mendambakan cintamu

engkau bagai gemintang
kerlipmu indah
menghiasi mimpiku

cantik bagai dewi
putri bethari
kembang harum kayangan

wahai pujaan hati
dengar pujianku
mendambakan kasihmu

aku yang tergelinjang
gelora smara
mengharapkan cintamu

aku rela berkorban
demi cintaku
padamu oh juwita

Haiki, Cinta Adam dan Hawa

bulan purnama indah
menggantung anggun
bersinar di angkasa

cahyanya keemasan
menabur cinta
hawa menunggu rindu

di taman bunga surga
menggelora asa
pada adam terkasih

kasih cinta terlarang
tidak terbendung
kala hasrat berkuasa

maha kuasa murka
menurunkan sabda
mereka dicampakkan

di bumi pun terpisah
saling mencari
cinta yang terbawa

jabal rohmah bersaksi
menyatukan syir
hamba yang mabuk smara

hingga kini akhirnya
jalma merasakan
nikmat masyuk bercinta

dari surga asalnya
dari bujukanya
iblis membisikkannya

Haiki, Hujan Deras

gemuruh langit gelap
menghantar hujan
deras sungguh mendebarkan

celeret kilat merona
menerangi bumi
sekejap ada cahaya

namun guntur menyusul
menggetarkan sukma
bagai gempa angkasa

air jatuh ke bumi
bagai tercurah
segala mahluk terperangah

gunung hutan pun basah
menggigil pasrah
unggas rimba pun sama

sungai tidak berdaya
menampung deras
meluap di dalam bah

jerit tangis terdengar
dari suara
manusia yang teriak

oh hujan besar sangat
banjir melanda
segala diterjangnya

anugrah apa ini
selain coba
ratap sang bernyawa

kala henti prahara
pemandangannya
bergelimpangan bangkai

sekejap saja turun
dan membinasakan
ribuan nyawa

Jumat, 08 Februari 2019

Anti PUEBI (dowordwork/duwowo)

assalamualaikumwarohmatullohiwabarokatuh.wahaikawansegenappenggemarbacadiseluruhnusantarakenapaharusmengikutiaturankalianyangakanmengikiseksistensiseorangpenulispadaartiyangsesungguhnyapenulisitumenulisdenganrasabukandengantatakramamembatasigerakimajinasidanintuisiadalahkekejamanyangtersembunyiterselubungdalamjejakkejelasanyangmengekanghatinuraniiniharuspuebiharustanpamenyampaikankuranglebihnyapadanilaisastrayangdihadangnyadenganpuebidanapakahakanmerubahartijikasebuahcoretankehilangantitikkomanyadanapakahakankehilangandasyatnyaketikasebuahpuisiterpampangtanpahurufkapitalkemanakahpenghargaankaliankepadajiwabebasseorangpujanggajiwalepasyanghanyamengikutihatinuraninyasajapersetandengantatananpersetandenganaturanpersetandenganpuebipersetandengandengankesulitanyangditimbulkanantipuebisekarangkaliandapatmembedakanapagunanyapuebisetelahdenganpenuhperjuanganmencobamenyelesaikanmembacatulisankuiniaakitmatadangejalakatarakyangtimbulsetelahmembacatulisaninibukantanggungjawabpenulistidakadaunsurtekananintimidasiataupunancamanfisikataumentalbagiandayanginginmembacanyainihanyatantanganyangandaambildengansukarelasetelahakumenganjurkanuntukmembacanyatidakadarewardpenghargaanfeeataubonusapapununtukmenyelesaikantantanganmembacatulisaninitentusajaakumenunggukomenkritiksarandaripembacasemuasegalacacimakidansumpahserapahtidakdianjurkandisinitetapitidakdilaranguntukmengomentaridenganbahasaapapunsekalilagikelebihanmiliktuhandankekuranganmilikbundadorceakhirulkalamwassalamualaikumwarohmatullohiwabarokatuh.

Kamis, 07 Februari 2019

Aneh! Seorang Anak Akan Menuntut Orangtuanya Karena Dilahirkan Ke Dunia

Seorang pria India berumur 27 tahun berencana menuntut orang tuanya karena melahirkannya tanpa seizin dirinya, dan aku pun tertawa terpingkal-pingkal saat membacanya di m.detik.com.

Siapa si gemblung durhaka, tidak tahu adat ini? Adalah seorang Pengusaha Mumbai,. yang bernama Raphael Samuel mengatakan kepada BBC: "Adalah suatu kesalahan untuk melahirkan anak ke dunia, karena mereka kemudian harus menghadapi penderitaan seumur hidup."

Samuel tentu memahami bahwa kita tidak bisa memberikan izin dari dalam kandungan, tetapi dia menegaskan bahwa "Bukan keputusan kita untuk dilahirkan".

"Jadi karena kita tidak diminta untuk dilahirkan, kita seharusnya dibayar sepanjang hidup" katanya.

Tuntutan seperti itu berpotensi menimbulkan perpecahan keluarga, tetapi Samuel mengaku hubungannya dengan orang tuanya sangat baik. Kedua orang tuanya adalah pengacara dan tampak menanggapi rencana tuntutan dengan humor.

Dalam pernyataannya, sang ibu Kavita Karnad Samuel memaparkan reaksinya terhadap 'Pergolakan yang ditimbulkan oleh putraku'.

"Aku harus mengakui keberanian putraku yang ingin membawa orang tuanya ke pengadilan, dengan penuh pemahaman kami memakluminya... karena kami berdua adalah pengacara. Dan jika Raphael muncul dengan penjelasan rasional tentang bagaimana kami bisa meminta persetujuannya sebelum dilahirkan, saya akan menerima kesalahan saya." jelasnya.

Keyakinan Samuel berasal dari apa yang dinamakan antinatalism sebuah filosofi yang memandang kehidupan penuh masalah, sehingga manusia seharusnya segera berhenti melahirkan.

'Keberadaan manusia tidak berguna" kata Samuel,"Secara bertahap akan membinasakan manusia dari Bumi, dan ini juga akan sangat baik bagi planet."

"Kemanusiaan tidak berguna. Begitu banyak orang menderita. Jika manusia punah, Bumi dan binatang akan menjadi lebih berbahagia. Mereka sudah pasti akan berada dalam keadaan yang lebih baik. Juga tidak akan ada manusia yang menderita. Keberadaan manusia sama sekali tidak ada gunanya."

Setahun lalu dia membuat laman Facebook, Nihilanand, yang memperlihatkan foto-fotonya dengan jenggot palsu lebat, topeng mata dan pesan antinatalism seperti;

"Bukankah memaksa seorang anak ada di dunia ini, dan memaksanya berkarier, suatu bentuk penculikan dan perbudakan?"
Atau, "Orang tua memiliki Anda dan bukannya mainan atau seekor anjing, Anda tidak berutang apapun kepada mereka, Anda adalah sarana hiburan mereka."

Samuel ingat pertama kali dirinya mempunyai pikiran antinatalism ketika berumur lima tahun.

"Aku seorang anak biasa. Suatu hari aku sangat frustrasi dan saya tidak ingin ke sekolah, tetapi orang tua saya terus memaksaku. Jadi saya menanyakan mereka;"Mengapa Anda memilikiku?". Dan ayahku tidak bisa menjawab. Aku pikir kalau saja dia mampu menjawab, kemungkinan saya tidak akan berpikir seperti ini."

Sementara pemikiran ini berkembang dan terbentuk dalam pikirannya, dia memutuskan untuk memberi tahu orang tuanya.

Samuel mengatakan reaksi ibunya 'sangat baik' dan ayahnya juga 'semakin memahami pemikiran ini'.

"Ibu mengatakan dia berharap telah bertemu aku sebelum aku dilahirkan, dan jika saja itu terjadi, dirinya sudah pasti tidak akan melahirkanku," katanya tertawa dan menambahkan dia dapat memahami jalan pikirannya.

"Dia mengatakan kepadaku, bahwa dirinya masih sangat muda ketika melahirkanku. Dan dia tidak mengetahui apakah terdapat pilihan lain. Tetapi itulah yang kucoba katakan tentanh semua orang memiliki pilihan."

Lewat sebuah pernyataan, ibunya Kavita Karnad Samuel mengatakan; "Tidaklah adil memusatkan perhatian pada 'sebagian dari apa yang dia yakini'. Keyakinannya pada natalisme, kekhawatirannya membebani sumber daya Bumi, disebabkan kehidupan tanpa arah, kepekaan terhadap rasa sakit yang dialami anak tanpa persetujuan mereka, saat menjadi besar dan banyak sekali hal yang terlupakan."

"Aku sangat bahagia, anak laki-lakiku tumbuh menjadi seorang pria muda tanpa rasa takut dan berpikiran mandiri. Dia sudah pasti akan menemukan jalan mencapai kebahagiaan."

Samuel mengatakan keputusan menuntut orang tuanya di pengadilan, hanya berdasarkan keyakinannya bahwa dunia akan lebih baik jika tidak terdapat manusia di dalamnya.

Karena itulah enam bulan lalu, saat makan pagi, dia mengatakan kepada ibunya bahwa dirinya akan menuntut. "Dia mengatakan itu tidak apa-apa, tetapi jangan berharap aku akan memperlakukanmu dengan halus. Aku akan menghancurkanmu di pengadilan."

Samuel sekarang sedang mencari seorang pengacara yang bersedia menangani kasusnya, sampai sejauh ini dia belum berhasil. Apakah Anda seorang Pengacara, dan berminat mendampinginya?

"Saya berpikir ini akan ditolak, karena tidak seorang hakim pun mau menanganinya. Tetapi saya ingin mengajukannya, karena saya ingin menekankan sesuatu." kata Samuel selanjutnya.

Posting Facebook-nya juga menarik banyak perhatian, 'sebagian positif, kebanyakan negatif' sebagian menyarankan agar dia 'bunuh diri'. Hahaha, mampus Lu!

Para ibu yang khawatir juga bertanya kepada Samuel, tentang apa yang akan terjadi jika anak-anak mereka melihat postingannya.

"Sebagian mendebat secara masuk akal, yang lainnya tersinggung, dan sebagian lagi menyerangku dengan opini mereka. Bagi orang-orang yang melecehkan saya, biarkan saja mereka melecehkan saya." jawab si gemblung mantap.

"Tetapi saya juga mendengar dari orang-orang yang mengatakan, mereka mendukungku tetapi tidak bisa mengatakannya secara terbuka karena berbagai alasan. Aku meminta mereka untuk menyatakannya secara terbuka," katanya.

Pengecamnya juga mengatakan bahwa Samuel melakukan ini, hanya untuk mencari sensasi dan perhatian.

"Aku melakukan ini bukan untuk mendapatkan publisitas," katanya, "Tetapi aku ingin pemikiran ini diketahui umum. Pemikiran sederhana bahwa tidak masalah untuk tidak memiliki anak."

Ketika ditanyakan pada dirinya: "Apakah dirinya tidak bahagia karena dilahirkan?"

"Aku berharap tidak pernah dilahirkan. Tetapi ini bukan karena kehidupanku tidak bahagia. Kehidupanku baik, tetapi aku lebih suka tidak ada di sini. Anda tahu, seperti ada kamar yang indah, tetapi aku tidak ingin berada di dalamnya" dia menjelaskan.

Bukankah ini seharusnya mudah menemukan solusinya? Tidak ingin berada di dalam ruangan yang indah, keluar saja. Merasa tidak berguna dilahirkan ke dunia, mati saja. Tetapi, sebaik-baiknya solusi adalah kembali kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.

Mereka yang tidak menyayangi segala 'ciptaanNya', dia tidak akan pernah mengenal Penciptanya. Maka dari itu kenalilah Tuhanmu, dengan mempeedalam ilmu agamamu.

Dikutip dan ditulis ulang dari tulisan: Ita/ita
di m.detik.com

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...