Jumat, 22 Maret 2019

Sajak Vickynisasi 2

kekasihku yang cantik bagai di ujung tanduk
yang matanya bersinar bagai matahari senja di ufuk
menari-nari di bawah pelangi yang terpuruk
janganlah dinda selalu tertunduk

pandanglah menara eiffiel yang berdiri sendiri
menjauhi jangkauan tangan-tangan negoisasi
mengatas namakan keheningan sel isolasi
terpaku dalam gerakan prostitusi hati

janganlah ada tangis di keremangan malam hari
karena cinta terhenti ditinggalkan matahari
malam menggenggamnya dalam instropeksi diri
yang hadir di dalam molekul-molekul darah oposisi

Sajak Vickynisasi 1

matahari terbit bersama sinarnya yang menjuntai
mengembang bagai kobaran api asmara
kala irigasi cinta berlalu dengan banana amazon
melingkupi flyover semanggi yang berbelok tajam

wahai garis lengkung khatulistiwa
yang membelah cakrawala menuju kesetiaan tiada tara
apakah gigitan batman mengganggu avenger
menumpas durjana yang mendegradasi hati

sungguh pucak everest lebih tinggi langit yang kelam
seperti cinta yang menunggu di halte ibukota
merengut bagai sedotan palangi mengkerut
merenovasi satu kenyataan
yang biru bagai pucuk cemara

Suhu Politik

gaduh
rusuh
berkecamuh
menebar musuh

karut marut
kusut
kerut
berteman maut

hilang damai
terbengkalai
bangkai
bukan andai

sumpah serapah
amarah
ghairah
menumpah darah

politik
pelik
licik
dunia picik

kekisruhan
gentayangan
penasaran
mereka ciptakan









Kamis, 21 Maret 2019

Salah Margi

wis jumangkah teka ing papan iki
mokal bali yen ora bakal ciniwi
panggonan kang geseh jroning prajanji
jebul mung kebak bebujuking impi

ora ana bukti yen jigrang bae bisa ngundang rejeki
ora kabukti bandha teka merga dipepuji
kabeh kudu kanti srana obahing dhiri
sengkut makarya iku sayogyaning pakerti

dhuh gusti pepujaning abdi
sampun kaladuk dalem laku anglampahi
mugi panjenengan tebihaken bebenduning mami
kawula sumadya ngambah bali sejatining margi
dhumateng panjenengan kang maha suci

Minggu, 17 Maret 2019

Lelaki Sepantaran Bapak

Dita baru saja menghempaskan diri di pojok kasur di kamar tidurnya, ketika terdengar dering notifikasi dari gawainya. Dia tidak segera menanggapinya, perasaan gerah lebih dirasakannya, setelah melalui gang menuju rumahnya yang terik sepulang kuliah. Disentakkannya dengan lembut kerudung warna pink yang dikenakannya, sehingga tampaklah gelyng kecil perapi rambut panjangnya.

Gawai itu berdering kini, terdengar nada panggilan khusus dari nomer yang paling dibencinya. Dengan gerakan sangat malas dia meraihnya, yang tergeletak di atas meja sampung laptopnya. Dengan dua kali usap, maka tersambunglah panggilan itu.

"Assalamu'alaikum, cantik!" terdengar suara seseorang nun diseberang sana.

"Waalaikumusalaam... ada apa sih, Kakek?." balasnya terdengar ketus.

"Kamu sudah pulang kuliah? Sudah nyampai rumah?" tanya yang dari kota Nganjuk terdengar.

"Iya, sudah pulang. Alhamdulillah, sudah sampai rumah yeu!"

"Yaudah langsung istirahat saja, ya. Atau kalau lagi ada tugas, kerjain dulu baru tidur."

Aaarrrggghhh!!!
Perasaan gemas tiba-tiba mengacaukan suasana hati Dita, siapa dia sampai merasa berhak mengatur-atur kehidupannya. Dengan cepat diputuskannya panggilan itu, lalu dengan kuat dia membanting tubuh mungilnya ke atas kasur. Memejamkan mata, dan mengingat-ingat kejadian awal dia mengenal lelaki itu.

Di sebuah komunitas kepenulisan, dia pertama kali mengenal Pakdhe (Uwa) yang berasal dari Kabupaten Nganjuk di Jawa Timur itu. Di dalam komunitas, Dita lebih senior dari Pakdhe. Walaupun Pakdhe dua kali usianya lebih tua darinya, tetapi karena kewajiban mengharuskannya bersikap sebagai seorang kakak. Pakdhe ini seirang duda, 47 tahun murnya. Tapi tingkah lakunya, dan tutur bahasanya trended sekali. Dia bisa mengimbangi bahasa-bahasa gaul abege jaman sekarang, sehingga kadang diapun lupa Pakdhe sudah setua itu.

Hari demi hubungan adik-kakak, atau senior-yunior ini menjafi semakin aneh. Pakdhe sering mengiriminya emot berbau sayang dalam pesan WhatsApp, sering juga menebar kata-kata pujian kepadanya:

Hai, Dita cantik...
Syantik...
Dita idolaku...
Oh bunga tidurku...
Wahai pujaanku...
Dan lain-lain.

Pertamanya dia merasa lucu saja, tiba-tiba mendapatkan puja dan puji dari seseorang yang tidak terduga. Dia hanya menanggapinya dengan bercanda, bahkan hanya membalas setiap rayuannya dengan sepatah kata: heu, yeu, deu, atau dia akan membalasnya dengan ish jika Pakdhe mulai merayunya dengan kata-kata serius. Tetapi, akhir-akhir ini sikap Pakdhe semakin membuatnya was-was, Pakdhe sudah berani memanggilnya Dita sayang.

Bukanya Dita tidak ada perasaan dengan Pakdhe, lelaku itu juga tidak jelek-jelek amat wajahnya. Bahkan di lain sisi, kehadiran Pakdhe sedikit bisa menghibur hatinya. Tetapi di komunitas Pakdhe itu sudah sangat terkenal, sebagai playboy dan perayu banyak wanita. Dita menjadi galau, hanya dengan mengingat-ingat tingkah laku duda beranak empat itu. Tetapi Dita juga tidak mau memberi harapan padanya, untuk mengenal lebih dalam perasaannya. Bagaimanapun juga, dia sudah mempersiapkan jurus counter attack jika suatu saat Pakdhe kembali mengajaknya memmbina sebuah hubungan. Dita tidak mungkin akan menerima cinta, dari lelaki sepantaran Bapaknya.

Nikmat Mana Lagi Yang Kau Dustakan

Musim dingin, ketika salju turun di Eropa atau Amerika Utara, suhu bisa mencapai minus 40° celsius. Artinya, kulkas orang Indonesia masih lebih hangat dibandingkan suhu udara disana. Itulah saat semua tetumbuhan mati, kecuali pohon cemara. Kondisi itu bisa membuat darahmu berhenti mengaliri tubuhmu, karena langsung menjadi es ketika kamu keluar rumah tanpa pakaian khusus.

Musim salju di benua barat adalah saar manusia bertahan hidup dan beraktivitas yang mungkin, tidak akan bisa  berjalan jika tidak ada bantuan peralatan dan teknologi. Tanpa itu, mereka akan mati membeku kedinginan. Dan ada satu periode dimana salju bersinergi dengan badai, menjadi badai salju. Terbayang, apa yg bisa dilakukan manusia selain bertahan hidup diruangan berpemanas?.

Padang pasir. Begitu keringnya sampai sampai manusia yang berdiam disana membayangkan sungai sungai yang mengalir sebagai surga. Hanya ada beberapa jenis pohon yang bisa hidup dalam suhu bisa diatas 40° celcius. Keringatmu bisa langsung menguap bersama cairan tubuhmu. Dan keberadaan air adalah persolan antara hidup mati, sudah terlampau sering cerita tentang perebutan oase di gurun pasir yang mengorbankan ribuan... bahkan jutaan nyawa.

Sungguh aku tidak mengerti, ketika banyak orang yg masih belum percaya bahwa Indonesia itu adalah serpihan sorga.

Cobalah kamu bercelana pendek, pakai kaos oblong, dan hanya beralas sandal jepit, jalan-jalan di Kanada ketika musim dingin... atau jalan jalan di padang pasir. Dijamin pasti mati.

Disini, di Indonesia, kapan saja, mau siang atau malam, kamu bisa jalan-jalan hanya kaosan oblong tanpa alas kaki. Mau hujan atau panas, tidak akan terjadi bahaya yang mengancam jiwamu.

Di Eropa atau Amerika, paling banter kamu akan ketemu buah-buahan yang sering kamu pamer-pamerin di Indonedia... apel, anggur, sunkist, pier, dan semacamnya. Sedang di Timur tengah lebih parah lagi, paling kamu ketemu kurma, kismis, kacang arab, buah zaitun, buah tin. Itu saja.

Di Indonesia, kamu tak akan sanggup menyebut semua jenis buah dan sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan, bunga-bunga, rempah-rempah, dan tumbuhan yang bisa dimakan, saking banyaknya.

Di Amerika Eropa, kamu akan ketemu makanan yang lagi-lagi dan itu-itu saja, sandwich, hotdog, hamburger yang hanya beda variasi. Paling banter steak, es krim, dan keju. Di Timur tengah lebih menyedihkan, roti, daging kambing, daging sapi, dan daging unta.

Sementara di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, mungkin ada ratusan ribu varian makanan, ada puluhan jenis soto, varian sambal, olahan daging, ikan, dan ayam tak terhitung macamnya. Setiap wilayah ada jenisnya.

Kue basah, kue kering, ada ribuan jenis. Varian bakso saja sudah sedemikian banyak, bakso bulat, bakso kotak, bakso sosis, bakso keju, dan lain-lain. Belum lagi singkong, ketan, gula, kelapa, bisa menjadi puluhan jenis nama makanan beraneka rupa dan rasanya.

Dan apqkah kalian mengetahuinya, bahwa tepian jalan dari Sabang sampai Merauke adalah garis penjual makanan terpanjang di dunia. Sampai saat lahir catatan ini, belum satu orangpun berhasil menghitung jumlah penjual makanan, bahkan yang dari tepian jalan Kabupaten Nganjuk sampai ke tepian jalan Kabupaten Jombang sudah ribuan jumlahnya.

Di Indonesia, kamu bebas mendengar pengajian, sholawatan, dentang lonceng Gereja, dangdut koplo, konser rock, jazz, gamelan, dan ecrek-ecrek bancu ngamen. Di Eropa, Amerika, Timur tengah, belum tentu kamu bisa menikmati semua itu tanpa headset.

Aku ingin menulis betapa surganya Indonesia dari segala sisi. Hasil buminya, cuacanya, orang-orangnya yang cerdas kreatif, dan bersahabat,  budayanya, toleransinya, guyonannya. Keindahan tempat-tempat wisatanya, dan seterusnya. Kita tidak mungkin mampu menuliskan kesemuannya itu, meskipun jika air laut menjadi tintanya... saking tak terhingganya kenikmatan anugerah Allah SWT pada bangsa Indonesia. Jika kamu tidak bisa mensyukuri itu semua, jiwamu sudah mati.

Pesanku: Janganlah sorga kita yang indah, agung, mulia ini, kita hancurkan hanya karena syahwat berkuasa dan keserakahan ketamakan tiada batas. Janganlah kehangatan persaudaraan yang dicontohkan oleh mbah-mbah kita, kakek nenek kita, dan para leluhur kita, dihancurkan hanya karena kita merasa paling benar dan paling pintar.

Allah SWT hanya mensyaratkan kamu semua bersyukur agar sorga ini tidak jadi neraka, bahkan andai kamu sering bersyukur maka nikmat itu akan ditambah. Bersyukur itu diantaranya: Tidak merusak, menjaga alam lingkungan, sistem, nilai, budaya asli, kebersihan dan semacamnya. Jika kita merusak alam, alam akan berproses membuat keseimbangan/keadilan.

Politik berjangka pendek, jangan sampai merubah sorga ini jadi neraka. Jangan bersengketa, jangan berkelahi. Pandailah menahan diri, seperti orang berpuasa. Jangan jadi pengikut orang yang haus kekuasaan, dan ketamakan luar biasa.

MARI JAGA NKRI DEMI ANAK DAN CUCU

Pilihlah pemimpinmu dengan mata hati, negri ini diwariskan pada anak cucu, bukan untuk kita.Istiqoroh dan berdoalah agar pilihan ini menuntun negri tercinta menjadi:

BALDATUN THOYIBATUN WAROBBUN GHOFUR ... AAMIIN.

Ditulis ulang/dirubah tuliskan dari Pesan berantai WhatsApp
Tertanggal 17/03/2019

Sabtu, 16 Maret 2019

Motivasi Dibalik Do'a Nabi Yunus As

Ternyata, ada orang yang hidupnya penuh dengan masalah. Baik itu masalah penyakit, hutang, keluarga dan jodoh serta pekerjaan. Berbagai pendekatan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Namun faktanya, tidak semua teori dan tools yang ada mampu memecahkan masalah yang muncul. Ada satu pendekatan yang sering dilupakan untuk memecahkan masalah yang datang silih berganti yaitu pendekatan spiritual.

Sebagai seorang muslim, aku meyakini bahwa masalah yang muncul bertubi-tubi itu karena kita punya penyakit hati seperti dengki, marah, sombong, putus asa, kurang bersyukur, pelit, riya, malas dan sejenisnya. Untuk lebih jelas tentang penyakit hati ini, silakan baca buku Kubik Leadership (Gramedia) dalam pembahasan kerja ikhlas. Aku baca ebook-nya.

Mengapa aku yakin bahwa masalah yang datang bertubi-tubi karena adanya penyakit hati? Ya karena Allah SWT sudah memberikan pelajaran dan contoh melalui Nabi Yunus. Saat Nabi Yunus berdakwah kepada kaumnya dan ternyata kaumnya keras kepala, ngengkel dan menolak seruannya maka kemudian Nabi Yunus ngambek, putus asa, marah, kecewa dan jengkel kepada kaumnya sehingga ia memutuskan meninggalkan kaumnya dengan naik kapal laut.

Di dalam perjalanan, ternyata sang kapten memutuskan untuk membuang salah satu penumpang karena kapal oleng dan keberatan beban. Untuk memastikan siapa yang dibuang ke laut, diadakanlah undian. Dan ternyata, setelah diundi 3 kali, nama Nabi Yunuslah yang selalu muncul. Nabi Yunus pun kemudian di lempar ke dalam laut dan dimakan oleh ikan.

Para ahli tafsir menyatakan ada tiga kegelapan yang dialami oleh Nabi Yunus. Pertama, gelapnya di dalam perut ikan, kedua gelapnya dasar lautan dan ketiga gelapnya malam. Tiga kegelapan itu ibarat masalah-masalah yang kita hadapi. Bingung solusinya, tidak tahu harus berbuat apa, dunia serasa gelap dan tidak tahu harus melangkah kemana.

Dalam kondisi seperti ini apakah Nabi Yunus sibuk mencari jalan keluar? melukai ikan dan berusaha kembali ke permukaan laut? Jawabnya, tidak. Nabi Yunus segera menyadari kesalahannya dan kemudian berucap Laa ilaha illa anta, subhanaka, inni kuntu minadzolimin. Artinya kurang lebih “bahwa tidak ada sesembahan yang hendak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim.”

Saat masalah datang bertubi-tubi bersegeralah melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi Yunus yaitu mengakui ketauhidan Allah SWT, mensucikan Allah, memohon ampun dan mengakui akan kekurangan diri. Dengan kata lain segera bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak doa Nabi Yunus dan sibuk introspeksi diri bukan sibuk menyalahkan siapapun.

Selama 40 hari Nabi Yunus berada di dalam perut ikan, ia selalu berzikir Laa ilaha illa anta, subhanaka, inni kuntu minadzolimin. Dan atas izin dan kuasa Allah SWT, Nabi Yunus dikeluarkan oleh ikan tersebut untuk bertemu dengan kaumnya. Dan ternyata, kaummya yang dulu ngeyel bin ngengkel, menolak bahkan merendahkan Nabi Yunus akhirnya menjadi kaum yang taat, setia dan beriman kepada Allah SWT. Masalahnya tuntas atas izin Allah SWT, bahkan ketika Nabi Yunus tidak bersama dengan kaumnya.

Hal ini sejalan dengan penjelasan Rasulullah dalam hadistnya “Sesungguhnya, tidak seorang muslim pun yang berdoa dengan doanya Nabi Yunus dalam suatu masalah, melainkan Allah akan mengabulkan doanya (HR, Tirmidzi).

Anda sedang punya masalah yang bertubi-tubi? Bersegeralah aktif dan memperbanyak doanya Nabi Yunus selama 40 hari dengan khusyu dan penuh kesungguhan serta harapan agar Allah SWT menuntaskan masalah Anda. Yakinlah banyak keajaiban yang akan datang kepada Anda. Siap mencoba?

Bagaimana RCO Kedepan

Aku tidak ingin berkata panjang lebar tentang RCO (Reading Challange ODOP), sudah 2 (dua) kali aku mengikuti program ini. Dari yang pertama, yang kedua ini lebih berhasil dan efektive. Boleh dibilang, semangat ODOP dibangkitkan kembali dalam level demi level RCO 5 ini.

Kedepan,  aku berharap RCO bisa mengangkat 'Bahasa Daerah' dalam level 'Tantangannya'. Mungkin bisa dibikin tantangan 'Temukan Kesalahan' dalam buku yang kita baca, karena sesungguhnya aku sering menemukan 'kesalahan' di buku yang kita baca. Tetapi kita sungkan 'menyalahkannya'....

Mungkin hanya ini yang bisa aku sampaikan, terima kasih Iyan juga Sovi yang telah mengawal program ini dengan baik dan berhasil.

#RCO
#readingchallangeodop
#Level5
#Rantangan3

Jumat, 15 Maret 2019

Sinar Perpisahan

senja memerah di cakrawala menyala
sinar perpisahan sang pangeran surya
lelah seharian dia mengitari bumi tiada menemukan
dewi chandra masih dalam dekapan satria kegelapan malam

Pantai Pijat

masih ada selembar uang duapuluh ribuan di tangan
di saku juga masih tergolek dua linting daun tembakau rajangan
aku berdiri di luar etalase panti pijat "Selera Papa"
memandangi puluhan wanita duduk berderet di atas sova
dengan pakaian minim mengundang nafsu asmara

dalam hati bertanya tanpa jawabannya
berapa harga sejam dipijat salah satu dari mereka?
tentu uang ini hanya cukup untuk membayari semenit elusan tangannya saja
bagaimana jika mereka dalam semenit meminta tambahan?
hanya tertawa kecut dalam bayangan sungkan

seorang lelaki tambun baru saja keluar dari dalam sebuah kamarnya
wajah bulatnya menyunggingkan senyuman kepuasan... sisa kenikmatan
dia mungkin habis dipijat tiga jam dengan tiga pemijat seksi
kelihatan bibir tebalnya banyak bekas air liur
terburu langkahku mengejar lelaki tambun itu ingin bertanya

"Bapak yang terhormat, yang habis keluar dari pantai pijat"
"Berapa rupiah kau habiskan untuk memanjakan badan dan fikiran?"
senyum hambar yang dipalsukan ditunjukkan padaku saat menjawab
"Tigaratus ribuan."
perkataanya itu menghentikan perjalananku mendampingi langkah kaki gemuknya

tigaratus ribu lenyap dalam satu jam?
sedang di tangan ini uang hijau sudah tergenggam lamanya hampir tiga jam
aku tersenyum membayangkan wajah biasa saja istriku dan tangan kasarnya... saat memijat punggungku
dia tidak meminta bayaran saat selesai dengan tugasnya
aku pulang dengan dada lapang dan otak penuh bayang
tangan istriku tersayang

Gerombolan Orang Gila

serombongan orang berbaju merah melintas
aku bertanya hendak kemana?
mereka menengokku dalam diam
tetap berjalan dalam rombongan

sekumpulan orang berbaju kuning terlihat
aku menegur lembut akan kemanakah?
mereka melihatku tanpa jawaban
rapi berjalan dalam kumpulan

sebarisan orang berbaju hijau lewat
aku melemparkan tanya hendak kemana?
mereka meningu padaku tanpa kata
berlalu dalam rapi barisan

segerombolan orang tidak berbaju melewatiku
aku hanya diam melihatnya dalam malu
mereka menggandengku dalam gerombolan
orang gila

Kamis, 14 Maret 2019

Resensi Fiesta Karya Ernest Hemingway

Judul: Fiesta
Penulis: Ernest Hemingway
Penerjemah: Rahmani
Penyunting: Rh. Widada, Rika Iffati Farihah
Penerbit: Bentang Pustaka

Adalah Jake Barnes sebagai tokoh utama. Seorang veteran Amerika dan kemudian menjadi seorang jurnalis. Temannya, Robert Cohn, petinju amatir, baru saja menerbitkan novelnya yang pertama. Dan seperti penulis pada umumnya, kesulitan untuk menuliskan novel berikutnya. Mereka sama-sama mencintai perempuan bernama Brett Ashley, yang gemar berganti pasangan dan mencintai banyak lelaki. Dia tertarik juga dengan seorang matador yang masih muda berumur sembilan belas tahun, Pedro Romero.

Fiesta telah benar-benar dimulai, dan itu akan berlangsung siang malam selama tujuh hari. Mereka terus menari, terus minum, dan keramaiannya terus berlangsung. Segala macam kejadian itu hanya dapat terjadi selama fiesta. Akhirnya, segalanya menjadi tampak semu dan sepertinya tidak akan menimbulkan kesan apa-apa. Tampaknya tidak tepat bila membayangkan akan ada kesan istimewa selama fiesta berlangsung. Selama fiesta itu kau akan merasa, meskipun fiesta sedang senyap, bahwa kau perlu berteriak agar perkataanmu dapat didengar. Perasaan yang sama juga terjadi jika kau akan melakukan apa saja.. (hlm. 273)

Adu Banteng atau corrida de toros adalah kebudayaan khas orang Spanyol. Mereka biasa menyelenggarakannya pada bulan April di Sevilla, kota ketiga terbesar di Spanyol, ibu kota Provinsi Andalusia. Adu banteng merupakan pertarugan antara manusia (matador) dan banteng dalam satu arena, plaza de toros. Menjadi matador merupakan lambang kegagahan di Spanyol. Adu banteng adalah seni, way of life, kekejaman, mata pencaharian dan terkadang digunakan untuk bisnis. La lidia adalah seninya.

Asal mula adu banteng berasal dari sejarah mengorbankan kerbau jantan pada zaman Yunani sampai Roma kuno dan kemudian mengalami evolusi sewaktu mencapai Spanyol. Pada abad ke-18, King Carlos III melarangnya, tapi tidak lama karena kemudian penerusnya segera menghidupkannya lagi. Pada abad ke-19 sekolah matador didirikan di Seville dan sekaligus dengan peternakan banteng unggul toro bravo. Biasanya dipertandingkan tiga banteng dengan tiga matador.

Death in the Afternoon sebuah buku tentang adu banteng, diterbitkan pada 1932. Hemingway telah menjadi seorang penggemar adu banteng setelah menyaksikan fiesta Pamplona pada 1925, dan mengarang fiksinya dalam The Sun Also Rises. Dalam Death in the Afternoon, Hemingway secara panjang lebar membicarakan metafisika adu banteng: praktik ritualnya, bahkan hampir merupakan agama. Dalam tulisan-tulisannya tentang Spanyol ia dipengaruhi oleh empu Spanyol Pío Baroja (ketika Hemingway memperoleh Penghargaan Nobel, ia pergi mengunjungi Baroja, lalu di tempat tidur kematiannya, secara khusus ia mengatakan bahwa ia berpendapat Baroja lebih berhak untuk penghargaan itu daripada dirinya).

Dalam novel semi auto biografis ini, tampak jelas bahwa Hemingway dengan detail menggambarkan tentang adu banteng. Beberapa kalimat yang menggambarkan hal tersebut:
Tak seorang pun pernah benar-benar menikmati hidupnya kecuali para matador. (hlm. 14)

Selama pemain adu-banteng itu ada di wilayahnya maka dapat dikatakan dia akan aman. Tiap kali dia memasuki wilayah banteng maka bahaya besar menghadangnya. (hlm. 386)

Jika kau peduli pada pemain yang berhadapan dengan banteng, sungguh tidak enak menontonnya. (hlm. 395)

Romero mengambil telinga banteng itu dari saudara lelakinya dan mengangkatnya tinggi ke arah Presiden. (hlm. 402)

Mereka sengaja melepas bantengnya keluar kandang satu demi satu. Di dalam kurungan ada lembu-lembu jantan yang menyambut banteng-banteng itu dan mencegah banteng-banteng itu agar tidak berkelahi, dan banteng itu akan mengejar-ngejar lembu jantan dan lembu jantannya lari berputar-putar seperti perawan tua yang berusaha menuangkan banteng-banteng itu. (hlm. 232)

…Ketika banteng berikutnya keluar kandang, ketiganya, dua banteng dan seekor lembu jantan, berdiri bersama, kepala mereka saling bersisian, tanduknya menghadap banteng yang baru saja masuk arena…. (halaman 247)

Sekilas membaca buku ini pasti kita terpaku pada percintaan para tokohnya ataupun seputar adu banteng. Bila kita membacanya dengan teliti, kita bisa menemukan makna semiotika representasi dari adu banteng tersebut. Contohya saja, Robert Cohn diibaratkan seperti lembu jantan; “Kukira kamu senang menjadi lembu jantan, Robert.” Atau pada kalimat; “Mereka berbahaya hanya jika sendirian, atau hanya ada dua atau tiga yang bersama-sama.” Tertulis pada halaman 248.

Untuk menuntaskan buku yang merupakan tulisan panjang seorang Ernest Hemingway ini, saya menghabiskan waktu dua hari (dengan keterbatasan pandangan mata kiriku yang katarak).

Semua negara hanyalah film seperti di bioskop, seperti juga Perancis. Ini ulasan akhir seorang Ernest Hemingway.

Kelebihan:
Ditulis dengan gaya penyampaian Western, bisa memperkaya gaya tulisan kita.

Kekurangan:
Aku hanya bisa membaca ebooknya, ini adalah perjuanangan bagi Pria 47 tahun yang mata kirinya mulai terserang katarak.

Sebagai buku bacaan yang berat (gaya bahasa dan alur konfliknya), ini adalah salah satu bacaan yang sangat penting untuk seorang penulis.

#RCO
#readingchallangeodop
#LevelAkhir
#Tantangan2
#ResensiBukuErnestHemingway

Senin, 11 Maret 2019

NBB_Rahasia Sang Idola

Nasehat Ibu, Dan Obsesiku Pada Hamish Daud
Penulis: Winarto Sabdo

"Kenapa kamu tampak sibuk sekali akhir-akhir ini, Put?" tanya Ibuku, pada suatu kesempatan ketika duduk beesanding di meja makan.

"Tidak ada, Bu. Aku hanya sedang mencari metode, bagaimana agar kelak Hamish bisa meniru kebiasaanku gemar membaca." jawabku, sembari tetap melakukan browsing dengan gawaiku.

Hamish adalah nama anak pertamaku, buah dari pernikahan dengan Mas Daud suamiku. Saat ini usianya menginjak 3 bulan, dan aku sudah terobsesi untuk membentuk karakternya sejak dini. Aku dan Mas Daud sama-sama penggila baca, darinya aku banyak mendapatkan manfaat dan ilmu pengetahuan. Kami berdua penulis, hanya saja kegiatan menulisku tidak seaktif suamiku.

"Kamu lupa, siapa yang membentuk karakter 'gila bacamu' menjadi seperti ini? Kamu kan anakku, kenapa tidak bertanya kepada ahlinya saja?" kata Ibu dengan nada menggoda, yang membuat kami tertawa bersama-sama.

"Oh iya, Bu. Ibulah yang menanamkan minat baca, dan gemar baca kepada aku dan Mas Win (kakakku) di masa kecil dulu. Maaf, aku melupakannya Bu."

"Iya, buku bacaan kalian dulu ratusan jumlahnya," jawab Ibu," Sampai Ayahmu membuatkan rak buku setinggi dua meter."

Kami tertawa-tawa lagi, membayangkan keseruan masa kecil kami.

"Bacakan buku, ketika pertama kali anakmu lahir." nasehat Ibu, yang segera kubantah dalam nada bercanda.

"Bukannya harus dibacakan atau diperdengarkan adzan dan Iqomad dulu, Bu?"

Ibu menatapku dengan melotot, malah membuatku tergelak karena melihatnya.

"Kamu tidak perlu menunggu anak berusia lima-enam tahun untuk bisa membacakan sebuah buku, mulailah mengenalkan membaca kepada anak sejak awal kelahirannya."

"Kenapa begitu, Bu?"

"Sebab perkembangan otak paling pesat, terjadi pada rentang usia 0-6 tahun. Delapan puluh persen ukuran otak kamu pada masa dewasa ini, ditentukan pada dua tahun pertamamu. Sayangnya, pendidikan di Indonesia justru dirancang untuk usia enam tahun ke atas."

Aku terkejut mendengar nada kecewa dari orangtuaku yang tinggal satu-satunya itu, tetapi di bibir keriputnya malah menyunggingkan sebuah senyuman.

"Pada masa komunikasi prasimbolik, setiap rangsangan komunikasi memberi pengaruh yang sangat besar bagi keterampilan komunikasi anak, termasuk di dalamnya kemampuan berbahasa dan berpikir."

"Wah... pengetahuan Ibu sungguh sangat luar biasa, kuliah dimana dulu ya?" godaku, sambil menowel bahu wanita yang memiliki sorga di telapak kakinya itu.

"Makanya, baca! Jangan sampai ketinggalan informasi, hanya gara-gara sekarang kamu punya kesibukan mengurus bayi!" semprot Ibu padaku, sambil memukulkan bahunya ke bahuku. Aku hanya cekikikan, menghadapi tingkah laku wanita 65 tahun itu.

"Lanjutkan, Bu!" rengekku, sambil menyodorkan segelas air putih ke hadapannya. Beliau segera meneguk sedikit air, sekedar membasahi kerongkongannya.

"Langkah pertamanya, bacakan buku pada anak dengan suara dikeraskan. Hal ini bermanfaat untuk merangsang komunikasi yang baik, mendorong anak untuk menyukai membaca, juga kemampuan dan kapasitas otak anak berkembang jauh lebih baik."

Ibu terlihat sangat serius saat menyampaikan bahasan ini, akupun mendengarkan wejangan beliau dengan khusyuk.

"Bacakanlah buku dengan suara yang berubah-ubah, sehingga berirama, sesekali meninggi dan rendah. Metode ini, akan membuat anak tertarik, sehingga anak benar-benar terlibat secara psikis." Ibu kembali menyeruput air dari dalam gelasnya. Aku merangkul bahunya, dan menyandarkan kepalaku disana. Perasaan beruntung sekali memiliki wanita yang tetap berlimpahan kasih-sayang, dan cinta kasihnya yang besar kepadaku sampai detik ini.

Ibu membelai lembut kepalaku, tetapi dengan tiba-tiba dia menolakkannya dari bahunya.

"Malah mau tidur!" serunya kepadaku.

"Tidak, Bu. Pingin nyandar saja." jawabku sambil meringis, seraya memandangi sisa-sisa wajah ayunya yang kini mengeriput.

"Lanjut apa tidak, ini?!" tanyanya.

"Lanjutkan,Bu!" jawabku.

"Jangan tidur!"

"Mboten Ndoro Putri (tidak tuan putri)!" jawabku sambil kembali menggodanya dengan towelan-towelan di dagunya, "silakan dilanjut, Bu."

"Dengarkan, ya. Kemudian, bacakan buku kepada bayi, dengan cara seolah-olah mengajaknya berbicara dan bercerita. Itu cenderung lebih menarik bagi bayi, daripada membacakan dengan apa adanya, atau datar-datar saja."

"Apa bayi seumuran Hamish, sudah bisa mengerti komunikasi Bu?"

"Bayi mengomunikasikan ketertarikannya pada sesuatu, sejak minggu-minggu pertama usianya. Tetapi, biasanya kita menangkap isyarat komunikasinya dengan jelas sejak usia sekitar dua atau tiga bulan."

"Seusia Hamish saat ini." selaku, kulihat Ibu menganggukkan kepalanya.

"Pada akhir bulan kedua, bayi menunjukkan ketertarikannya pada sesuatu, dengan mengeluarkan bunyi menyerupai gumaman."

"Iya, Bu. Hamish sudah mulai melakukan itu."

"Akhir bulan ketiga, bayi mengomunikasikan ketertarikannya dengan isyarat yang lebih jelas. Selain itu, bayi juga mulai bisa menunjukkan ketertarikannya dengan menggerakkan tangan ke arah buku yang kamu bacakan. Pandangan matanya juga lebih terarah." terang Ibuku, sebelum akhirnya dia menyeruput lagi gelas airnya. Aku menyodorkan toples berisi kue, tetapi dengan isyarat tangan dia menolaknya.

"Bulan keempat, bayi mulai menunjukkan ketertarikannya dengan mengigit buku yang kamu bacakan itu. Itulah sebabnya, buku untuk bayi perlu bahan yang tidak mudah sobek. Saat dibacakan buku, mata anak juga akan lebih berbinar-binar memandangi buku yang kamu bacakan."

"Benarkah?" tanyaku penasaran, hanya dijawab anggukan kecilnya.

"Akhir bulan kelima, bayi mulai terampil menggerak-gerakkan tangan ke arah buku yang sedang dibacakan untuk menunjukkan ketertarikannya, dan berusaha memegang atau menyentuh bukunya. Pada usia ini, bayi masih suka menggigit buku yang dibacanya. Inilah gaya khas bayi, sehingga Kamu tidak perlu marah kalau buku lebih cepat rusak."

"Wah, pengetahuan Ibu sangat luar biasa!" seruku dalam rasa kagum yang sejujur-jujurnya.

"Makanya, jangan berhenti menggali informasi baru dengan membaca!"

"Iya, Ibu. Mari dilanjutkan nasehatnya, nggih (ya)."

"Akhir bulan keenam dan ketujuh, bayi mulai aktif meraih buku yang ada dihadapannya. Ia berinisiatif mengambil buku sebagai mainan yang menyenangkan. Pada usia ini, bayi mulai senang mengoceh, terutama ketika ia sangat tertarik dengan buku yang kamu bacakan kepadanya. Ini sejalan dengan perkembangan berbahasa anak."

"Kedua... " aku menyela keterangan Ibu, karena merasa beliau melupakan markah yang diterangkannya padaku.

"Kok ujug-ujug (tiba-tiba) kedua, Bu?!"

"Kamu tidak menyimak, ya! Di awal kan sudah Ibu terangkan, langkah pertama 'bacakan buku dengan suara keras', ingat?!"

Seketika mukaku menjadi merah padam menahan malu, karena daya ingatku yang kalah tajam dari daya ingat Ibuku.

"Iya, aku mengingatnya sekarang. Maafkan aku ya, Bu." kataku sambil meraih tangannya, lalu menciumnya tanda meminta maaf. Ibu tersenyum sebelum meledekku.

"Kamu lebih parah dari Erwin kakakmu, untung dia jadi dokter sekarang."

"Ibu, jangan meledekku dong. Mending Ibu lanjutkan saja nasehatnya, nggih."

"Kedua, membuat pola baca anak. Kebiasaan membaca yang mulai kamu tanamkan sejak anak baru lahir, cenderung membentuk pola membaca pada anak. Kamu bisa membacakan buku setiap kali anak akan menjelang tidur. Kamu juga bisa membacakan buku setiap saat, kapan saja ada kesempatan. Nantinya anak kamu, akan mengikuti pola yang kamu buat."

"Ketiga, bukalah buku bersama anak. Saat usia anak semakin bertambah, kamu harus mengenalkan membaca kepada anak dengan cara yang lebih kaya. Saat anak berusia tiga atau empat bulan, kamu bisa mulai mengajak anak membaca buku bersama." tiba-tiba Ibu menyodorkan gelasnya yang sudah kosong, memintaku menuangkanya air lagi. Lalu setelah menyeruout sedikit airnya, dia melanjutkan kata-katanya, "caranya, dudukkanlah anak dipangkuan kamu. Letakkanlah ia dengan cara yang membuatnya merasa nyaman. Apabila perlu, kamu bermain-main dulu untuk membuatnya benar-benar siap kamu bacakan buku. Sebelum membacakan buku, ajaklah anak kamu berdialog. Sehingga ia merasa kamu mengajaknya berbicara. Sampaikan terlebih dahulu, kepada bayi kamu kegiatan yang akan kamu lakukan bersamanya. Mesikupun belum bisa berkomunikasi dengan baik, bayi akan lebih mudah tertarik apabila ia dilibatkan."

Tiba-tiba kudengar suara rengekan Hamish dari babybox di dalam kamar, aku meminta ijin ibu untuk meninggalkannya menengok anakku. Ternyata Hamish hanya mengompol, dia tertidur lagi setelah kuganti popoknya. Akupun segera menuju tempat Ibuku, yang sekarang sudah berpindah duduk di sofa ruang keluarga.

"Hamish mengompol, ya?" tanya Ibu.

"Iya. Sekarang tolong lanjutkan ilmu berharganya ya, Bu."

"Kamu masih mengingat, sampai mana ibu menerangkan?"

"Masih dong, Bu. Sampai ke dudukkanlah anak di pangkuan... "

"Baiklah, ternyata kamu mengingatnya."

"Ini yang keempat kan, Bu?"

"Keempat, berikan buku yang sesuai. Buku untuk bayi sebaiknya menggunakan bahan kertas yang cukup tebal, tidak mudah sobek, kaya warna, dan tidak banyak tulisan. Idealnya satu buku memuat tidak lebih dari 300 kata. Atau kalau memang  harus menggunakan banyak kata, kemasannya dirancang agar menarik dilihat. Sayangnya, di Indonesia jarang sekali tersedia buku-buku bayi." kembali terdengar nada kecewa dari perkataan ibuku, terasa sekali betapa kepeduliannya tentang hal itu. Lagi-lagi hanya senyuman yang ia tunjukkan, aku tahu dalam hatinya merasakan kekurangpuasannya.

"Untuk menyiasatinya, kamu bisa membuat sendiri. Caranya ambillah kertas karton. Guntinglah tiga bagian kertas berukuran 20 cm x 40 cm, masing-masing dilipat sama panjang menyerupai buku. Tempelkan gambar huruf, gambar angka, atau gambar benda yang warnanya mencolok. Atau bisa juga kamu menyusun sendiri buku untuk bayi kamu dengan memberikan tulisan atau gambar yang menarik."

Rasa kagum dan takjubku semakin dalam, menyadari betapa cerdasnya pola fikir wanita pensiunan guru Sekolah Dasar itu. Sungguh, aku tidak bisa beranjak dari rasa kagumku padanya. Seorang Ibu yang menjadi panutanku, bahkan idolaku.

"Kelima, pilihlah bacaan yang bergizi. Pastikan juga buku-buku yang kamu bacakan benar-benar buku yang berguna bagi jiwa, hati, dan pikiran anak. Agar upaya kamu merangsang anak 'gila membaca' benar-benar dapat memberi manfaat yang optimal. Pilihlah buku-buku yang memiliki struktur penceritaan yang sangat kuat. Sebab hal ini akan memberi pengaruh yang luar biasa besar pada kemampuan dan cara berpikir anak."

"Ibu, aku benar-benar takjub dengan kemampuanmu. Aku kagum dengan kecerdasan Ibu, yang seakan tidak pernah aus oleh usia."

Ibu tersenyum padaku, kembali mengelus kepalaku dengan lembutnya. Mengecup keningku dengan mesra.

"Itulah yang coba Ibu ajarkan kepadamu, Nella. Tetaplah cerdas dengan tetap membaca, kenalilah dunia dengan membaca, dan tahukah kamu... membaca dapat menjauhkan manusia dari kepikunan."

Aku memeluk tubuh Ibu dengan bangga, dengan rasa kasih dan sayang yang selalu diajarkannya semenjak kecilku. Betapa akau sangat mencintainya, pemberi langkahku menuju sorga Tuhanku.

"Bagaiamana kesimpulan kamu tentang nasehat Ibu tadi, ha?." tiba-tiba Ibu bertanya.

"Semakin dini membiasakan membaca pada anak, maka semakin kuat pula kecintaan anak pada buku. Benar kan, Bu?" jawabku dengan penasaran.

"Benar sekali, kamu memahami nasehat yang ingin Ibu sampaikan kepadamu. Sekarang terserah kepadamu, akan kau terapkan kepada Hamish atau tidak. Bicarakanlah ini terlebih dulu pada suamimu, Daud."

"Iya, Bu. Terima kasih nasehatnya." aku dan Ibu pun hanyut dalam kasih sayang, dan rasa cinta yang sangat luar biasa. Kami berpelukan dengan erat. Betapa berharganya keberadaan ibu dalam rumah tangga kami, sungguh masalh sekevil inipun aku masih membutuhkan campur tangan ibuku. Ibu, engkaulah idolaku. Terima kasih, Ibu.

(Tamat)

Penulis:

Winarto Sabdo

Anggota TPL (Teras Pejuang Literasi), Pegiat Komunitas ODOP (One Day One Post), Founder KOPLING (Komunitas Pejuang Literasi Nganjuk) di Kabupaten Nganjuk. Founder WAG  Nganjuk News Career. Ketua TBM (Taman Baca Masyarakat) Talang Cendekia di Kabupaten Nganjuk.

Buku:
1. Catatan Sang Perantau Buku Antology (Embrio Publisher Sidoarjo, 2019)
2. Dandelion: Antology Puisi (Dep Publisher Medan, 2019)
3. TheJhantongong; Serba-serbi pernikahan Orang Desa (ePustaka Nganjuk, 2019)

Email: winartosabdo46@gmail.com
winartosabdo416@gmail.com

WhatsApp: 082233450641

Kamis, 07 Maret 2019

Hijrah

aku memilih jalan ini
takkan lagi meningu masa lalu
jalan lurus yang akan kulalui
di sisa kehidupanku

meninggalkan cinta
menggenggam cita
takkan tergoyahkan
rayu goda nikmat dunia

ikrar lah kuteriakkan
agar alam menjadi saksinya
telah kutanggalkan hidupku
hanya untuk melayani-Nya

Panggil Aku Nur Muslimah

"Bagaimana, La? Kau terima pinangan Billy?" tanya Berty, sembari mengunyah pelan makanan di dalam mulutnya.
Yang ditanya hanya menggeleng pelan, pandangan matanya tak lepas dari piring berisi nasi goreng daging pesanannya... yang tak juga dijamahnya dengan sendok di tangannya.

"Raffaella, apa lagi yang kau tunggu dari seorang laki-laki? Billy lelaki mapan dan kaya-raya, orang berpendidikan tinggi, punya kedudukan yang bagus di perusahaan Ayahnya, dia juga tampan dan sangat menarik. Apa lagi yang kau cari, ha?" Berty memandangi wajah sahabatnya itu dengan serius, mencoba menerka-nerka apa yang ada di dalam fikirannya. Raffaella tersenyum hambar, menatap balik wajah sahabatnya itu dengan pandangan kosong. Sesekali disibakkannya helai rambut yang menutupi keningnya, lalu diseruputnya jus durian dari gelasnya.

"Raffaella, apa ada sesuatu yang coba kau sembunyikan dariku?"

"Tidak ada, Bert. Hanya masalah prinsip, yang menghalangiku menerima pinangannya."

"Prinsip apa?"

"Dia seorang muslim!"

Tiba-tiba suasana menjadi hening, Berty pun seakan kehilangan kata-kata. Bukannya lupa, sesungguhnya dia juga baru mengetahui jika Billy seorang muslim. Sedangkan dia dan Raffaella seorang Katholik, bahkan ayah Raffaella adalah seorang pastor. Yang dia herankan, setelah setahun beepacaran... mengapa baru muncul masalah seperti begini?. Apa selama pacaran, mereka tidak pernah membicarakan tentang perbedaan prinsip ini?

*****

Raffaela menghela nafas panjangnya, memandang jam dinding di kamarnya menunjukkan jam 02.00. Raganya mulai merasa lelah menjaga matanya, namun kantuk tak juga datang. Sepanjang hari ini dia berkutat dengan kegalauan, terasa sangat berat beban yang harus disandangnya. Beban yang seakan membawanya terhenti diujung tebing yang tinggi menjulang, sementara di bawahnya tetdapat jurang menganga yang siap menelan keseluruhan jiwa raganya. Billy dan pinangannya kemarin siang kepadanya, telah membuatnya seakan berdiri di persimpanvan yang gelap.

Jika dia memilih cintanya yang besar kepada lelaki itu, maka dia harus berani menanggalkan prinsip religinya. Namun jika dia memegang teguh agamanya, dia akan mendwrita sepanjanv hidupnya dalam setiap peribadatannya. Kembali butir-butir air mata memetes di pipinya, dia bersimpuh di atas altar pemujaan. Tangisnya pecah tak lagi dapat di tahannya, dia mengadu pada Tuhannya dengan linangan air mata. Hingga pagi menjelang, dia masih dalam posisi beribadat di altar suci itu.

*****

Billy sudah berkali-kali mencoba menghubungi nomor Raffaella, tetapi walaupun tersambung... kekasihnya itu seakan enggan mengangkatnya. Dia mencoba mengirimkan pesan, sama juga tidak beebalas. Rasa penasaran yang disertai kecemasan yang dalam, membuatnya menempuh berbagai cara untuk dapat mengetahui keberadaan wanifa pujaannya itu. Pertama kali dia menelpon Mama Raffaella, beliau mengatakan bahwa kekasihnya itu twlah pamit pergi bekeeja sejam yang lalu.

Lalu dihubunginya Berty sahabat karib Raffaella yang juga sekantor dengannya, tidak diangkat juga. Akhirnya dwngan rasa putus asa Billy membuka aplikas pencari jejak, aplikasi yang mampu melacak keberadaan pemilik nomor telepon yang di maksud. Ketika aplikasi itu mencoba menunjukkan dan mengarahkannya ke sebuah masjid yang dikenalinya, dalam hati Billy merasa terkejut. Dia menyangka aplikasi itu telah salah menganalisa data yang diberikannya, sehingga menunjukkan tempat yang salah pula. Raffaella seorang penganut Katholik Ortodok Syria, ada urusan apa sehingga satelit melacaknya beeada di sebuah masjid?. Billy mengulangi proses pencarian dengan aplikasi yang sama, kali ini dia menyertakan nomor Beety ke dalam daftar pencariaannya. Hasilnya sungguh sangat mengejutkannya lagi, mereka terdeteksi berada di tempat yang sama.... di Masjid Jami' Atthoriqqoh yang sangat di kenalnya. Kali ini dia baru merasa yakin, memang mungkin keduaanya ada di tempat itu.

Dengan agak kencang Billy memacu laju mobilnya, melintasi jalan yang agak lengang di siang itu. Masjid itu hanya terletak delapan blok dari rumahnya, bahkan sangat dekat dengan tempat kerja Raffaella dan Berty. Sebentar kemudian sampailah mobil sport warna kuning itu di pelataran luas Masjid Atthoriqoh. Dia segera keluar dari mobilnya, menyapukan pandangan di sepanjang tempat parkir. Di ujung sebelah utara, dia melihat mobil Berty terparkir disana. Billy segera berlari kecil kesana, berharap menemukan sang kekasihnya dan sahabatnya. Tetapi laju larinya terhenti oleh sebuah panggilan, seseorang memanggil namanya dengan suara tertahan.

"Billy!"

Ketika dia menoleh ke arah sumber suara, dia melihat Berty sedang melambaikan tangan ke arahnya. Billy pun menghampirinya.

"Kalian disini, sedang apa?"

"Aku mengantarkan Raffaella."

"Kemana dia, aku tidak melihatnya di sekitar tempat ini?" kata Billy sambil kembali mencari-cari dwngan pandangannya, ke senua lokasi Masjid itu.

"Dia sedang di dalam Masjid, bersama seorang Ustaz dan Pegawai Catatan Sipil, dan petugas dari Kemenkumham.." terang Berty. Billy sangat tetkejut dwngan jawaban Berty, sia-sia mencari tabu dengan analisanya yang tpak panik.

"Raffaella sedang melakukan apa di dalam sana, Bert?"

"Dia sedang melakukan prosesi untuk menjadi Mu'alaf, Bill."

Bagai mendwngar petir disiang bolong, Billy terlonjak karena rasa terkejutnya.

"Subhanalloh, kenapa dia melakukan itu tanpa memberitahu aku?!"

"Katanya, dia mau menerima pinanganmu sebagai Muslimah. Dia sudah mantap untuk menanggalkan ke Katholikannya, karwna sesungguhnya dia sudah mendapat panggilan untuk melakukan itu."

Obrolan mereka terhenti, ketika Berty membuat isyarat dwngan tangannya menunjuk ke arah pintu Masjid. Billy dengan segera mengikuti telunjuk temannya itu, dan dia hampir terpelanting jatuh menyadari apa yang sedang dilihatnya. Raffaella kekasihnya tampil dengan busana muslim sar'i warna kuning gading, sedang menuruni tangga masjid ke arah mereka. Billy masih ternganga tidak mempercayai apa yang tampak di depan matanya, gadis iti tampak sepuluh kali lebih cantik dan berseri dengan busana barunya. Tanpa terasa lelaki gagah itu berkaca-kaca, hatinya begitu trenyuh dwngan lengorbanan wanita yang akan dipersuntingnya kelak itu. Billy menangis dalam kebahagiaan dan rasa syukur yang tiada tara, terbayang sebagian dar mimpinya tentang surga telah menjadi nyata.

Gadis itupun tiba-tiba juga tak dapat membendung air matanya, melihat sang kekasih menatapnya dengan linangan air mata. Sesaat setelah mereka hanya sedepa saling berhadapan, tampaklah bahwa wajah mereka saling tersenyum dalam tangis bahagia.

"Raffaella!" seru Billy menyebut nama wanita pujaannya, tetapi sang wanita menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.

"Panggil aku Nurul Muslimah!"

(Tamat)

Selasa, 05 Maret 2019

Nanashop

Dia adalah Nana, seorang gadis 15 tahun anak kedua dari tiga bersaudara. Ibu tercintanya pergi mencari nafkah di negeri jiran, sementara ayahnya bekerja serabutan sambil menjaga mereka bertiga. Sesungguhnya, mereka bertiga pun tidak tinggal bersama. Kakak tertuanya Puput tinggal di rumah kakek-nenek mereka dari ibunya, sementara Babay saudara termuda mereka menempati rumah mereka bersama bapaknya. Sementara,  Nana tinggal bersama kakek-neneknya dari fihak bapaknya, ±5 kilometer jaraknya dari tempat saudara-saudaranya berada.

Nana baru kelas XI, kakaknya kelas X, dan adik bungsunya kelas VI. Diantara mereka bertiga, Nana memiliki watak dan karakter yang sangat berbeda dengan saudaranya. Dia lincah, ulet, pekerja keras, suka menulis, dan dia sangat cantik. Rambut panjangnya yang indah selalu ditutupinya dengan jilbab, karena keteguhan hatinya untuk menjadi hijaber sungguh sangat kuat. Dia mungkin sedang berusaha menjadi seorang muslimah sejati, itu sungguh-sungguh sangat mulia.

Disela waktu luangnya, dia mencoba berbisnis olshop. Menjadi reseller dari beberapa produk aksesories, pakaian, sepatu, bahkan juga jaket. Dia juga membuka bisnis olshop pribadi, menerima pesanan makanan dari kolega dan kenalannya. Tidak mengherankan, dalam seminggu saja dia bisa meraih keuntungan hampir ±Rp.500.000. Dia menabung penghasilannya itu, berharap suatu saat dapat membuka usahanya sendiri.

Hari ini dia tampak sangat bergembira, ada 11 pesanan kebab mini masuk ke gawainya. Maka dengan penuh semangat dia melayani semua pelanggannya, tidak perduli hujan deras, hujan badai, bahkan ditengah petir yang menyambar-nyambar dia mengantarkan pesanan pelanggannya. Ketepatan waktu adalah sikap disiplin yang coba digenggamnya dalam bisnis pertamanya ini, jangan sampai pelanggan kecewa dengan pelayanan kita katanya.

Nana memang penuh semangat, dia ingin bisa merasakan beratnya 'beban' ibunya yang bekerja keras di luar negeri. Yang meninggalkan anak-anak, demi cita-cita luhur membahagiakan keluarganya. Nana memang lain dari gadis seusianya, yang hanya bisa bermain dan meminta uang pada orangtua mereka untuk segal keperluannya. Tidak dengan Nana cantik, dia sudah mandiri di usia mudanya. Dia sudah bisa mendaparkan gaji diantara waktu bermainnya, dia sudah menemukan potensi dirinya yang paling utama.

Semoga usaha dan perjuangannya, selalu mendapatkan kesuksesan yang tiada tara. Semoga yang dicita-citakan serta diimpikannya terwujud, menjadi seorang busineshwoman. Insyaallohuma amiin.

Nanashop

Dia adalah Nana, seorang gadis 15 tahun anak kedua dari tiga bersaudara. Ibu tercintanya pergi mencari nafkah di negeri jiran, sementara ayahnya bekerja serabutan sambil menjaga mereka bertiga. Sesungguhnya, mereka bertiga pun tidak tinggal bersama. Kakak tertuanya Puput tinggal di rumah kakek-nenek mereka dari ibunya, sementara Babay saudara termuda mereka menempati rumah mereka bersama bapaknya. Sementara,  Nana tinggal bersama kakek-neneknya dari fihak bapaknya, ±5 kilometer jaraknya dari tempat saudara-saudaranya berada.

Nana baru kelas XI, kakaknya kelas X, dan adik bungsunya kelas VI. Diantara mereka bertiga, Nana memiliki watak dan karakter yang sangat berbeda dengan saudaranya. Dia lincah, ulet, pekerja keras, suka menulis, dan dia sangat cantik. Rambut panjangnya yang indah selalu ditutupinya dengan jilbab, karena keteguhan hatinya untuk menjadi hijaber sungguh sangat kuat. Dia mungkin sedang berusaha menjadi seorang muslimah sejati, itu sungguh-sungguh sangat mulia.

Disela waktu luangnya, dia mencoba berbisnis olshop. Menjadi reseller dari beberapa produk aksesories, pakaian, sepatu, bahkan juga jaket. Dia juga membuka bisnis olshop pribadi, menerima pesanan makanan dari kolega dan kenalannya. Tidak mengherankan, dalam seminggu saja dia bisa meraih keuntungan hampir ±Rp.500.000. Dia menabung penghasilannya itu, berharap suatu saat dapat membuka usahanya sendiri.

Hari ini dia tampak sangat bergembira, ada 11 pesanan kebab mini masuk ke gawainya. Maka dengan penuh semangat dia melayani semua pelanggannua, tidak perduli hujan deras, hujan badai, bahkan ditengah petir yang menyambar-nyambar dia mengantarkan pesanan pelanggannya. Ketepatan waktu adalah sikap disiplin yang coba digenggamnya dalam bisnis pertamanya ini, jangan sampai pelanggan kecewa dengan pelayanan kita katanya.

Nana memang penuh semangat, dia ingin bisa merasakan beratnya 'beban' ibunya yang bekerja keras di luar negeri. Yang meninggalkan anak-anak, demi cita-cita luhur membahagiakan keluarganya. Nana memang lain dari gadis seusianya, yang hanya bisa bermain dan meminta uang pada orangtua mereka untuk segal keperluannya. Tidak dengan Nana cantik, dia sudah mandiri di usia mudanya. Dia sudah bisa mendaparkan gaji diantara waktu bermainnya, dia sudah menemukan potensi dirinya yang paling utama.

Semoga usaha dan perjuangannya, selalu mendapatkan kesuksesan yang tiada tara. Dia moga yang dicita-citakan serta diimpikannya terwujud, menjadi seorang busineshwoman. Insyaallohuma amiin.

Minggu, 03 Maret 2019

Surup Sandikala

barat cakrawala memerah darah
surup sandikala bersiap mengancam dengan petaka
mereka yang melupakan pergantian dimensi
sakral yang akan berkuasa
atas jiwa-jiwa yang alpa

pintu dunia lain akan terbuka
membawa serta ribuan penyakit merajalela
memunculkan arwah penasaran serta roh yang terkutuk
melingkupi manusia yang melupa kewajibannya

mereka yang pulang ke rumah setelah sandikala
seperti membawa bencana di balik punggungnya
ditunggangi angkara dari alam tak kasat mata
menjadi prahara dalam hidupnya

wahai hindarilah dahsyat kutukan surup sandikala
karena tidak ada kebaikan diantaranya
cegahlah dengan memohon kehaditlrat-Nya
beribah dan berdo'a memohon keselamatan jwa dan raga

Dia Tidak Cantik (Patidusa)

dia itu tidak cantik
golongan buruk sekali
sangat memuakkan
tingkahnya

selalu tampil sok imut
padahal sungguh mengerikan
jika jujur
melihatnya

bukannya lupa tidak bersyukur
aku membenci kesombongannya
tingkah lakunya
memualkan

anfai dia gadis pendiam
orang pasti simpati
sesama muslim
berpelukan

Pendapatku Tentang Gadis Yang Sok Cantik Itu

Jika kau tanyakan pendapatku tentangnya, dia itu adalah:
Gadis muda yang bermasalah secara kejiwaan, yang terluka bathinya di masa kecilnya.

Gadis biasa yang mengaku luar biasa, menjalani kemunafikan di sepanjang kehidupannya. Siapa yang melihatnya sebagai pribadi yang menarik? Bahkan kesan memuakkan terpancar dari kesehariannya. Bukan tanpa alasan dia menjalani itu, tak lebih hanya untuk menutupi luka hatinya.

Tidak ada yang memuji kecantikannya, karena secara lahiriah memang sama sekali tidak terlihat cantik. Tetapi dia dengan sok nyaman berkata, "Im pretty!"

Kita tidak memperoloknya sebagai si buruk, hanya karena etika pergaulan saja. Coba saja di negara ini tidak ada undang-undang, tentang 'perbuatan tidak menyenangkan' yang bisa menuai hukuman. Pasti setiap hari bakal ada ratusan bahkan ribuan orang yang akan dengan senang hati mem-bullying.

Kita tahu dia tidak cantik, tidak menarik, bahkan cenderung memuakkan, mengesalkan, mengerikan. Tetapi kita hanya bisa diam membisu, tanpa bisa berkata sepatah katapun. Agama juga melarang kita, menghina sesama muslim. Nah.

Tetapi argument setiap orang tentu berbeda, seperti apapun pandangan kita tentangnya... itu tidak sama dengan pendapat kekasihnya. Yang tentu dengan sangat lebbay memuji-mujinya disemua media sosialnya.

"Duhai cantikku, bidadari surgaku, bunga mimpiku, humairohku. Oh bunga surgawi."

Dia tidak tahu betapa menderitanya kita yang membaca tulisannya itu?

Tiga orang dilaporkan langsung muntah di depan hapenya, dua orang lagi muntah di baju temannya. Lima orang langsung ijin pulang dari pekerjaan, karena menderita mual-mual setelah membaca tulisan itu. Belum lagi puluhan siswa SMA, yang jadi kesurupan massal setelah membaca itu. Dan parahnya, sekumpulan ibu-ibu yang berniat mengadakan demo di depan Pengadilan Negeri, karena menganggap pujian kekasih gadis itu sebagai " Fitnah yang Kejam dan Menyesatkan!"

Nah, loh! Aku hanya bisa berpesan kepada gadis yang sok cantik itu, belilah cermin... please, deh.

Teriakan

Wooooooooiiiiiii!
Haaaaaiiiii!
Auuuwoooo!

Pak Pani (Funny)

Tidak pernah merasa sedih, itulah sesungguhnya yang ingin aku perlihatkan kepada mereka. Selalu ceria, selalu menebarkan aura kegembiraan dimanapun aku berada. Mereka tidak akan pernah memahami keadaan hati juga perasaan yang sesungguhnya, karena mereka hanya melihat karakter ceria pergaulanku saja. Aku memang tidak pandai tersenyum karena tekstur wajah yang terlihat selalu tegang (baca:menakutkan), aku mengekspresikannya dengan kata-kata yang mengundang gelak tawa, kekonyolan-kekonyolan, bahkan bernyanyi diantara mereka. Itulah kenapa mereka memanggilku Pak Pani (Funny). Aku hanya tersenyum mendengar dan menerima gelar itu, mereka memang tidak mengerti aku.

Aku hanyalah lelaki 47 tahun, seorang duda (belum resmi secara aturan negara), tinggal bersama ibuku yang sudah mulai pikun. Tanpa pekerjaan tetap, hanya tenaga serabutan yang tidak memilih-milih bidang pekerjaan. Kuli bangunan bisa, jasa pengantaran barang oke, mengecat background tembok atau wallpainting (melukis tembok) aku jalani. Membantu menulis skripsi aku bisa, membantu menuliskan artikel untuk orangpenting juga kujalani. Menerima upah recehan aku terima dengan rasa syukur. I can do alles.

Tetapi sebulan ini aku sama sekali tidak berpenghasilan, tidak ada satupun tawaran pekerjaan yang menghampiriku. Untung masih ada sedikit tabungan yang bisa kami pakai untuk menyambung hidup, walaupun itu hanya untuk bisa makan nasi kosong dengan lauk sambal saja. Itu, sudah bisa membuatku melantunkan lafadz Alhamdulillah.

Tetapi seperti yang kuceritakan diatas, semua ini kujalani dengan penuh rasa syukur dan keceriaan. Hanya aku dan Tuhan yang tahu, seperti apa sesungguhnya kehidupanku. Akupun berharap kalian tidak terbawa suasana, tetaplah menganggapku sebagai Pak Pani (Funny) dalam imajinasi kalian selalu.

(Tamat)

Resensi Buku: Subtle Art Of Not Giving a F*ck Karya Mark Mansion

The subtle art of not giving a f*ck: sebuah seni untuk bersikap bodo amat, karya Mark Manson. Aku membaca yang versi ebook dengan melalui aplikasi penerjemah. Belum pernah baca yang orisinil, tetapi mungkin kualitasnya sama sepeti versi aslinya.

Sinopsis :
"Selama beberapa tahun belakangan, Mark Manson''melalui blognya yang sangat populer telah membantu mengoreksi harapan-harapan delusional (kekeppoan) kita, baik mengenai diri kita sendiri maupun dunia. Dia menuangkan buah pikirnya yang keren itu di dalam buku hebat ini.
"Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Makanya, Anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian Anda." Ini adalah salah satu cukilan dari tulisannya, yang paling kuingat.

Manson menciptakan momen perbincangan yang serius dan mendalam, dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan kekinian (ala aplikasi penerjemah), serta humor yang cadas. Buku ini merupakan tamparan di wajah (kita) yang menyegarkan untuk kita semua, supaya bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan, dan apa adanya.

Kelebihan:
- Cara penyampaian ide yang didahului dengan ilustrasi-ilustrasi unik, dan humor-humor (yang sebenarnya aku tidak bisa menikmati kelucuannya) yang segar.
- Sebenarnya ide yang dituangkan di buku ini biasa daja, tetapi karena kita tidak pernah memikirkannya... akhirnya terlihat luar biasa.

Kekurangan:
- Disajikan dengan Bahasa Inggris (American Style), sehingga (aku) harus membacanya melalui aplikasi penerjemah file.
- Bahasa yang dihasilkan oleh aplikasi penerjemah, terkadang juga sulit difahami karena berbeda PUEB-nya.

Overall sebagai bahan bacaanku mengikuti RCO (Reading Challenge Odop) yang mengharuskan membaca buku berbahasa Inggris, bacaan ini terasa sangat berat. Aku anjurkan yang membaca resensiku ini, untik mencoba membaca bukunya yang versi Bahasa Indonesia saja.

Mark Manson

Mark Manson, lahir 9 Maret 1984. Dia adalah penulis, blogger, dan wiraswasta Amerika. Penulis situs web MarkManson.net dan dua buku, The Subtle Art of Not Giving F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life dan Models: Attract Women through, Honesty. Dia juga CEO dan pendiri Infinity Squared Media LLC.

Tempat tinggal: Manhattan, New York
Kebangsaan: Amerika
Kewarganegaraan: Amerika
Pekerjaan: Penulis
Karya penting: Subtle Art of Not Giving a F*ck
Pasangan: Fernanda Neute

Latar Belakang:
Mark Manson berasal dari Austin, Texas, di Amerika Serikat. Ia pindah ke Boston, Massachusetts, untuk belajar dan lulus dari Boston University dengan gelar sarjana keuangan pada 2007.

Mark Manson memulai blog pertamanya pada tahun 2009 sebagai saluran pemasaran untuk bisnis 'Saran Kencannya', dan kemudian beralih ke blogging penuh waktu sebagai nomaden digital.

Karier sebagai blogger:
Situs web Mark Manson, markmanson.net, menjadi tuan rumah sebuah blog populer yang ditulis oleh Manson yang mengumpulkan 400.000 pengunjung bulanan pada tahun 2014, dan telah berkembang menjadi 2 juta pengunjung bulanan pada tahun 2016.

Dia menulis tentang topik yang berkaitan dengan budaya, kencan dan hubungan, pilihan hidup, dan psikologi, dan menyatakan bahwa dia menulis 'saran pengembangan pribadi yang tidak payah.'

Artikel Mark Manson telah dipublikasikan dan dikutip di CNN, BBC News, Business Insider, Yahoo! Berita, The Sydney Morning Herald, Time, Vox,  The Huffington Post, dan lainnya.

Dalam bukunya 'Big Magic: Creative Living Beyond Fear' penulis Elizabeth Gilbert mengutip blog Mark Manson, menyatakan;

"Saya baru-baru ini membaca blog yang luar biasa oleh seorang penulis bernama Mark Manson, yang mengatakan bahwa rahasia untuk menemukan tujuan hidup Anda adalah menjawab pertanyaan ini dengan kejujuran total: 'Apa rasa favorit Anda dari sandwich yang memuakkan?' "

Karya-karya Mark Manson telah diterbitkan pada banyak platform penerbitan online seperti Medium, Goodreads, Upworthy dan, The Minds Journal.

Buku pertama Mark Manson, Models: Attract Women through Honesty, diterbitkan sendiri pada tahun 2011 dan pada 2014 telah terjual lebih dari 15.000 eksemplar. Buku ini mengajarkan pria cara menarik wanita melalui komunikasi yang jujur, dan menciptakan gaya hidup yang selaras dengan nilai-nilai seseorang. berbeda dengan banyak ide populer di komunitas artis pikap, yang telah dicap menipu dan tidak jujur.

Buku kedua Mark Manson, The Subtle Art of Not Giving F * ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life, diterbitkan pada 2016. Buku ini adalah reaksi terhadap industri swadaya, dan apa yang dilihat Manson sebagai budaya kepositifan yang tidak berpikiran praktis, dan tidak membantu bagi kebanyakan orang.

Manson menggunakan banyak pengalaman pribadinya, untuk mengilustrasikan bagaimana perjuangan hidup sering memberi lebih banyak makna, yang menurutnya adalah pendekatan yang lebih baik, daripada terus-menerus berusaha untuk bahagia.

Pendekatan dan gaya penulisan Manson telah dikategorikan oleh beberapa orang sebagai pelawan untuk industri swadaya umum, menggunakan kejujuran tumpul dan kata-kata kotor untuk menggambarkan ide-idenya.

Buku ini pertama kali muncul di Daftar Buku Terlaris New York Times di #6 untuk kategori How-to dan Miscellaneous untuk minggu 2 Oktober 2016. Itu juga muncul di Washington Post Bestseller List di # 9 di kategori Non-fiksi/Umum untuk minggu 25 September 2016, [24] dan di Toronto Star List di #1 dalam kategori Self-Improvement pada 23 September, 2016. Pada tahun 2017, buku ini menjadi buku terlaris unggulan di Barnes & Noble [26], buku terlaris #4 di Amazon.com. [27], dan buku terlaris #9 di Kanada.

#ReadingChallengeOdop
#Level4
#Tantangan2
#Biografi

Sabtu, 02 Maret 2019

Bisa Racun

apakah racun dalam suguhan akan menghentikanku mencintaimu
jika itu dapat menjadikanmu berhenti berlari menghindariku
biar kuteguk dengan segenap jiwa

dan apabila bisa yang ada di antara sajian membuatmu lega
akan kulahap dengan segenap rasa
aku mencintaimu
bukan ingin menyakitimu

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...