Jumat, 31 Agustus 2018

Lomba Kartun Nabi

berkecamuk
dahsyat amarah
dendam kesumat
bara murka
tetapi jiwa ingin mengampuni

kesalahan ya
manusia durjana
menghujat agama
ingin menggambar nabi kita

buta hati ya
gelap rasa ya
kalut mendera
kerana lah terkikis kesadaran ya

manusia hina
tidak beragama
kelaparan akhlak
mari kita membina ya

kumaafkan
kumaklumkan
kesalahan ya
kerana tuhan berlaku sama

oh
wahai
aku berserah atas dosa
takkan terulangi

Nganjuk, 1 September 2018

Kamis, 30 Agustus 2018

Kau Bilang Aku Absurd

kau bilang aku absurd
suka gak jelas arah tujuanya
kaya kabut pagi
secepat datang secepat pergi
ngilang tanpa bayangan
itulah jiwaku

kau bilang aku freaky
telanjang dada menantang surya
kadang tertawa dalam amarah
mengutuk kenyamanan
merubah tatanan
itulah semangatku

kau bilang aku over acting
mendendam pada malam
mengutuk siang hari
meneriaki angin dan hujan
tapi menangis dalam pemujaaan
itulah amarahku

kau bilang aku beast
nenerjang awan
menerobos penjagaan
bagai jalang terlepas kandang
memakan segala yg kelihatan
itulah ghairahku

kau bilang aku funky
menggapai mimpi dengan puisi
meraih cita dengan prosa
melintasi kemapanan merantai
itulah jatidiriku

kau bilang aku funny
merangkai tangis jadi nyanyian
merasai luka dengan tawa
berkarib dengan penderitaan
itulah perjuanganku

kau bilang aku everything
jiwaku
semangatku
amarahku
ghairahku
jatidiriku
perjuanganku
takkan seperti bayangannu

Nganjuk, 31 Agustus 2018

Nyala Asa

tak terbendung gelora di dada
bak air bah menerjang
segala yang coba menghadang
menembus rintangan laksana jalang

maju menyerbu menderu
merangsek menggilss debu
ini perjuangan
rebut kemenangan

nyala asa memapah jiwa
berselimut api
berjubah duri
dan rasa sakit menghiasi

jika teguh berdiri
digenggaman sekepal mimpi
atau harus mati
dengan harga diri

hai prahara yang menghalangi
atau derita yang mengiringi
di jiwaku terpatri baja
pantang berkalang seribu nyawa

maju !!!
tuntaskan harapan
ini kemenangan sudah didepan
jangan takut mati
jangan takut terlukai

ayo !!!
kebahagiaan sudah di angan
tunaikan janji tuhan
jangan berhenti
menangi pertempuran ini

Nganjuk, 31 Agustus 2018

Personal Branding

Perasaan sewaktu kecil ( antara 1971 - 1980 ) dulu, rasanya pernah deh ibuku memberiku Cerebrovit. Gak yakin juga sih, umur segitu aku "mungkin" masih belum bisa membaca. Ibuku sendiri buta huruf, jadi semakin gak yakin deh, saat itu ibuku memberiku multivitamin atau obat cacing.
Dan semakin bertambah sangat tidak yakin, karena waktu itu mungkin kalbe farma juga belum ada. Ah sudahlah, pengenya aku awal membahas cerebrovit adalah ingin mengaku punya faya ingat kuat. Tidak terbukti khan ?.

Ini pemberian Materi ke-2 di Pra ODOP Batch 6, setelah kemarin April Cahaya dgn kelap kelipnya begitu lugas, memotivasi, menginspirasi, mrnyampaikan detil materinya. Hari ini tak kalah kerenya, materi tentang Personal Branding harafiahnya jadi merk pribadi.

Kali ini yg dipaksa menyampaikan msteri adalah Hiday Nur, gak bisa kusebutkan job discription nya. Pokoknya katain aja dia kereeen abis dah kece badai khatulistiwa cetar membahana. Dia menyampaikan materi secara detail, bahasanya lugas gampang dimengerti. Semua memuji kepiawaianya dalam memveru motivasi, bagaimana dia menginspirasi, pokoknya top markotop deh.

Giliran sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan klise dapat dijawabya dgn tuntas. Dan beberapa pertanyaan klasik juga dilintarkan teman-teman, dan semua dijawab dgn sangat cerdik. Nah tiba pertanyaan dariku, apa keterkaitan Personal Branding dengan Writing Project ?, dijawabnya maaf saya tidak faham. Wah sewot dong guah. kuuber ke japri chat ...dan ternyata

Hiday Nur adalah sosok keibuan yg zangat menyenangkan, sabar, kalem, aku yg semula sewotpun dapat ditahlukkanya. Pertanyaanku dijawabnya dgn baik, walaupu tetep meninggalkan keharuan disana (tidak akan aku publikasikan). Maaf.

Kembali ke masalah Personal Branding, aku menyebutnya pencitraan itu sungguh sangat bagus untuk mendukung writing project /kepenulisan / proyek nulis. Di bagian nama penanya, dictionya, kontenya atau bahkan isinya, semua memburuhkan Personal Branding atau Pencitraan itu, simple beneran. Kesimpulanya, Kita beruntung menjadi Keluarga ODOP, bersekolah gratis, mendapat ilmu yg berguna untuk kepenulisan, dapat mengenal banyak Orang Hebat Indonesia, memiliki banyak teman baru, dan yang utama kita semakin seneng nulis. Bagiku, One Day One Post adalah anugrah yg tidak kusangka - sangka, semoga ODOP abadi selama - lamanya. Amiin.

Kutuntaskan Dendam Tuan

menggunting amarah
menjejalkanya pada ketidak berdayaan
saat teraniaya
betapa sakitnya

api membakar tempatnya berpijak
menghilangkan kenangan
tiada kata maaf
tiada terima kasih

ini belati tajam disemua sisi
membabat apapun dari masa lalu
mimpi yang tidak terbeli
janji yang tak pernah tunai

asap membumbunglah
porandakan indah kayangan
terkam dewa tertawa
tumpas dewi bernyanyi

aku mengiris kenyataan
melukai jati diri
karena inilah amarah
satu satunya yg kukuasai

oh tuan
kau mengetahui tapi diam
kau menangis tapi tak terdengar
biar kutuntaskan dendammu tuan
ayat ini akan menjadi pemenangnya

Nganjuk, 30 Agustus 2018

Jangan Kau Lakukan

jangan engkau lakukan itu
meskipun engkau mampu dengan kuasamu
meskipun engkau bisa dengan jabatanmu
meskipun tak akan ada yang menghalangimu
meskipun takkan ada yang akan menyulitkanmu
meskipun dibelakangmu lowyer seribu
meskipun yang membackingmu pengacara bermutu
itu takkan bisa menyelamatkanmu
jika kau melempar ulat bulu di pangkuan ibu mertuamu...

Rabu, 29 Agustus 2018

Sudah Engkau Apakan Anakku?

Dua pasang mata menatap tajam penuh kemarahan padaku,
mata dari ibu calon mertuaku, dan mata dari ayah calon mertuaku. Aku tidak menemukan sepasang mata calon istriku, karena ia menunduk tersedu-sedu. Aku sudah ingin menunduk juga pada saat itu, sebelum calon ayah mertuaku membentak

"Sudah engkau apakan anakku?! Dudah seminggu ini kau ajak dia ke pulau bali?!"

"Mengapa begitu datang, dia langsung menangis seperti ini?! Sudah engkau apakan anakku?!"

"Apakah engkau merayunya,  agar dia melepaskan mahkota kehomatannya sebelum hari pernikahan?! Jawab! Sudah engkau apakan anakku?!"

Aku memandang ke arah calon istriku, dan tangisannya semakin menjadi-jadi.
Ibu calon mertua merangkul bahu calon istriku, tangisnyapun pecah berderai-derai.

"Sudah engkau apakan anakku? Jawab, Wiiin!!! "

Waktu sangatlah amat mendesak, aku harus berkata sejujurnya. Aku tidak mau menjadi pengecut, munafik yang menghindar dari kenyataan. Aku tidak ingin mereka semua mendeskreditkan posisiku yg sangat amanah ini,
maka dengan lantang aku menjawab pertanyaan mereka.

"Bapak serta Ibu calon mertuaku yg terhormat, yg kata-katanya adalah hukum bagiku, yg kelak akan merelakan anak gadisnya pergi mendampingiku, dengarkanlah", kataku sambil menatap secara bergantian, wajah-wajah kedua orang itu.

"Benar aku mengajak anakmu, yaitu calon istriku pergi ke pulau bali selama seminggu. Bersama rombongan karang taruna dari desaku, Ustadz Shaleh ketua rombonganya, Hajjah Fatimah ketua regunya "

"Sepanjang perjalananpun duduk kami dipisah, cewek di kiri cowok di kanan. Dan sepanjang perjalanan kami dibimbing membaca do'a istighosah dan surat yasin. "

"Sampai pulau bali kami disuruh mengaji, dan diawasi sholat wajib kami, termasuk hadas najis kami"

"Sepanjang perjalanan kami cuma bisa saling memandangi, berkirim WA pun kami tidak diberi"

Ibu calon mertuaku dan ayah calon mertuaku terkejut, mendengar indahnya tutur bahasa dan penyampaikan lisanku

"Tetapi, mengapa anakku begitu datang langsung menangis tersedu-sedu?"

Akupun memandangi wajah calon istriku, memohon untuk aku menjawab dengan kejujuranku. Dia mengangguk setuju, akhirnya dengan lantang ku katakan kepada mereka.

"Dia telah menghilangkan seperangkat perhiasan emas permata yg dipinjamnya dari ibu!"

"Aappaaaaaa???!!!"

Dua orang itu terkejut bersamaan,
kejang-kejang, kemudian pingsan.

(Tamat)

Apa Yang Sedang Anda Pikirkan?

Haddeuwh, baru semalam mendapat materi dari suhu penulis, mendapat banyak trik memotifasi diri sendiri, dan kiat memenej perasaan malas. Dan hari ini aku malah merasa kosong, tidak termotifasi apapun, dan perasaan malas yg beberapa hari ini menghindariku, hsri ini dis bercokol dengan angkuhnya

Tiba - tiba kehilangan mood menulis, tiba - tiba kehilangan inspirasi brilliant, itu adalah bencana bagi penulis pemula sepertiku. Tiba - tiba menjadi seorang wanita vrigid, atsu menjadi lelaki lemah impotent yg kehilangan ghairah bercinta. Ini adalah tragediku hari inj, bahkan ketika membuka akun facebook sudah terpampang pertanyaan, Apa yg sedang Anda pikirkan ?

Aku sedang memikirkan apa ?, rekening Air yg sudah 2 bulan tak terbayar ?, rekening Listrik yg tiba - tiba melonjak 2 kali lipat bulan ini ?, atau pengeluaran baru untuk biaya kost dan biaya hidup anskku selama sebulan di Surabaya ?. Aku sudah tidak dapat berfikir lagi

Dan sungguh, kehilangan semangat, membuatku merasa menjadi sangat tidak berguna. Seperti perasaan Raden Puntadewa, ketika kehilangan jamus kalimasada. Seperti ketika Prabu Rama kehilangan Dewi Shinta, seperti inilaj sekarang perasaanku.

Ingin mengeluh, pada siapa ?. Ingin curhat, takut mempermalukan diriku. Ahh...sudahlah aku akan menyerah saja hari ini, aku tidak akan menyetorkan tulisan apapun hari ini. Tidak prosa. tidak cerpen, tidak puisi ataupun sajak.

Hsri ini aku hanya akan diam dan merenungi, kenapa aku sampai kehilangan motifasi menulisku ?, kenapa sampai aku bisa kehilangan inspirasi menulisku ?, kenapa aku kembalj bergaul dengan perasaan malas menulis. Apakah ini ada hubunganya dengan weton atau neptu hari ini ?, emangnys sekarang apa neptunya ya ?

Sudah...sudaaah..., aku benar - benar menyerah pada rasa malas hari ini, biar perasaan tidak ingin menulis apapun hari ini berkuasa di hati sanubariku. Aku akan meminta maaf kepada PPJ grup Pulau Harapan di Pra ODOP Batch 6,  hari ini aku tidak dapat menyetor tulisan apapun.

Selasa, 28 Agustus 2018

Fenomena Pemotor Cilik

Fenomena ini coba aku angkat ke permukaan, dan semoga menyentuh kesadaran hati nurani para pembacanya. Ini juga hasil investigasiku selama menjalani pekerjaanku sebagai klebet, atau pengatur lalu lintas partikelir untuk mengamankan lalu lalang truk proyek Tol Saker / Soker ( Salatiga Kertosono ).

Hampir setiap hari Pelanggaran Lalin ini aku saksikan, mulai dari tidak mengenakan helm saat berkendara, berboncengan tiga, bahkan berboncengan empat. Pada kasus terakhir pelakunya adalah anak sekolah, atau seumuran 10 sampai 12 tahun, pada kejadian extreme aku pernah menghentikan anak umur 9 tahun dgn motor modifikasinya. Masyaallah ini anak siapa ?.

Membiarkan atau mengijinkan anak - anak di bawah umur, untuk memakai / mempergunakan / mengendarai kendaraan bermotor yg belum dilengkapi ijin berkendara, adalah pelanggaran hukum yg sangat serius. Seperti kita ketahui, yg disebut anak - anak adalah warga negara yg berumur kurang dari 18 tahun, ini masih menjadi tanggung jawab orang tuanya. Kecuali secara hukum dinyatakan lain.

Coba bayangkan, jika pelaksana hukum dan pengawas hukum di negeri ini tetap mengindahkan kejadian seperti diatas, tidak berhelm hukumnya biasa saja, anak dibawah umur berkendara hukumnya asal hati - hati dan tidak ngebut tidak apa - apa, apa jadinya negeri ini ?.

Anda pasti pernah mendengar, atau pernah melihat berita kecelakaan yg melibatkan anak - anak. Generasi Bangsa ini tergeletak tak bernyawa sebelum sampai sekolahnya, atau sepulang sekolahnya. Ini mutlak kesalahan orang tuanya.

Jangan beralasan tidak ada yg mengantarkan anak ke sekolah, tidak ada waktu mengantar anak ke sekolah, atau bahkan anak sudah minta kendaraan sendiri. Pilih konsekwensinya, jangan banyak alasan untuk menolak kesalahan prinsipial dgn sikap aroganital. Ingat pepatah Jawa : Uculno endase Cekeli buntute, ini artinya jangan mengekang anak tetapi tetap kontrol kegiatanya.

Jangan biarkan / jangan ijinkan anak anak dibawah umur, memakai / mempergunakan / mengendarai kendaraan bermotor, ikuti anjuran / peraturan hukum yg berlaku. Sayangi anak - anak Kita, lindungi mereka dari bahaya berkendara yg melanggar hukum. Jangan sampai Kita kehilangan mereka, karena keteledoran Kita. Mohon maaf jika sok menggurui, sok ngerti hukum, sok nulis, dan lainya. prinsipku
hanya satu :  AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR. Terima Kasih.

Nganjuk, 28 Agustus 2018

Anak-anakku

Kharisma Syair Bintang Ratnadilla / Dilla / Ndil anak tertuaku, lahir di Tulung Agung, 3 September 1993 dari rahim mantan Istri Pertamaku Yashinta Prabawati Saiman. Periang, Humoris, Sederhana, Pemberani, Jujur dan tidak sombong, tapi sayang dia harus menikah dini karena pergaulan yg salah. Dia kini memberikanku 2 orang cucu yg gagah dan lucu, Muhammad Sabian Annurulloh dan Muhammad Abyan Syukrulloh, dan kini dia tengah mengandung Putri (menurut USG) ketiga yg Insyaallah lahir bulan Nopember ini. Dilla I Love You.

Bayu Bhisma Maghakariansyah / Bayu / Babay, lahir di Kediri 14 Januari 1994 adaklah anak keduaku dari mantan Istri Keduaku Annisatul Maghfiroh, meskipun awalnya kelahiranya tidak aku harapkan, tetapi Allah SWT menganugerahkanya kepada Kami. Babay adalah sosok yg tegas, pemberani, pekerja keras, berprinsip, dan mewarisi jiwa petualangku, sekarang dia menjadi joki tong setan, dan sebentar lagi akan meminang Pujaan Hatinya yg juga Joki Tong Setan. Bayu I Love You.

Sangsanga Pamor Duta Pamungkas / Duta / Angga, lahir di Situbondo 22 Mei 1999, anak tertua dari Istri Ketigaku Nurnaningsih Isnawati, seorang Pottre Madura toron Songenep e Situbondo, Duta berwatak keras karena lahir di neptu setu paing, penyuka kegiatan extrem, tukang gelut, tapi dia mewarisi kepintaranku, tahun ini dia mulai kuliah di UPN Surabaya. Duta I Love You.

Amarrosul Jagad Dzikrulloh / Dikkri / Jagadis, adalah adik kandung Duta. anak keempatku, lahir di Pasuruan 5 Februari 2006, masih kelas 6 di SD Negeri Tokelan 1, Panji, Situbondo, Juara Kelas, sudah Hatam Al-Qur'an, dan bercita - cita menjadi seorang Guru, sekarang dia tinggal di Situbondo. Dzikri I Love You.

Nganjuk, 28 Agustus 2018

Perang Pedagang Perang

akang dadang dari sumedang
pedagang parang berwajah garang
jawara sunda berilmu waringin sungsang
istrinya asli semarang tapi besar di majenang

pak bogang dari jombang pedagang parang berwajah tegang
pendekar gobang berilmu jaran goyang
istrinya dari palembang keturunan bengkayang

akang dadang dan pak bogang tidak saling senang
istri merekapun tidak saling sayang
beberapa kali mereka sudah sering bersitegang
hampir tiap hari mereka tantang menantang

suatu siang akang dadang meradang sama pak bogang
karena istrinya dilempar kulit kacang sampai masuk kutang
istri pak bogang balas dilempar kulit pisang sama akang dadang
merekapun akhirnya tak bisa lagi dihadang

akang dadang menerjang pak bogang dengan garang
ditangan kananya menggenggam pedang bergagang kelabang
pak bogang pun balik menyerang dengan tanpa bimbang
ditanganya tergenggam dua parang bergagang kaki beruang
praaang...dua benda itu beradu berdentang

akang dadang menendang pinggang pak bogang
pak bogangpun jatuh terjengkang sambil mengerang
tetapi pak bogang segera melakukan serangan ulang
kepala akang dadang dikemplang sampai peang

akang dadang merapal ajian warungin sungsang
pak bogang merapak ajian jaran goyang
kedua ilmu itu bertemu tanpa penghalang
efeknya sungguh tiada kepalang
kang dadang terjengkang pak bogangpun jatuh terlentang
sama sama mengerang sama sama peang

untung om nanang segera datang
segera mendamaikan dua pedagang yang sedang berperang
kedua orang itu kepalanya dipegang
kemudian dikemplang dengan jurus gingkang
akhirnya merekapun menjadi kembali tenang
berdagang dengan senang

Nganjuk, 28 Agustus 2018

Senin, 27 Agustus 2018

30 Tahun Penantian

Partinem menutup perlahan pintu kamarnya, untuk kesekian kalinya ia kecewa dengan keputusan Ibunya.
Seorang pria baru saja menemui Ibunya, seorang duda cerai mati yg memiliki anak perempuan berusia 10 tahun ingin melamarnya.

Dia masih ikut mendengarkan, ketika Lelaki itu menceritakan perihal kisahnya di hadapan Ibunya. Partinem sudah hampir bersorak riang ketika Ibunya memandang kepadanya, seakan menunggunya memberi persetujuan Lamaran pria itu.

Tetapi tidak, ibunya telah mengambil  keputusan sepihak seperti biasanya. Lamaran pria itu ditolak Ibunya, yg tidak menginginkan memiliki menantu duda.

Partinem memang bukan gadis belia lagi, usianya sudah 46 tahun walaupun dia masih perawan. Sudah 5 kali kisah cintanya kandas dihadapan Ibunya, semua mantan kekasihnya tidak ada yg membuat hati Ibunya berkenan. Satu persatu pria pergi dari harapan dan cita-citanya, menyisakan kehampaan dan jiwa yang tertekan. Menjadikannya pribadi yang pemurung dan penutup, hari-harinya penuh dengan rasa ketidak percayaan.

Sudah 15 kali Ibunya menolak lamaran para pria yg bersungguh-sungguh ingin mempersuntingnya, itu sudah cukup sebagai tanda warning untik parabpria yang masih ingin mempersuntingnya. Partinem ingat salah satu orang yg ingin melamarnya marah-marah, dan bersumpah akan menyantet keluarganya, menutup jodohnya, dan segala sumpah serapah lainnya. Gegara Ibunya menolak pinangannya kepada Partinem.

Lamunanya seketika buyar berantakan, ketika pintu kamarnya diketuk Ibunya dari luar.
"Nem, kamu lagi ngapain di dalam kamar? Anak perawan jam segini sudah mengunci diri di dalam kamar. Bersihkan itu gelas bekas suguhan tamu, dan itu temenmu si wartawati sudah menunggumu di depan!"

"Iya Mak, aku segera keluar", jawab Partinem seraya membetulkan gerai tambut panjangnya yg indah sepantat itu.

Setelah selesai dengan gelas-gelas itu, tergesa Ia menghampiri teman yg sudah menantinya di kursi teras depan.

Musini adalah teman karibnya sejak Sekolah Dasar hingga SMP, dia tidak melanjutkan sekolahnya karena 'harus' menjalani pernikahan dini. Ibu Partinem menyebutnya Wartawati karena sifatnya yg selalu ingin tahu. Anaknya sekarang sudah 3 Orang, dan hidup bahagia dgn Keluarganya.

"Piye Nem, lamaran Pria tadi diterima Emakmu apa tidak?", tanya Musini sambil memegang lembut rangan Partinem. Yang ditanya tersenyum kecut, sambil mengangkat kedua bahunya.

" Ditolak lagi, Mus"

"Emang Emakmu nyari Menantu yg seperti apa sih, ini gak cocok, itu gak cocok, begini gak mau, begitu gak suka, kelamaan kamu kempot nanti Nem!" Musini bersungut-sungut sendiri.

"Sudah biarkan saja Mus, memang belum ketemu jodohku kali" Partinem mencoba untuk tersenyum, tapi dalam hatinya membenarkan keresahan Sahabatnya itu.

"Sudah malam, Nem. Aku pamit aja, kasian si bungsu mungkin sedang mencariku sekarang." Musini melepaskan genggaman ditangan sahabatnya itu, seraya menggerutukan sesuatu dengan bahasa yang hanya bisa dimengertinya sendiri.
Partinem segera menutup pintu depan rumahnya, kemudian membanting tubuh kecilnya ke atas kasur di kamarnya. Air matanya berlinang membasahi sepreinya, kesedihannya tiba-tiba tumpah sejadi-jadinya.

****

Partinem bergegas-gegas mempercepat langkah kakinya, ia takut teman-temannya sudah berangkat menuju belik ( pancuran air yg keluar dari celah bebatuan ) tempat biasa mereka mencuci pakaian, sayuran, dan mencuci beras, atau sekedar ngangsu (mengambil air untuk keperluan memasak di rumah).

Beruntunglah Partinem, teman-temannya masih menunggunya di bawah pohon Randhu yg lebat daunnya. Dia melihat Musini dgn ketiga anaknya, ada Sukesi yg tengah hamil muda, juga Sukemi adik Sukesi, dan seseorang yg lama tak dilihatnya Karsiyem yg baru pulang dari Kota, bekerja jadi pembantu seorang China.

"Adhuh, ini perawan! Bangun jam segini, makanya sulit ketemu jodoh!" semprot Musini menyambutnya dengan sewo, karena anak bungsunya sudah mulai rewel dan merengek-rengek. Yang disewotin malah ketawa-tawa riang,

"Sudahlah, ayo cepetan naik. Sebentar lagi para pria akan datang mengambil air, gagal kita mencuci badan!" kata Karsiyem sambil berjalan di samping Partinem, yg lain menyusul di belakangnya dengan ributnya

"Kamu kapan datang Yem?" tanya Partinem pada sahabatnya, Karsiyem tersenyumnkecil mendengar pertanyaan itu.

"Semalam nem, dijemput Kang Ngalimin suamiku."

"Kamu akan tinggal lama di desa, atau hanya sambang keluargamu saja, Yem?" tanya Partinem lagi, dan Karsiyem menghela nafas panjang seraya menundukkan wajah ayunya.

"Aku gak balik ke Kota lagi, Nem."

"Kenapa?"

"Kang Ngalimin memintaku merawat anak-anak, karena Kang Ngalimin akan mencoba peruntungannya di Kalimantan bersama tetangga yg lain."

"Ooohh..."

Tiba-tiba saja Sukesi sudah ada di samping Partinem dan berkata dengan beebisik-bisik padanya.

"Kamu sudah dengar kalau Kang Sakijan pulang, Nem?"

"Kang Sakijan? Kapan pulangnya? Aku belum mendengarnya!"

"Dua hari yg lalu, tapi dia masih di rumah mertuanya."

" Bukankah, istrinya telah meninggal tiga bulan yg lalu?", tanya Partinem penuh semangat.

" Iyaaa...bla.  bla...bla...."

Partinem sudah tak dapat mendengar lagi kata-kata sahabatnya itu, karena ia sudah dikuasai lamunan tentang sosok pria bernama Sakijan itu. Masa lalunya yang indah, pernah dilaluinya bersama pria itu. 

****

Partinem sudah selesai medandani tubuhnya, tetapi dia seakan belum begitu yakin dengan penampilanya. Berkali-kali dia memeriksa sapuan bedak diwajahnya, menyisir rambut panjangnya yg dibiarkanya tergerai di punggungnya, Malam ini dia telah membuat janji bertemu dengan Sakijan, cinta pertamanya 30 tahun yg lalu.Sukesi telah menyampaikannpesan darinya, sore tadi.

Sakijan adalah pria pertama yang mencium pipinya, yang pertama membelai rambutnya, yang pertama memeluk pinggangnya, yang pertama meremas payudaranya, orang pertama yang menyentuh kewanitaannya. Kenangan indah itu dalam terpatri di sanubarinya, sosok itu pernah menjadi segalanya di hatinya.

Partinem memang sangat mencintai Lelaki itu sepenuh hatinya, tetapi sayang Ibunya tidak merestui hubungan mereka. Sampai akhirnya, Sakijan menikahi gadis tetangga desa karena kekecewaan yang dalam pada Ibunya.

****

Dibawah pohon Trembesi disamping gubug kecil di ladang itu, Partinem menunggu dengan gelisah. Menunggu seseorang yg dulu pernah mengisi hari-harinya, yang sekarangpun masih menghiasi mimpi-mimpinya.Orang yang sangat dirindukannya, orang yang selalu menghiasi setiap mimpi tidurnya.

Dari kegelapan Orang yg dinantinya datang, terdengar suaranya menyapa.

"Sudah lama menungguku, Nem?"


" Tidak Kang, baru saja...." Partinem menjawabnya dengan terbat-bata, tiba-tiba tubuhnya gemeteran.

Lelaki itu sudah ada disampingnya, dan langsung memeluk tubuh Partinem yg semakin gemetaran. Melayangkan ciuman, dan kecupan di sekujur wajahnya.

" Aku kangen kamu, Nem. Aku masih sangat mencintaimu....", kata Sakijan di telinga Partinem, sambil semakin bernafsu mencumbu Partinem yang kelojotan. 

Partinembpun larut dalam gelora rindu itu, bahkan dia mandah saja ketika Sakijan menggendong tubuhnya dan membaringkannya di gubug itu. Dan Partinem hanya mampu memejamkan matanya, ketika jemari tangan kekasihnya itu gencar menjelajahi setiap lekuk tubuhnya. Dia melenguh, merasakan kenikmatan-kenikmatan yang dulu pernah menghilang dari perasaannya.Dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi, apa yang seharusnya terjadi berpuluh tahun yg lalu.

Malam semakin larut, mereka semakin ganas bergelut. Rembulan yang menyinarkan cahaya purnama, memandangi mereka yang tengah asyik menjelajahi samudera asmara. Berpacu dengan nafsu nan menggebu, menuju kenikmatan yang selalu ditunggu. Hingga pada satu titik, terdengar jerit lirih dari bibir Partinem... jerit 30 tahun penantian.

(Tamat)

KARNAFAL

menjelang petang undangan datang
berstempel dan bertanda tangan orang terpandang sedesa talang
dipojok kiri bawah undangan ada kalimat "harus datang"
suatu intimidasi yg membuat semangatku meradang

selepas isya akupun datang tanpa pemberitahuan
mengambil kursi paling belakang menghindari lampu penerangan
berhasil...tampaknya panitia kepadaku tidak perhatian
dengan lancar acara musyawarahpun dilanjutkan
menyebutkan nama undangan serta memberinya peran yg harus dilaksanakan
esok saat karnafal memperingati hari kemerdekaan

sayup - sayup aku mendengarkan saat panitia mengumumkan peran
"wakidi jadi menteri pertanian"
"samijem jadi menteri sosial"
"tukiran jadi pengusaha"
"musinem jadi perawat"
dikegelapan aku menertawakan peran yg mereka dapatkan

"sakimin jadi raden arjuno"
"tamijah jadi dewi sri"
tawa dalam hatiku seketika terhenti saat si mukidi itu menyebut namaku :
"winarto jadi kebo marcuet"
jreeeeng sekujur bulu yg ada diseluruh tubuhku berdiri
dan keputusan panitia tidak bisa diganggukan

aku pulang dengan langkah yg tidak beraturan
pikiranpun melayang kepada rasa kemaluan yg tiada tertahan
bagaimana orang setampan aku mendapat peran yg sangat memalukan
apalagi para wanita sepanjang jalan mengolokku
"enak jadi kebo, telanjang juga dimaafkan"
hihihihihi....tawa mereka sungguh sangat memekakkan

berhari - hari aku mengunci diri
setelah makan dan minum kamar segera aku kunci
mengapa harus ada karnafal ini setahun sekali
mengapa masyarakat harus semua ikut memperingati
pesan apa yg harus kita teladani dari orang - orang yg mempermalukan diri ini
tetapi akhirnya seorang janda muda tetanggaku memberi motivasi...akupun memahami

saat ini lautan manusia membanjiri sepanjang rute karnafal ini
tua muda, miskin kaya, pejabat penjahat, pegawai, petani, semua tumpah ruah bergembira
mereka bertepuk tangan riuh rendah dalam kesuka citaan
dan aku mencuri banyak perhatian, mereka berfoto denganku bergantian

oh senangnya kreatifitasku mendapatkan perhatian
pak camat memberiku selembar seratus ribuan
pak kapolsek juga ratus ribuan
pak ndanramilpun ratus ribuan
begitu banyak yg memberikan lembaran sampai tak kuingat siapa memberiku dua rubuan
alhamdulillah ini berkah karnafal  agustusan

Nganjuk, 28 Agustus 2018

Sandal Jepit

engkau kudapati tergeletak kacau di luar masjid al - mukhlisin
satu - satunya yg tersisa yg terlihat disekitaran tempat itu
setelah sekian lamanya aku mencari kepemilikkanku pada sejenismu
dia telah kuyakini menghilang atau telah berhianat ke kaki orang

ah sudahlah...aku harus menerima keyakinan orang lain
setelah ustadz berkotbah "buang yg jelek ambil yg bagus"
seseorang mungkin berpikir juga tentang alas kaki
engkaupun kupungut dan kuselaraskan dengan sepasang kaki

semenjak saat itu engkau tidak pernah lepas dari perjalananku
ke masjid, ke silaturahmi, ke sawah, ke pasar, bahkan saat mrngintip janda sedang mandipun bersamamu


engkau pernah tertinggal di depan pintu waktu banjir datang tiba -tiba
dan perlu tiga orang membaca ayat kursi untuk menghentikan tangisan dan teriakkanku
alhamdulillah engkau tersangkut disela pagar bambu di rumah janda ayu

kini aku begitu amat sangat protektif padamu
karena sudah dua kali kucing tetangga hampir membawamu
sampai aku harus mengikatmu di tiang rumahku sebelum ku lelap
bahkan aku harus menggembokmu saat aku sholat berjamaah agar khusyuk ibadahku

sandal jepitku wahai sandal jepitku yg biru
engkau mungkin hanya benda tua lapuk dan kotor
tetapi aku sungguh sangat menyayangimu dengan apa adanya dirimu
andai engkau sampai hilang...tak tahu aku bagaimana menggantikanmu
karena saat ini...untuk membeli baru benda sepertimu
aku tak mampuuu...

Nganjuk, 28 Agustus 2018

Kebisuanmu Mempermalukanku

elissa nama gadis si cantik ini
rambutnya panjang terurai
hidungnya mancung sekali
dan senyumnya menawan hati
semanis madu pulau bali

siang itu elissa tampak sebatang kara
tak kulihat sesosokpun ada menemaninya
akupun menghampirinya penuh cinta
duduk disampingnya mengagumi kecantikkan paripurnanya

akupun mulai merayunya sambil kugenggam tanganya
elissa boleh kucium tanganmu ?
ia tersenyum dan mengangguk kucium tanganya
elissa boleh kubelai rambutmu ?
ia tersenyum dan mengangguk kubelau rambutnya
entah sampai berapa lama kuingat elissa hampir tanpa busana

tiba - tiba ketika aku hendak bertanya bolehkah aku menindihnya ?
terdengar suara keras menegurku :
"he mas...ini orang bisu mau diapain ?!"
aku terkejut hampir saja kena stroke
jadi elissa hanya mengangguk dan tersenyum sahaja
karena tidak bisa berbicara ???
hiawataaa....sakit rasanyaaa...

Nganjuk, 28 Agustus 2018

Gubug Kenangan

gubug reyot beratap daun ilalang itu seakan menjerit
kayu penyangganya mulai lapuk
bahkan sebagian kayunya sudah tertutupi tanah dari ludah sang rayap
aku berteduh disana bersamamu ingatkah

kita masih separuh perjalanan sepulang sekolah sore iru
ketika hujan deras tiba - tiba turun menyerang tubuh kita
aku mengganden tanganmu melintasi pematang yg licin
ada saatnya aku menyangga tubuh kecilmu yg hampir jatuh
gubug inilah penyelamat kita ingatkah

waktu berlalu tetapi hujan smakin menderu
aku melihat tubuhmu mulai menggigil bibir membiru
aku mengambil sarung dati dalam tasku
menyelimutkanya ditubuhmu dan kukeringkan rambutmu
aku masih ingat tatapan matamu kala itu
digubug ini kita berdua ingatkah

senja berganti malam dan hujan masih juga tercurah
ketika itulah engkau mulai menangis lirih
kelaparan dan kedinginan membuatmu merasakan penderitaan
aku memeluk tubuhmu dengan erat dan membisikkan penghiburan
di gubug ini ada kehangatan ingatkah

entah berapa lama kita berdekapan berpelukan
hingga malam meninabobokkan letih kita
entah berapa lama malam menyelimuti kelelahan kita
dan cahaya mentari pagi tiba - tiba membangunkanku dari lekapku
tetapi dirimu sudah mendahuluiku pergi meninggalkan ikat tambutmu
di gubug ini aku sendiri

20 tahun kemudian aku kembali je tempat ini
tidak ada lagi gubug reyot itu kini
berganti rumah kecil yg sederhana tetapi asri
seorang anak kecil berlari menghambur dalam pelukankku
anak keempatku bersama wanita pujaanku istri tercintaku
wanita yg kuajak berlindung di gubug reyot waktu itu
sekarang dialah ibu dari anak - anakku

Nganjuk, 28 Agustus 2018

Pulau Harapan

Tiba - tiba saja Pelabuhan kecil ini begitu ramai, banyak orang berdatangan dari seluruh pelosok negeri. Dari Sabang sampai Merauke, berduyun - duyun datang dengan kegwmbiraan terpancar di mata mereka. Dari tutur kata dan logat bicara mereka, terlihat mereka bukan datang dari daerah sekitaran tempat ini, hampir dari seantero Nusantara.

Lihat saja gadis berjilbab ungu itu selalu menyenandungkan lagu "es lilin mak", pasti dia berasal dari Sunda. Lihat pria muda berkacamata itu, dari tengil tingkahnya serta bahasa "elu gue" yg dipergunakanya untuk berkomunikasi, dia pasti dari Jakarta, atau orang Nganjuk tapi kerjanya di Jakarta. Nah yg sedang mondar - mandir sambil melirik gelas bekas air kemasan itu pasti orang Madura, dia kenalan baruku di Komunitas Pengemis...eh Komunitas Penulis.

Jadi, mengapa mereka berbondong - bondong datang ke Pelabuhan kecil nan dekil juga terpencil ini ?. Beberapanya aku datangi, berjabat tangan, berkenalan, pinjam korek, kadang juga minta rokok, baru setelah suasana menjadi "tidak canggung", aku mulai bertanya.

Mengejutkan, mereka semua ingin ke Pulau Harapan bersama bahtera ODOP Batch 6 yg sudah bersandar megah di tepi dermaga ini. Sebuah pulau yg konon berisi "Ribuan Mimpi", "Ribuan Asa", dan konon disanalah tempatnya Keberhasilan bagi siapapun mereka yg mau Berusaha dan Bejerja Keras dengan tanpa Berputus Asa.

Karena rasa penasaran yg teramat sangat dengan kebenaran tujuan mereka semua, akupun segera menemui salah satu Nahkodanya, masih sepantaran anak ketigaku. Namanya Lutfi...masih semuda itu sudah menjadi Nahkoda ?, pasti Orang Tuanya menyogok sang pemilik Bahtera, atau mungkin dia menang Undian Jabatan Nahkoda, ah sudahlah biarkan saja tidak usah dibahas

Dari Nahkoda tengil itu, aku mendapatkan jawaban tentang Bahtera ODOP Batch 6 dan hubunganya dgn Pulau Harapan, begini jawaban si item tengil itu :
" ODOP Batch 6 adalah Bahtera yg akan mangangkut, dan membawa para Pencari Mimpi itu menyeberangi Lautan Kesungguhan, menuju ke Pulau Harapan. Sepanjang perjalanan, mereka akan dibekali keterampilan, daya tahan, semangat juang, dan kemampuan bertahan, dan tentu saja mereka akan diberikan ujian. Mereka yg lulus akan berlabuh di Pulau Harapan dgn Harapan Baru, sedang yg tidak dapat bertahan akan diturunkan di tengah lautan, terserah mereka akan berenang mengikuti bahtera atau habis dimakan ikan Puas eh Paus"

Aku tertegun dgn jawaban Pria pendek, item, dekil dan bau itu, sepertinya aku pantas "bergabung" dgn mereka - mereka itu, aku juga ingin menuju Pulau Harapan itu, semoga ODOP Batch 6 akan sabar membawaku turut serta. Amin.

Nganjuk, 27 Agustus 2918

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...