Rabu, 28 November 2018

Nakalnya Malam

Aku memandang punggung wanita itu. Yang tertutup lebat rambut panjangnya. Menghantarkan fantasi liar. Teringat membelai lembutnya. Harum aromanya. Dia menyisirnya dengan lembut. Bagai air terjun ikalnya. Hitam legam bak mutiara karibia.

"Sabarkan hatimu, Sayang. Aku memperindah rambutku, agar engkau menikmatiku".

Wanita itu menggodaku. Mengibaskan rambut panjangnya di mukaku. Sensasi kembali pada masa kecilku. Dimana kebahagiaan adalah mutlak milikku. Bersama bidadari ini ingin kurengkuh lagi masa mudaku. Memagut sepiku. Mencumbu anganku. Menikmati kebebasanku. Berkehendak akan tubuh moleknya. Berkuasa akan pelayanannya. Dia berjanji untuk memuaskanku. Seratus limapuluh ribu rupiah di saku celanaku. Akan menjadi haknya. Setekah kami selesai. Berpacu dalam birahi asmara dahana.
Malam semakin kelam. Semakin dekat keinginan menjadi nyata. Mewujudkan mimpi sebulan lamanya mengagumi kecantikkannya. Dia di ruang kaca. Memamerkan diri dengan indahnya. Aku selalu memandanginya sepulang kerja. Berharap suatu saat daoat memilikinya. Mendapatkan cintanya. Menikmati sajian nafsunya.
Ini minggu ketiga sejak sekali aku melihat paras ayunya. Senyum genitnya. Gerakan menggodanya. Di ruang kaca yang sama aku memujanya.
Uang gajian jatah istri nun jauh didesa. Dengan bimbang kuselipkan di saku celana. Aku ingin membeli cintanya. Seratus limapuluh ribu rupiah harganya. Satu jam.saja bersamanya. Budafari penggoda.
"Sabarkan hatimu, Sayang. Aku mempercantik wajahku, agar memuaskan hatimu !". Wanita itu mencium kedua pipiku, sambil menyentuhkan dua gundukan di dadanya. Gemetar sekujur ragaku. Ini adalah sentuhan pertamaku. Dengan wanita pujaanku. Wanita seratus limapuluh ribu rupiahku. Yang menggadaikan asmaranya. Yang menjual harga dirinya. Setimpalkah dia untuk itu. Setimpalkah aku dengan uang jatah istri dan anakku. Setimpalkah aku duduk menunggu dosa menghampiriku. Setimpalkah penghianatan ini dengan penantian keluargaku.
Wanita itu membalik badannya. Sudah tanpa sehelai benang pun menutup segala auratnya. Dan kulihat tangis wajah istriku dibalik senyum wajahnya cantiknya. Aku tersentak. Tuhan hadir untuk menyadarkan khilafku. Aku beranjak dari pinggiran penantianku. Membuka pintu dengan rasa malu. Kuingin melesat terbang. Secepat kilat menyambar. Menjumpai kesetiaanku yang halal. Tak peduli teriakan jalang itu memanggil sayang padaku. Aku adalah milik istriku.
"Aku akan pulang, Sayang! Membswakanmu uang seratus limapuluh ribu!"

(Tamat)

#KelasFiksi
#ODOP6
#Tantangan Prolis

Selasa, 27 November 2018

Power Of Love

Pada suatu hari, ada seorang Wanita yang baru pulang dari pasar. Dia melihat, ada 3 orang pria tua di halaman rumahnya. Ketiga pria itu, terlihat letih dan kelaparan. Wanita itu mengajak mereka masuk untuk makan... tetapi mereka malah mempertanyakannya, "Apakah suamimu sudah pulang?"

"Belum!" jawab wanita itu terheran-heran.

"Kalau begitu, kami tidak bisa masuk!" kata kakek-kakek itu penuh santun.

Beberapa jam berlalu, ketiga orang itu masih di halaman rumahnya. Hingga akhirnya, suami wanita itu pulang. Wanita itu pun, segera menceritakan tentang ketiga orang tersebut kepadanya. Kemudian suaminya menyuruh istrinya, mengajak ketiga orang itu untuk masuk ke dalam rumah.

Ketika wanita itu menyuruh mereka masuk, salah seorang pria tua itu berkata,"Yang itu bernama Kekayaan, yang itu Kesuksesan, dan aku adalah Cinta. Kamu harus memilih salah satu dari kami untuk masuk ke dalam rumahmu, karena... kami tidak bisa masuk bersamaan!"

Wanita itu masuk lagi ke dalam rumah, dan menceritakan apa yang dikatakan orang itu.

Suaminya berkata,"Suruh Kekayaan masuk! Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."

Tetapi wanita itu berkata,"Lebih baik yang Kesuksesan, biar semua pekerjaan kita selalu penuh dengan Kesuksesan."

Anak-anak mereka berkata,"Lebih baik Cinta saja yang masuk ke rumah kita Ma, Pa. Biar rumah ini selalu penuh dengan Cinta,"

Akhirnya, semua setuju untuk mengajak Cinta masuk ke dalam rumah mereka.

Wanita itu kembali ke halaman dan berkata, "Yang bernama Cinta silakan masuk!"

Ketika orang yang bernama Cinta hendak berjalan masuk, kedua orang yang lain mengikutinya.
Wanita itu heran dan berkata, "Kami hanya mengundang Cinta, kenapa kalian ikut?"

Orang itu berkata,"Kalau Ibu memilih Kekayaan atau Kesuksesan, kami hanya bisa berjalan sendiri-sendiri. Tapi, karena Ibu memilih Cinta... kami berdua akan selalu mengikutinya,kemanapun dia berjalan."

"Sebenarnya Kami berdua ini buta, hanya Cinta yang bisa melihat. Dan dia akan  menuntun kami, kemana pun, dan kapan pun juga." kata seorang lagi.

"Jalani hidup ini dengan Cinta... dan bersyukurlah, karena kita masih berada diantara orang yang mencintai kita. Bukan orang-orang yang dibutakan oleh Kekayaan, atau Kesuksesan. Selamat dan Berbahagialah, untuk orang yang masih memiliki kekuatan Cinta di dalam sanubarinya. Power of love." kata kakek ketiga, sebelum mereka bersama-sama memasuki rumah itu.

(Tamat)

Ditulis ulang dari: Pesan berantai WhattsApp (28 November 2018)

#KelasFiksi
#Odop6
#FiksiBebas

Filosofi Bilangan Orang Jawa

Dalam bahasa Indonesia :
21 dibaca Duapuluh Satu,
22 Duapuluh Dua, dan seterusnya hingga 29 Duapuluh Sembilan.
Dalam Bahasa Jawa tidak disebut  Rongpuluh Siji (21), Rongpuluh Loro (22), padahal 20 disebut Rongpuluh. Melainkan, Selikur (21), rolikur (22), sampai dengan Songolikur (29).
Di sini terdapat satuan likur yang merupakan kependekan dari linggih kursi artinya duduk di kursi.
Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “Tempat Duduknya”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya.

Ada penyimpangan pada bilangan 25, tidak disebut sebagai Limanglikur melainkan Selawe. Ini brrasal dari kependekkan kata Seneng-senenge Lanang lan Wedok.
Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan (Masa Berpacaran), yang diakhiri dengan pernikahan.
Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah.

Ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50. Setelah sepuluh (10), rongpuluh (20), telungpuluh (30), patangpuluh,  (40), mestinya limangpuluh (50). Tapi 50 diucapkan menjadi Seket. Dari kependekkan kata
Seneng Kethon (suka memakai Kethu/tutup kepala Topi/Kopiah).Tandanya usia sudah semakin lanjut, tutup kepala bisa sebagai penutup botak, atau rambut yg memutih karena semirnya habis. Di sisi lain, ini juga melambangkan orang yang seharusnya sudah lebih taat beribadah.

Pada usia 50 tahun, mestinya seseorang seharusnya lebih memperbanyak ibadahnya... dan lebih banyak berbagi, untuk bekal memasuki kehidupan akherat yg kekal dan abadi.

Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola. Bukan disebut Enempuluh (60), melainkan Sewidak atau Suwidak. Beeasal dari kata Sejatine Wis wayahe Tindak (Sejatinya sudah waktunya berangkat/Meninggal).
Artinya : Sudah lama tinggal di alam dunia, seperti ibarat buah sudah matang. Sudah waktunya dipetik, oleh sang penanam. Seharusnya sudah siap dipanggil menghadap Tuhan (Meninggal).

Ini sebenarnya adalah Filosofi, yang bisa berlaku dimana saja. Bukan hanya untuk Orang Jawa, tetapi akan berlaku untuk siapapun saja. Semoga bermanfaat, smoga tetap sehat, tetap semangat, walau pun sudah menginjak usia Sewidak. Yang lebih dari itu, jangan protes. Sesungguhnya, Rejeki, Jodoh, dan Maut... itu mutlak wewenang Allah SWT.

Ditulis ulang dari: www.kaskus.com

#KelasFiksi

#ODOPBatch6

#FiksiBebas

Senin, 26 November 2018

Ndaliyem

Pucuk pohon cemara, serasi meliuk dengan angin yang membelainya. Berderak, berderit. Bagai menggambarkan rasa sakit, dan jiwa yang menjerit. Semburat jingga senja menyebarkan warna keemasan, kepada hamparan lapang rerumputan sabana membentang. Di langin terdengar kepak para burung, berisik menuju sarang.

Ndaliyem menikmati senja dalam penantian, ujung kedua matanya sembab memandang penuh kerinduan. Setiap kendaraan yang lalu-lalang, ditatapnya dengan bimbang. Mungkin salah satunya akan berhenti dibawah bukit tinggi menjulang, menurunkan tubuh suami tercintanya pulang dari perantauan. Karena begitu teramat sangatnya dia menyimpan kangen hati, pada dia yang meninggalkan dirinya sembilan tahun lamanya. Yang berucap kepadanya, mencari nafkah di kota nun di seberang cakrawala. Seratus duapuluh satu kilometer jaraknya, dari desa tercinta tempat kelahirannya. Dulu tujuh bulan kandungannya, sekarang sudah sembilan tahun tiada kabarnya. Dalam resah ia bertanya, pada angin kembara yang menbelaii tubuhnya. Namun tak secuilpun kabar atau berita, memuaskan keingintahuannya.

Ndaliyem ingin bercerita, jika suaminya duduk menghadapkan kakinya ke hadapannya. Dia akan memberitahukannya, dia telah melahirkan seorang putri yang cantik jelita. Dia telah memberikan nama kepadanya Amanda, dari nama Samannya dan Ndaliyemnya. Tetapi Amanda hanya bertahan sembilan tahun saja bersama Tuhan mengambilnya nyawa putri tunggalnya, kembali padaNya dengan penyakit malaria. Hancur perasaannya, kesedihannya tiada terkira, telah menghilangkan akal sehatnya. Menjadi gila, sebab tak kuat menanggung derita mendera. Menghujam ulu hatinya, jiwa raganya.

Dia hanya ingat untuk menunggu suaminya datang, di lereng bukit itu setiap pagi dan senja. Berharap dalam do'a satu yang dia bisa. Tuhan, kembalikan Kang Saman tercinta. Agar dia mendapatkan murka dari yang tercintanya, karena tak sanggup mempertahankan nyawa anaknya. Senja berganti malam, Ndaliyem pulang ke rumahnya. Pikirannya hampa. Tetapi bibirnya tersenyum. Karena ingat esok masih ada pagi. Dia akan kembali menunggunya di bukit ini, selamanya.


(Tamat)

Minggu, 25 November 2018

Ruwet Sekali

jika aku jatuh cinta
kepada adiknya teman bibinya tetanggaku
apakah kakak tetangganya adikku akan marah
ataukah... bibinya teman adikku yang akan marah?
ruwet!

Sabtu, 24 November 2018

Wanita Gila

Pagi hariku yang indah, ternodai.Ketika baru seteguk kopi hangat mengaliri tenggorokkanku, ketika baru satu hisapan mentol mins sigaret menyejukkan kerongkonganku.

Tiba-tiba, seorang wanita gila tergesa menghampiriku. Sebuah bungkusan kresek warna merah digendongnya, seperti sedang menggendong seorang bayi.

"Ini anakmu, Mas! Dia buah hatimu! Akuilah dia sebagai darah dagingmu sendiri, Mas!" serunya sambil mengangsur-angsurkan bungkusan kresek merah itu padaku,"Tapi, bukan! Wajahmu sejelak itu, mana mau aku tidur denganmu! Jangan mimpi ya!" lanjutnya sambil pergi ke arah jalan raya. Hingga menghilang di belokan ujung jalan itu.

Jumat, 23 November 2018

Memahami Film

Judul Buku :Memahami Film
Pengarang :Himawan Pratists
Penerbit :Homerian Pustaka
Tahun Terbit :2008
Tebal Halaman :223 halaman

Awal dipinjami 'Buku Ini', rasanya langsung 'Gak Tertarik Banget Deh', gak tertarik untuk mengetahui apa isinya.Langsung underistimate. Karena sebagian besar orang (termasuk aku)... masih melihat film adalah sesuatu yang 'mustahil' dilakukan. Padahal film dapat dibuat oleh siapapun. Walaupun minat seseorang untuk belajar membuat film tinggi, namun kedalaman memahami seni film masih sangat terbatas.
Pengetahuan tentang film sebagai sebuah karya seni, masih berada di ruang-ruang kuliah semata. Padahal... film bukanlah milik para akademisi saja, melainkan milik semua orang yang hobi menonton.

Buku ini mencoba membantu penonton, untuk membaca film sebagai sebuah bentuk seni.
Melalui buku ini, pembaca akan belajar tentang motif, atas pilihan teknik, sutradara, baik dari sisi naratif maupun sinematiknya. Buku ini akan dengan mudah ditangkap pembacanya ditambah dengan gambar-gambar penunjang.

Kelebihan buku:
'Memahami Film' ini, mampu memberikan contoh-contoh dari setiap unsur pembentuk film, dengan disertai ilustrasi dan referensi film. Contoh-contoh tersebut akan memudahkan pembaca

Menjelaskan detail topik yang dibahas dalam buku seperti : Jenis dan Ciri Genre, Aspek Naratif, Struktur Tiga Babak dan Alternatif, Aspek Sinematik, Suara, dll.

Mampu membantu pembuat film baru, yang masih dalam tahap pengenalan alat-alat dan proses produksi film. Karena buku ini sangat ringan dan menuntun bagi pemula.

Kekurangan Buku :
Buku ini sangat susah didapatkan, bahkan di Gramedia jarang sekali menjualnya. Jika ingin mencari buku ini bisa membuka Instagram atau situs penyedia jasa jual buku.

#TantanganRCO4tahap2
#OneDayOnePost

Elena

Judul Buku  : Elena
Penulis         : Ellya Ningsih
Penerbit       : Katadepan
Tebal Buku  : 288 halaman
ISBN             : 978-602-5713-65-1
Tahun Terbit : 2018

Beberapa waktu yang lalu aku sempat kepo banget dengan status para ibu-ibu yang heboh membicarakan tentang part demi part Elena di facebook. Sebenarnya aku juga ingin ikut membaca (karena penasaran). Tetapi ketika mendapat cerita bukunya naik cetak, aku jadi malas baca yang di facebook. Alasannya pasti enggak ketemu endingnya, beli novelnya sajalah ya. Lebih nyaman baca novelnya dari pada buka part demi part di facebook. Rejeki memang enggak kemana, aku malah dikirimi novelnya oleh orang tercinta.

Novel yang sangat fenomenal ini memang sangat menarik, dari cover bukunya saja sudah menarik dan cantik. Buku ini, menceritakan tentang cinta dua orang anak manusia... yang terbentur dengan keyakinan yang berbeda. Menyadari kisah mereka bukan hal yang mudah, namun sulit untuk berpisah (nyatanya berakhir dengan kesalahan).
Cinta yang membuat terlena, berakhir dengan penyesalan panjang. 

Elena dan Eugene tak pernah mengira, bahwa kesalahan dalam memaknai cinta... berujung dengan luka, yang sulit diobati hanya dengan cinta itu sendiri. Eugene  baru menyadari cintanya terlalu dalam kepada Elena, justru ketika sudah kehilangan sang kekasih hati. 

“Perempuan itu, perempuan yang sudah lama dikenalnya sangat lama. Terlalu lama sampai terlambat menyadari bahwa dia sangat mencintainyadan ketika akhirnya tersadar, dirinya telah kehilangan.”(hal.31)

Hubungan cinta yang rumit. Semakin rumit, ketika muncul lelaki lain yang menjadi pilihan orangtua Elena... sebagai menantu Idaman. Berusaha menentang perjodohan, dengan orang yang tak dikenal. Hanya biodata, sesosok lelaki duda beranak satu. 

Namun, orangtua Elena bersikeras. Menurut mereka, duda beranak satu yang mempunyai keyakinan yang sama... jauh lebih baik, daripada lelaki single tak beragama. Elena merasa di-skak-mat. (hal 85)

Ibnu, sosok suami sholih yang sangat menghargai Elena (sebagai seorang istri). Tak pernah memaksa Elena, untuk menjadi sosok yang sholihah. Terus bersabar mendampingi, meski hati Elena masih terpaut dengan lelaki di masa lalunya. Bahkan, Elena belum mampu menyentuh hati Maryam putri kecil Ibnu. Hingga hari itu, kesalahan terbesar terjadi antara Elena dan Eugene. Hingga, Elena membuat sang suami menunggu hingga pagi. 

Kesalahan itu membuat Elena merasa bersalah, terhadap suami yang belum dicintainya... namun sangat menyayanginya. Satu kesalahan yang harus ditebus, dengan jatuh bangun untuk bertahan. 

Hingga akhirnya... Ibnu membuka rahasia, tentang siapa dirinya yang sesungguhnya. Mengapa memilih Elena? Sesosok wanita yang jauh dari kriteria muslimah dan solihah?. Sepucuk surat dari Safitri, sahabat Elena. Itu yang menjadi kunci rahasia Ibnu, dan menjadi perekat hubungan Ibnu dan Elena.

“Untukmu Elena sayang, menyerahlah kepada Robb-Mu. Setiap orang berhak untuk menjadi lebih baik, sekelam apapun masa lalu yang kau punya. Jangan khawatir sakit hatimu, biar Allah saja yang menyembuhkannya. Jangan kalian khawatir perasaan cinta yang belum hadir di antara kalian. Cintai saja Allah dulu. Orang yang sama-sama mencintai Allah keduanya tidak akan sulit untuk saling jatuh cinta. (hal.104)

Siring berjalannya waktu, cinta merekah antara Elena dan Ibnu. Dalam rengkuhan cinta Ibnu, membuat Elena jatuh cinta kepada Robbnya. Menjadi sosok muslimah yang membuat hubungan nya membaik, bukan hanya dengan Ibnu... tetapi juga dengan anak Ibnu yaitu Maryam. 

Takdir bahagia belum berpihak kepada Elena, ketika Elena melahirkan sosok bayi bermata biru. Sungguh hebat cemburu membakar Ibnu, amarah meluluh lantakkan bahagia yang ada. Sosok bayi bermata biru, lahir diiringi air mata dan kepedihan hati. Meskipun pada akhirnya, Ibnu bisa menerima kenyataan. Namun sebagai laki-laki, rasa terluka dan cemburu menjadikannya terluka hebat. Hingga Ibnu tak mampu memberi nafkah batin bagi Elena. 

Demi menyelamatkan diri dari zina, Ibnu memilih menikah lagi dengan sosok wanita lain. Sungguh ujian demi ujian di lalui Elena dengan tegar, karena cinta Robbnya yang menghujam dalam jiwa. Airmata sudah kering untuk menetes, karena cinta kepada manusia. 

“Allah itu Maha Pencemburu, Nak. Dia tidak ingin hamba-Nya mencintai sesuatu, atau seseorang, lebih daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dia menimpakan kepedihan, agar kita tidak berharap kepada manusia... dan berpaling kepada-Nya. Terus meminta pertolongan Allah, dengan shalat dan sabar. Barangkali, Dia akan memberikan jawaban tidak seperti pilihanmu, tapi yakinlah pilihan-Nya selalu benar.” (hal 169)

Ada sosok yang mencintai Elena, dengan tulus berjuang mengenal Robbnya. Ya... dia adalah Eugene, yang merasakan ikat batin dengan Al anak Elena. Yang dari fisiknya saja, dia sudah tahu anak siapa Al sesungguhnya. Namun, Eugene sadar tidak mudah hadir bermodal cinta saja, Elena sudah memilih cinta Robbnya yang utama. Bertanya dengan banyak orang yang paham Islam, bahkan di kanada... dia pernah berjumpa dan berdiskusi, dengan Ibnu  bersama Adinda istri muda Ibnu. 

Dengan kemantapan hati, Eugene mengucapkan dua kalimat syahadat. Di Pondok Pesantren milik Abah orangtua dari Safitri, sahabat Elena yang juga sudah menjadi orangtua bagi Elena. Abah, sosok yang sangat mumpuni dalam agama. Dia mempertanyakan keyakinan Eugene, untuk memeluk Islam dengan segenap keyakinannya. Eugene mengatakan “Gaya hidup dalam Al Quran, semata-mata untuk menyelamatkan.” (hal 220)

Novel ini begitu indah, terutama jika dibaca oleh kaum wanita. Bisa belajar banyak hal, untuk belajar menjadi wanita yang kuat. Sungguh... Elena dalam kisah ini, adalah muslimah yang kuat. Menjadi tangguh karena ujian, yang bertubi-tubi silih berganti. Memaknai cinta dengan begitu dalam. Bahkan ketika harus memilih, antara Ibnu suami yang sudah menduakannya... airmata sering mengalir karenanya. Eugene sang pria di masa lalu, yang masih menggetarkan hati. Bahkan memandangnya seolah jatuh cinta berkali-kali. Namun, pilihan nya adalah sosok yang mengenalkan dia kepada cinta kepada Robb. 

“Kenalilah Rabb-mu, agar kau menjadi ridho atas semua takdirNya. Kelak Allah akan mempertemukanmu dengan cinta yang baru, yang dijalin di atas keridhaan-Nya. Yang halal. Bertahanlah, bersabarlah, hijrah itu tidak mudah karena surga tidaklah murah” (hal.268)

#KelasFiksi

#OneDayOnePost

#TantanganReviewNovelFiksi

Kamis, 22 November 2018

Raden Surosentono (Bagian III Tamat)

Pandanwangi tampak marah, dia segera melakukan serangan kepada Raden Surosentono. Seperti mendengar sebuah perintah, puluhan orang anak buahnya pun ikut merangsek. Pedang peraknya berayun, membuat gerakan menebas leher musuhnya. Tetapi, tajamnya pedang itu tidak ada gunananya di kulit Ki Corong... dia mengganti tempat Demang Arjoso yang diserang Pandanwangi, sementara orangnya melesat menghadapi lima orang sekaligus. Pertempuran dahsyat pun terjadilah, bunyi baja beradu berisik sekali. Juga teriakkan yang sedang bertempur, atau yang terluka, atau yang menemui ajalnya... membuat tanah di sekitar tempat itu bergetar.

Demang Anjuk dan Demang Ngronggot, juga terlibat di dalam pertempuran itu. Tugas utama mereka, adalah memberi perlindungan kepada dua kembar itu. Dua bocah teruna itu sungguh luar biasa, jurus 'Uklek-uklek' (patahkan) yang dipakaianya sungguh luar biasa. Empat orang anak buah Pandanwangi melarikan diri, setelah kedua tangannya dipatahkan dua kembar. Demang Ngronggot tersenyum-senyum,  melihat tingkah bocah-bocah itu. Setiap hendak mematahkan tangan atau kaki lawan, mereka selalu meminta maaf dulu.

"Maaf, Paman. Kakinya aku patahkan!" atau "Maaf, Pakdhe. Tangannya aku patahkan!" dia memberinya gelar 'Pendekar Sopan' kepada dua kakak beradik itu.

Rupanya, Ki Corong merasa keteteran menghadapi pendekar wanita itu. Beberapa pukulan dan tendangan yang dilambari tenaga dalam, menghantam telak dada dan ulu hatinya. Beberapa kali, dia terlihat jatuh berdebum ke tanah yang berdebu. Demang Arjoso bukanya tak mengetahui keadaan sahabatnya itu, justru dia tahu Ki Corong sedang 'Angon Ambegan' ( memancing tenaga lawan, agar terkuras habis tenaga dan nafasnya).

Benar saja, beberapa saat kemudian terlihat kuda-kuda Nyai Pandanwangi sudah mulai goyang... menandakan, tenaga dan nafasnya mulai habis. Kesempatan itu tidak disia-siakan Ki Mencorong, dengan satu serangan terakhirnya. Dia berhasil menotok jalan darah Pandanwangi, wanita itu tidak menyangka akan terjadi padanya. Seketika tubuhnya terasa kaku oleh totokan musuhnya, hampir saja jatuh kalau Ki Corong tidak sigap memeluknya.

"Pandanwangi menyerah! Kalian juga, Menyerahlah!" teriak Ki Corong, pada beberapa anak buah Nyai Pandanwangi yang tersisa. Tampak wajah-wajah kelelahan dan ketakutan, menoleh ke arah tubuh Pandanwangi yang terkulai. Mereka tidak percaya, pimpinanya menjadi selemah itu.

"Menyerahlah baik-baik, kami akan membawa kalian kepada Kanjeng Adipati Ronggo Prawiro Sentiko (Bupati Madiun). Untuk diadili, sesuai dengan kesalahan yang kalian lakukan!"  berkata Raden Surosentono, disambut dengan wajah dingin.para perampok itu.

"Bagaimana, Nyai?" tanya anak buah Pandanwangi,"Kami, tak sudi mengikutimu menuju penjara!"

"Jika seperti itu kemauan kalian, maka putuslah hubungan antara kita. Aku bukan pemimpinmu lagi, kakian bebas menentukan masa depan kalian" kata Pandanwangi lirih, totokan Ki Corong benar-benar menguras habis tenaganya.

Maka, tanpa menunggu aba-aba selanjutnya. Delapan orang, dari 35 orang yang tersisa itu pun pergi melarikan diri. Demang Ngronggot sudah memasang delapan anak panah di busurnya, sekali bidik... delapan orang itu,  pasti tidak akan hidup lagi. Tetapi Demang Arjoso melarangnya.

"Biarkan mereka pergi Kakang Sanensopo, Pandanwangi saja sudah cukup untuk kita bawa."
Akhirnya, mereka membawa tawanannya menghadap sang Bupati. Dia sangat terkejut, mengetahui sang pemimpin perampok adalah istri temannya. Istri Demang Laran Pacewetan (Pacitan), Ki Demang Raden Yudhoyono. Tetapi, keadilan harus ditegakkan... karena hukum itu buta, tak memandang siapapun yang bersalah. Dan hukuman untuk seorang pengacau negara, adalah hukuman mati. Seketika dua kembar, menangis, bersujud mencium kaki sang Adipati.

"Siapa, Kalian!? Mengapa tiba-tiba, kakian bersujud menangis di hadapanku!?" sang Adipati sangat terkejut, mendapati kejadian seperti itu. Demang Arjoso beringsut ke depan, menepuk pundak kedua bocah itu. Seketika, tangis mereka pun terhenti.

"Mereka berdua, adalah cucu dari Ki Bendo Kanjeng. Dan Pandanwangi ini adalah

Selasa, 20 November 2018

Review Film Hachi: The Dogs Tale (2009)

Ini film yang diangkat dari kisah nyata, kisah persahabatan seekor anjing dan pemiliknya yang tinggal di Jepang. Tentang Hatchiko, seekor Anjing yang sangat setia dengan pemiliknya.

Mengharukan, itu kesanku setelah melihat film ini.
Tidak sampai bikin aku nangis sih, walaupun sempat berkaca-kaca juga. Bagian si Profesor Parker (pemilik Hachiko) meninggal, dan saat Hachiko tetap menunggu kepulangannya di stasiun... benar-benar adegan yang mengharukan. Apalagi, setelah Hatchi pada akhirnya mati dalam kesetiaan penantiannya.

Alur cerita film ini memang agak lambat di awal, jadi bikin bosen beberapa penonton mungkin. Bahkan aku yang sudah membaca novelnya pun, sempat mengira ini bukan tentang Hatchiko yang di novel. Untunglah, akhirnya kutemukan alurnya. Dan, dialog yang terjadi di film ini, dijamin tidak akan bikin bosen.

Richard Gere, sangat bisa menampilkan akting yang luar biasa di film ini. Dia bisa menghidupkan film ini sendiri (secara peran yang lain tergolong minim). Dia bisa berinteraksi dengan apik dan sangat menjiwai, saat berinteraksi dengan pemeran Anjing tersebut. Sangat luar biasa.

Penutup: Ini adakah film adaptasi yang berhasil.

#KelasFiksi
#OneDayOnePost
#TantanganReviewFilm

Review Cerpen Sehelai Kerudung

Judul : Sehelai Kerudung
Karya: Junaedi Khab
Dipublikasikan: Harian Kedaulatan Rakyat
Tanggal : 11 November 2018
Alamat Link : https://lakonhidup.com/2018/11/11/sehelai-kerudung/

Tokoh: Arif, Adnan, Kiai Saman
Konflik: Pembakaran Kerudung

Ide cerita, sudah pasti dapat diketahui. Dari trending topic sebuah berita, tentang pembakaran bendera Hisbuth Tahrir yang bertuliskan kalimat Toyibah belakangan ini.

Latar cerita ini adalah sebuah perkampungan, tidak disebutkan seperti apa detil kampungnya. Seorang pemuda bernama Arif, diceritakan membakar kerudung milik Adnan yang bertuliskan Laailaha ilallaah dan huruf arab di tengahnya. Maksud dari Arif membakar kerudung itu, tidak diceritakan di awal cerita.

Adnan si pemilik kerudung, juga tidak digambarkan dengan baik. Berapa umurnya, apa aktifitas kesehariannya, apakah dia memiliki keluarga.

Kiai Saman, yang diperkenalkan sebagai guru ngaji Arif... diposisikan sebagai penengah dalam konflik Arif dan Adnan.

Alur ceritanya rapi dan runut, tapi terkesan penulis ingin cepat-cepat mengakhiri konflik dalam cerita ini. Argumentasi konflik, terkesan sederhana. Tidak bertele-tele, teyapi membosankan.

Tanda simbol '...' yang dipakai untuk menandai zebuah percakapan, terkesan mengganggu dan kurang menyenangkan.

Seharusnya, ditambahkan banyak lagi adegan adu argumentasi. Sehingga terkesan cerita ini hidup, dan menemukan nasnya. Overall, sebagai bahan bacaan... cerpen ini lumayan menarik.

#KelasFiksi
#One DayOnePost
#TantanganReviewCerpen

Minggu, 18 November 2018

Raden Surosentono (Bagian II)

Raden Surosentono Demang Arjoso, menyetujui untuk melaksanakan perintah Kanjeng Jimat... membantu Kadhipaten Madiun, menumpas gerombolan Pandanwangi. Didampingi sahabat baiknya Ki Corong, yang juga orang kepercayaannya. Bersama Demang Anjuk, juga Demang Ngronggot, pagi-pagi sekali mereka meninggalkan Desa Talang. Menyerahkan Kademangan kepada dua orang Pamomong (Pamong), Kamituwo (Kepala Dusun) Kaligandhu... Ki Joyomertono, dan anak sulung Ki Corong yang menjadi Kamituwo Wedegan bernama Kromojoyo.

Raden Surosentono dan rombongan tidak mengikuti jalur yang ada, untuk mencapai Kadhipaten Purboyo. Tetapi, mereka memilih dalan peteng (jalur tersembunyi), dari Desa Talang mereka mengarah ke utara. Menuju hutan Sambikerep, ke barat sampai Dukuh Bendo tempat dulu pimpinan ampak-ampak Gunung Pandan berasal.

Di tempat itu, rombongan langsung menuju Padepokan Gunung Pandan. Mereka ditemui langsung oleh Ki Sutonoyo, Ayah Mertua dari Ki Bendosewu, dan Guru dari Padepokan Gunung Pandan. Juga disambut oleh Sukesi si Pandanayu, seorang pendekar wanita... putri dari Ki Bendo, dan juga cucu Ki Sutonoyo. Mereka semua bersikap baik terhadap rombongan Raden Surosentono, sama sekali tidak terlihat dendam dalam sikap mereka. Bahkan, mereka menyumbangkan ide kepada Raden Surosentono. Ditawarkannya, putra kembar Pandanayu untuk turut bergabung dengan rombongan mereka.

Bambang Warsono yang tua, dan Bambang Warsito adalah adik kembarnya. Kedua pemuda 15 tahun itu, dianggap sudah mumpuni untuk mendharma bhaktikan tenaganya. Mereka, walaupun masih muda teruna... tetapi sudah menyandang gelar Jadhug (pilih tanding/sakti), dalam berbagai macam ilmu kanoragan. Pertimbangan lainnya adalah, karena mereka adalah keponakan kandung dari Pandanwangi. Secara khusus, keduanya membawa pesan dari Ki Sutonoyo... untuk merayunya kembali ke jalan yang benar. dan menghentikan segala tindak keonaran yang ditimbulkannya.

Pada akhirnya, Raden Surosentono menyetujui mereka bergabung. Mereka mendapat restu dari Ki Sutonoyo, sebelum akhirnya melanjutjan perjalanan kearah barat. Melewati Dukuh Lemahabang, masuk ke Kademangan Caruban. Terus memacu kuda-kuda mereka memasuki kawasan hutan Kademangan Saradan, dan pada malam harinya menginap di wilayah Kademangan Dalopo. Disinilah, Raden Surosentono mengutus Demang Anjuk dan Demang Ngronggot menghadap Adipati Ronggo Prawiro Sentiko (Bupati Madiun), dan beliau mengucapkan terima kasih. Juga memberikan cincin khusus, sebagai tanda memjadi utusan Kadhipaten yang sah. Ba'da Shubuh berjamaah yang dipimpin Raden Surosentono, mereka kembali meneruskan perjalanan ke arah barat. Tidak tersebut, dimana saja mereka singgah. Dan pada saat menjelang Maghrib, mereka telah tiba di wilayah Kademangan Gerih. Dari beberapa orang yang mereka tanyai, ternyata gerombolan Pandanwangi bermarkas di Alas Ketonggo (hutan ketangga).

Alas Ketonggo, konon adalah kawasan yang sangat angker. Banyak dihuni bangsa Jin, dan bermacam-macam hantu yang berbahaya. Jika Alas Purwo (di Banyuwangi) adalah hutan jantan, maka Alas Ketonggo adalah hutan betinanya. Sungguh, dari cerita orang-orang... itu adalah hutan yang sangat berbahaya,'Jalmo moro jalmo mati, sato moro sato mati' (manusia masuk mati, hewan masuk mati). Tetapi, hal ini tidak menyiutkan nyali Raden Surosentono... bahkan, tidak tampak wajah ketakutan diraut wajah Bambang Warsono juga Bambang Warsito.

Rupanya, kedatangan mereka sudah diketahui terlebih dahulu oleh gerombolan Pandanwangi. Perjalanan rombongan itu, mereka cegat di pinggir hutan Ketonggo di pagi harinya. Pandanwangi si pemimpin gerombolan, adalah wanita yang berumur 45 tahunan. Berkulit putih, berwajah cantik, berambut panjang terurai, dan mengenakan jubah berwarna hijau menyala sebagai identitasnya. Di bekakangnya, ada seratus lagi pengikutnya... tetap bertahan di punggung kudanya masing-masing. Sambil berteriak-teriak, dan mengacung-acungkan senjata mereka. Tombak, Panah, Pedang, Golok, tidak ketinggalan dipinggang setiap mereka terselup sebilah keris.

"Siapa kalian!" teriak Pandanayu dengan pongah, sambil menuding ke arah rombongan dengan pedang peraknya. Raden Surosentono melompat dari punggung kudanya, diikuti oleh Ki Corong di sampingnya. Kemudian si kembar pun mengikuti, hanya Demang Anjuk dan Demang Ngronggot yang tidak ikut turun. Mereka bertugas mengawasi teman-temannya, sambil mempersiapkan busur dan anak panah di genggaman mereka.

"Assalamu'alaikum, Nyai!" ucap Raden Surosentono, dengan memasang sikap menghormat pada lawan bicaranya.

"Jangan berbasa-basi! Segera jawab pertanyaanku, siapa Kisanak sekalian!" Pandanwangi menjawab dengan culas, masih tetap menunjuk dengan pedang peraknya dari punggung kuda.Beberapa anak buahnya mencoba mendekati tempat Demang Arjoso dengan sikap bermusuhan, tetapi dengan isyarat tangannya... Pandanwangi menyuruhnya kembali, merapat dalam barisan gerombolan.

"Assalamu'alaikum, Nyai Pandanwangi!" Demang Arjoso, kembali mengucapkan salam dengan penuh hormat. Pandanwangi menjadi salah tingkah, dia mengerti arti salam itu... dia juga seorang Muslimah, dia tahu sedang didoakan baik dalam uluk salam itu. Hatinya bimbang, akankah menjawab salam dari lelaki berjubah biru bersorban putih itu. Belum sempat memutuskan untuk menanggapi salam Raden Surosentono, tiba-tiba si kembar berjalan mendekati Pandanwangi di atas kudanya. Dua pengawalnya langsung menghadangnya, dengan kalungan pedang di leher mereka masing-masing. Kembali Pandanwangi menghardik anak buahnya untuk menjauh, kemudian menatap lekat kedua wajah pemuda tanggung di bawahnya. Raut wajah keduanya, seperti tidak asing dalam ingatannya.

"Assalamu'alaikum, Budhe!" seru kedua kembar bersamaan, yang disapa menunjukkan wajah yang terkejut. Dalam ketidak sengajaan, dia menjawab salam mereka.

"Waalaikumusalaam! Siapa kalian? Mengapa memanggilku Budhe?!"

"Aku Bambang Warsono, dan ini adikku Bambang Warsito. Sebenarnya, kami adalah saudara kembar. Kami ini putra dari Ki Pokak dan Nyi Pandanayu,..." belum usai memberikan penerangan, tiba-tiba wanita itu sudah melompat turun dari punggung kudanya. Sebuah kepiawaian meringankan tubuh yang sangat sempurna, bahkan kedua kembar sampai tidak menyadarinya.

"Jadi,  kalian adalah keponakanku?" wajah cantiknya hampir menyentuh wajah kedua kembar, ketika dia memeriksa dengan teliti wajah-wajah keponakannya,"Apakah Ibumu, mengirimkan kalian untuk bergabung dengan Budhemu ini?" tanyanya, sembari melompat kembali ke atas punggung kudanya. Lagi-lagi, pemandangan itu membuat decak kagum orang yang melihatnya.

"Tidak, Budhe. Kami diutus Kakek Buyut Sutonoyo, untuk mengajak Budhe kembali pulang ke Padepokan Gunung Pandan..." lagi-lagi belum selesai berkata-kata, terdengar hardikan dari Pandanwangi.

"Kurang ajar! Dasar! Manusia-manusia tidak mempunyai hati! Anak dan Ayahnya mati dibantai, malah mengirimkan anak cucu mereka menuju kebinasaan!" berkata begitu, Pandanwangi mengibaskan tangan kanannya. Raden Surosentonoo menyadari gerakan tenaga dalam itu, yang langsung sigap menyambar kedua pemuda itu. Membawanya menjauh dari incaran pukulan maut itu, sebuah pohon besar yang tadi di belakang si kembar berdiri hancur berantakan.


(Bersambung)

#TantanganHistiricalFiksi

#ODOOBatch6

#KelasFiksi



Sabtu, 17 November 2018

Raden Surosentono (Bagian I)

Utusan Adipati Ronggo Prawiro Sentiko (Bupati Madiun) tiba di halaman Katumenggungan Barebek (Sekarang Kecamatan Berbek) tepat saat tengah hari. Dua orang Mantri Tamtomo (Setara Komandan Batalion), Setrodirjo dan Suromonjo. Mereka ditemui oleh Demang Anjuk Raden Suryosuro, dan Demang Ngronggot Raden Sanensopo, yang kebetulan juga akan menghadap sang Tumenggung KRT Sosrokusumo I (Kanjeng Jimat)

Keempatnya memang sudah saling kenal, karena pernah bekerjasama menumpas ampak-ampak Gunung Pandan (perampok). Perampok yang sangat meresahkan penduduk di sekitaran Kademangan Caruban di wilayah Barat, dan juga di Kademangan Arjoso wilayah sebelah utara. Yang kesemuanya masih termasuk wilayah Kadhipaten Madiun (Purboyo), dan termasuk dalam Monco negoro (Negara Bagian) dari Keraton Kasunanan Kartosuro (Mataram)

Tanpa terdengar langkah kakinya, tiba-tiba Kanjeng Jimat sudah berada diantara mereka berempat. Mereka pun sangat terkejut, kemudian secara berganti-ganti memberikan sembah... mencium tangan sang Tumenggung, dengan penuh rasa hormat.

"Assalamu'alaikum!" Kanjeng Jimat mengucap salam.

"Waalaikumusalaam!" jawab keempatnya dengan hampir bersamaan.

"Ada kepentingan apakah, sehingga Kanjeng Adipati mengirim prajurit terbaiknya kemari?" tanyanya setelah memantapkan duduknya di kursi singgasananya,"Kalian juga ada disini?" lanjutnya kepada dua Demang bawahannya. Kedua Demang itu membuat isyarat menyembah takzim.

"Begini Ki Tumenggung, kami diutus oleh Ndoro Bupati (Tuan Bupati), satu agar menyampaikan salam dari beliau untuk Ndoro Tumenggung. Yang kedua, Kanjeng Bupati memohon Ndoro Tumenggung untuk mengirimkan prajurit terbaik Katumenggungan Barebek... untuk menumpas pengacau keamanan, yang dilakukan beberapa orang dari Kadhipaten Wengker (Kabupaten Ponorogo). Kami sudah beberapa kali berusaha menumpas mereka, tetapi gerombolan yang dipimpin seorang perempuan itu... sampai sekarang masih belum terkalahkan" kata Setrodirjo dengan berapi-api.

"Kami dengar, perempuan itu berasal dari daerah Gunung Pandan juga. Bahkan menurut kabar, dia adalah putri sulung dari Ki Bendosewu. Pimpinan ampak-ampak, yang berhasil kita tumpas 2 tahun lalu! imbuh Suromonjo.

"Apakah dia bernama Samini si Pandanayu?, atau Sukesi si Pandanwangi?" tiba-tiba Ki Suryosuro teringat sesuatu, melontarkan pertanyaan dengan bersemangat.

"Iya, betul Kakang Demang Suryosuro. Dia adalah Sumini si Pandanayu, janda dari Demang Laran Pacewetan (Pacitan). Dia bersumpah akan membalas dendam, atas kematian Ayahnya Ki Bendosewu" jawab Setrodirjo dengan tak kalah semangatnya.

"Bagaimana, Ndoro Tumenggung?" tanya Suromonjo kepada Kanjeng Jimat. Orang tua itu mengelus jenggot putihnya, memandang ke arah halaman Pendopo Katumenggungan... dengan tatapan nanar.

"Apakah pihak Goverment (Belanda), tidak mengambil tindakan dalam hal ini?" tanyanya kepada Setrodirjo juga kepada Suromonjo.

"Kanjeng Bupati sudah mengirim permintaan bala bantuan, tetapi Walondo menganggap ini bisa diselesaikan tanpa harus mendatangkan mereka" jawab Suromonjo tegas,"Bagaimana tanggapan Ndoro Tumenggung?"

"Baiklah, aku akan mengirimkan lima prajurit terbaik dari Katumenggungan Barebek. Sekarang, kalian berdua istirahatlah di Wisma Duto (Penginapan Tamu), bersihkan diri kalian dan beristirahatlah." perintah Kanjeng jimat, yang langsung diamini kedua utusan tersebut dengan gembira,"Sedangkan untuk kalian para Demang, pergilah hari ini juga ke Kademangan Arjoso. Temuilah Raden Surosentono, mintalah dia mempersiapkan diri membantu Kadhipaten Purboyo...bersama juga kalian!" perintah Kanjeng Jimat, Demang Anjuk dan Demang Ngronggot pun menghaturkan sembah.

Tidak diceritakan, sepanjang perjalanan Raden Suryosuro dan Raden Sanensopo. Perjalanan mereka menuju arah utara, menuju kediaman Raden Surosentono di Kademangan Arjoso (Sekarang Kecamatan Rejoso). Lepas Ashar, sampailah kedua utusan itu di Desa Talang letak Kademangan Arjoso. Mereka, disambut langsung oleh Raden Surosentono. Saling berpelukan, sebagai tanda persahabatan. Turut menyambut mereka, adalah Ki Mencorong tangan kanan Demang Arjoso. Antara Ki Corong dan Raden Surosentono, adalah sahabat sejati. Mereka sama-sama saling melengkapi dalam segala hal, bahkan dalam.peperangan mereka saling melindungi. (Makam mereka ada di lokasi yang sama, Raden Surosentono di sebelah Timur, dan Ki Corong/Mencorong ada di sebelah Barat. Terletak di Desa Talang, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur)

(Bersambung)

#TantanganHistoricalFiksi
#onedayonepist
#OdopBatch6
#KelasFiksi

Rabu, 14 November 2018

Ulang Tahun Kaisar Langit

Kaisar Langit Mustwin memandangi setiap wajah tertunduk di hadapannya, tiga orang Raja dan Ratu bawahannya. Loris Raja Bumi dari Utara, Zlatan Raja Bulan dari selatan, dan Barty Ratu Bintang dari barat. Mereka tak sanggup menjawab pertanyaan Kaisar Langit, tentang ketidak Hadiran Themoran Raja Matahari di pertemuan agung itu. Sang Kaisar bertambah yakin, telah terjadi sesuatu antara mereka berempat.

"Barty, engkau yang terakhir kali terlihat berbincang dengan Themoran... ketika pertemuan sebelumnya. Apa yang kau dengar darinya, tentang ketidak hadirannya ini?" tanya Kaisar Langit penuh selidik, sambil memandang wanita 30 tahun itu dengan tatapan tajam. Barty semakin tidak nyaman dengan tempat duduknya, dia menggeser beberapa kali pantatnya sebelum menjawab.

"Ampun Tuanku, Raja Matahari tidak menyinggung apapun tentang ketidak hadirannya ini. Dia Hanya berkata, ingin meminjam.pasukan Zodiac saya... untuk sesuatu tujuan, yang hamba juga tidak mengerti" jawab Ratu Bintang dengan bimbang.

"Saya mendengar, Raja Matahari ingin menyerang kerajaan Laut , Tuan" Zlatan mengangkat bicara.

"Saya juga pernah mendengar tentang hal itu, Tuan!" imbuh Loris dengan bersemangat.

Kaisar Langit mengelus jenggot panjangnya, menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak menyukainya. Sebelum sempat mengeluarkan kata-katanya, tiba-tiba datanglah beberapa Pasukan Zodiac. Scorpio sang ahli racun, dan Taurus sang penggempur. Dengan isyarat tangannya, Kaisar langit mempersiapkan keduanya untuk duduk diantara mereka.

"Apa yang ingin kalian sampaikan?" tanya Kaisar Langit kepada keduanya.

"Kami menyampaikan berita, Yang Mulia!" berkata Scorpio, lelaki berambut merah bertatto Kalajengking itu,"Virgo, Aquarius, Libra, Leo, Cancer, Gemini, Pisces, dipimpin oleh Sagitarius... mereka telah pergi ke Negara Matahari, khabarnya mereka sedang merencanakan sesuatu!"

"Benar, Yang Mulia. Bangsa Peri pun, tampak sedang berbondong-bondong menuju kesana. Juga bangsa binatang, dan sebagian Roh Pohon juga!" kata Taurus, memperkuat laporan dari sahabatnya,"Menurut data yang kami dapat dari burung Collibri, hampir sejuta mahluk disana dengan perlengkapan perangnya... siap digerakkan, untuk memulai perang dunia!"

Kaisar Langit tampak sangat terkejut, mendengar laporan kedua orang itu. Perlahan wajah keriputnya memerah, nafasnya terlihat panjang dan berat. Terbayang betapa dahsatnya, jika benar perang dunia terjadi. Kedamaian yang telah dijaganya dengan baik, selama 100 tahun dia berkuasa... akan segera ternodai, karena nafsu angkara dari seorang Raja Matahari. Dalam.hatinya juga merasakan keanehan, mengapa Themoran ingin menyerang Negara Laut? Bukankah, Ratu Laut adalah ipar dari Raja Matahari? Kakak Sheenary istri Themoran? Apa yang sebenarnya terjadi? Kaisar Langit terlihat sangat sedih, tetapi keadilan harus ditegakkan. Dia berdiri dari singgasananya, menghunus pedang sinar birunya sambil berseru,

"Kita, harus menghentikan rencana Themoran menyerang Negara Laut" teriaknya berapi-api,"Ayo kita cegah terjadinya perang dunia!."

Semua yang ada di ruangan itu berdiri serentak, mengikuti Kair mereka keluar ruangan. Di luar ruangan, para Pegasus (Kuda bertanduk satu dan bersayap) ratusan jumlahnya menenuhi segala penjuru halaman istana. Sehingga menutupi keindahan halaman istana yang penuh patung dewa-dewa, serta taman bunga yang luar biasa indahnya. Pegasus adalah tumpangan semua penghuni Istana, karena letaknya yang di pucuk sebuah gunung yang tinggi. Namun tiba-tiba para kuda terbang itu melesat pergi semuanya. Dan menampakkan sebuah tulisan di sebuah kain yang sangat panjang, disulam dengan benang emas yang gemerlapan... diterpa sinar matahari siang itu.
Selamat Ulang Tahun Yang Mulia
Baginda Kaisar Langit Mustwinart Osabdo
Jayalah Selama-lamanya.
Kain itu terbentang dalam pegangan para Pasukan Zodiac, Tetua Peri, serta dikelulingi para binatang semuanya.

Raja Matahari Themoran beserta istri tercinta berjalan menuju Kaisar, yang masih terbelalak atas ucapan ulang tahunnya yang menegangkan ini. Themoran mengalungkan selempang bertuliskan 100 Tahun, sedang istrinya memberikan buket bunga yang indah. Semua bersorak gembira, serentak menyanyikan lagu ucapan untuk Sang Kaisar mereka tercinta.

Happy Birthday to You
Happy Birthday to You
Happy Biryday... Happy Birtday
Happy Birtday to you...

(Tamat)

Pagi Bilik Bercinta

Suatu pagi, di sebuah rumah kecil yang berdinding bambu. Yang beratap jerami, berlantaikan tanah.Kelana Asmara sedang mengasah pisau, di sebuah asahan batu yang besar. Ketika Dewi Cinta istrinya datang, dengan segelas kopi pahit.

"Ini kopimu, Kakang" katanya lembut, seraya meletakkan gelas itu di atas sebuah batu datar,"Minumlah dulu, biar terasa hangat perutmu nanti."

Asmara tersenyum manis kepasa istrinya, meletakkan pisau yang diasahnya, kemudian duduk di samping istrinya di sebuah balai bambu.

"Terima kasih, sayang. Sudah selesaikah, engkau menanak nasi?" tanyanya, sambil menggenggam lembut tangan istrinya. Cinta menoleh wajah suaminya, tersenyum dan berkata dengan lembut.

"Hari ini, kita makan ketela rebus saja ya Kakang? Beras terakhir kita, sudah aku tanak kemarin itu."

"Iya, Sayang. Kita juga sudah lama, tidak makan ketela rebus" jawab Kelana Asmara, tangannya membelai mesra rambut istrinya yang panjang indah tergerai,"Bersabarlah menjalani hidup ini ya, Sayang. Memang, selama menjalani hidup denganku... belum sanggup kuhadirkan kebahagiaan, di dalam rumah tangga kita"

"Kakang jangan berkata seperti itu, menjadi istrimu adalah kebahagiaan hakikiku. Meski pun kita hidup dengan sangat sederhana, makan dengan seadanya, dan tinggal di gubuk kecil, tetapi kita menjalaninya dengan ikhlas... dengan kasih sayang, dan cinta" kata Dewi Asmara terbata, karena Kelana Asmara sudah mulai menciumi pipinya.

"Terima kasih, Sayang. Engkau sudah sangat setia, menjadi pasangan hidupku, menjadi teman hidupku, menjadi separuh nyawaku, menjadi istriku," berkata begitu, Kelana Asmara semakin bersemangat mencumbu istri tercintanya. Dewi Cinta pun segera memahami, kemana akhirnya percakapan yang mesra ini akan berakhir. Dia mencoba menenangkan suami yang dicintainya itu, dengan lembut... beberapa kali dia mencoba menghindari cumbuan suaminya itu.

"Kakang, sudah ah! Ini kan masih pagi, semalam Kakang sudah berkali-kali membuatku melayang ke surga..." katanya, tetapi serangan ciuman dan belaian di sekujur tubuhnya... membuatnya kembali merindukan surga itu.

"Kakang..." desahnya dalam kekuasaan gelora, dia pun mulai terpancing untuk membalas cumbuan-cumbuan, belaian-belaian, lumatan-lumatan, dan dia hampir tak dapat mengingat sekelilingnya. Matanya terpejam, merasakan setiap sensasi dengan semua pori-pori yang ada di tubuhnya. Hingga akhirnya, Kelana Asmara menggendong tubuh istrinya itu masuk ke dalam bilik. Meletakkannya di atas dipan bambu, yang beralas tikar daun pandan.

Pagi hari tetap berlalu, menyajikan kicauan burung di setiap dahan pepohonan. Bunyi kokok Ayam jantan bersahutan, sebagian mengejar betinanya dengan penuh semangat. Dan lenguhan Lembu juga Kerbau, seakan menutupi lenguhan-lenguhan manja di bilik bambu yang sedang bercinta.

(Tantangan Domestic Drama)

Selasa, 13 November 2018

Lagu Rindu

Fotomu ning kamarku, ning atiku... kaya kowe ning sandingku, ngene rasane yen kangen kowe (Fotomu di kamarku, di hatiku... sepertinya kamu di dekatku, begini rasanya kalau rindu kamu)

Lagu itu terdengar seperti melukiskan kerinduan, dari seseorang yang sedang memandangi foto seseorang. Aku tersenyum jahat, berfikir bahwa... mungkin si pencipta lagu, tidak memiliki hapa android. Sehingga, jika dia rindu seseorang yang dirindukannya... dia hanya mampu memandangi sebuah foto, karena tidak bisa telefon atau video call. Akhirnya aku juga tersenyum kecut, bagaimana jika yang di rindukan seseorang itu sudah meninggal? Hiii... ini bakal jadi lagu paling horror.

Dan tiba-tiba, rasa kerinduanku pada kekasihku oun muncul. Aku ambil gawai kesayanganku, membuka gallery... dan memandangi fotonya yang sedang tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumnya itu. Ah, betapa aku sangat merindukannya.

Namanya Natalia, seorang gadis keturunan tionghwa. Walaupun keturunan, dia dan seluruh keluarganya beragama islam. Saat ini dia berada di New York, dalam rangka meneruskan S2 disana. Cita-citanya untuk memajukan bangsa dan negaranya, membuatnya nekat pergi kesana. Untung ada donatur yang mau membiayai, selama kuliahbdi Amerika. Untuk tambahan uang jajan, dia tetpaksa menjadi pencuci piring di salah satu restoran.

Intensitas komunikasi, itu yang memang menjadi kendala hubungan kami. Hanya satu minggu sekali dia menghubungiku, atau dia hanya bisa aku hubungi seminggu sekali. Tidak bisa dengan whatsapp, bisa tapi inden... membuat percakapan menjadi kurang nyaman. Tetapi, meskipun LDR (Long Distance Relationship)... keutuhan cinta kami tetap terjaga. Hem... akhirnya aku harus memgakui, lagu yang dinyanyikan Nella Kharisma itu sangat mewakili hatiku yang rindu.

Fotomu ning kamarku ning atiku, kaya kowe ning sandingku... ngene rasane yen kangen kowe...

Keluarga Sosrobahu

Bentuk rumahnya sih biasa, seperti bentuk rumah gedung pada umumnya. Tetapi begitu masuk ke dalamnya, baru terihat aneh tata letaknya. Di dalam rumah itu, masih ada lima rumah lagi. Empat rumah saling berhadapan, dan satu rumah terbesar di ujungnya.

Begitu kita bertamu, di rumah Pak Sosrobahu itu. Mungkin, sebagian besar tamu akan ditemuinya di teras depan rumahnya, atau di teras samping rumahnya. Konon, kata orang yang pernah berkunjung ke rumah mewah dan megah itu. Katanya, teras belakang rumah lebih besar, lebih luas, karena menghadap langsung ke pekarangan. Tanah di belakang rumah itu penuh dengan tanaman sayur, juga tanaman buah-buahan.Juga ada kolam ikan atau empang, dan beberapa hewan peliharaan. Tentu saja, asisten rumah tangganya yang merawat semua itu.

Jika beruntung, orang yang bertamu... ditemuinya di ruang tamu yang bagaikan lobby president suit itu. Sangat beruntung lagi, jika tamu diajaknya ke meja makan. Menikmati berbagai macam masakan, yang disediakan para asisten rumah tangganya.

Pak Sosrobahu, memang dia seorang milyarder kaya raya. Pengusaha tambang batu bara, pengusaha batik tulis, dan pemilik beberapa swalayan, yang tersebar di seantero nusantara. Lelaki itu berumur 47 tahun, memiliki 4 istri... yang semua tinggal di rumah itu.Rumah yang di dalam rumah itu, masing-masing ditempati para istrinya.

Veronica istri pertamanya, berasal dari Sulawesi Utara. Probowati istri keduanya dari Semarang, Imas istri ketiganya dari Sumedang. Dan istri keempatnya, Saropah dari Pulau Madura. Mereka masing-masing tinggal di sebuah rumah, yang ada di dalam rumah besar Pak Sosrobahu. Dan... sebagaimana kehidupan keluarga Poligami pada umumnya, mereka tidak saling menyukai satu dengan lainnya. Veronica berkawan baik dengan Imas, dan Probowati mengajak berkomplot Saropah. Tetapi sebenarnya, mereka hanya bermusuhan di belakang layar. Jika mereka bertemu dalam satu meja makan, sandiwara muka manis pun mereka suguhkan. Mereka takut, jika permusuhan mereka terendus sang suami. Karena Pak Sosrobahau sudah mengancam, siapapun yang berkonflik di rumah itu harus keluar.

Sabtu, 10 November 2018

Hikmah

Sebenarnya sangat malu menjalani hidup seperti diriku ini, menjadi kepala rumah tangga yang tidak bisa bertanggung jawab. Sudah setahun ini aku menganggur, setelah resend dari pekerjaanku di sebuah industri elektronik. Padahal, posisiku sudah sangat strategis dan sangat penting... menjadi Stock Manager (Manajer Pengadaan). Tetapi ketika Direktur baru yang menantu owner itu mulai menjabat di perusahaan, aku mulai merasa tidak nyaman dengan jabatanku.

Suatu saat dia memanggilku menghadap di kantornya, dengan alasan meeting stock. Tetapi ternyata, dia memerintahkanku untuk menyetujui sebuah proposal dari tender baru... dari produsen suku cadang, yang sudah kutolak beberapa kali proposalnya. Itu karena, barang yang ditawarkan kualitasnya jauh dari standart produk industri kami.

"Pak Mustakim, kali ini jangan menolak proposal ini ya? Pemiliknya, masih terhitung saudara dengan saya," kata Pak Willy, sambil menyodorkan sebundel packmap berwarna merah. Aku sudah pernah membaca proposal di dalam map itu, dan secara teknis aku sudah mengetahui maksud dan tujuannya.

"Tapi Pak, barang yang mereka tawarkan itu sangat jauh kualitasnya dari yang kita butuhkan" jawabku mantap.

"Halah, kenapa juga kalau memang kualitasnya rendah? Kita itu perusahaan, Pak. Keuntungan, adalah motivasi utama kita. Saya ini Direktur Operasional, Bapak adalah bawahan saya secara struktural. Memang Bapak punya akses langsung kepada Direktur Utama, tapi dia itu juga mertua saya!" nada bicaranya mulai meninggi,"Saya bisa saja, mengajukan reposisi (penurunan jabatan) atau mutasi (pindah tugaskan) Bapak pada Dirut... jika saya menganggap, Anda mempersulit kinerja team."

"Pak Willy jangan salah faham, saya tidak bermaksud ingin mempersulit teamwork. Justru, saya ingin menyelamatkan masa depan perusahaan kita ini. Bayangkan, beberapa saat kemudian setelah kita memakai suku cadang yang berkualitas rendah itu. Kualitas produk kita otomatis juga akan rendah, dengan produk semacam itu bisa mengancam kepopuleran nama baik perusaan. Kecuali, jika kita memang bermaksud menurunkan level produk, juga menurunkan harga jual produk. Kasihan para konsumen yang telah setia memakai produk bagus, tiba-tiba menjadi memakai produk yang unstandard. Nama perusahaan ini akan hancur, masyarakat tidak akan lagi percaya dengan produk perusahaan!" sekuat tenaga, aku mempertahankan prinsip perusahaan baik yang pernah dipesankan sang Dirut... saat mempercayaiku, menduduki posisiku yang sekarang.

Dari laci mejanya, dia mengeluarkan dua bendel besar uang ratusan ribu. Perlahan meletakkanya di depanku,"Ini titipan dari peserta tender yang Bapak tolak itu, 200 juta cash. Silakan ambil!" katanya kemudian,"Saya hanya ambil 300 juta, ini sisanya silakan ambil."

Aku tercenung diantara rasa terkejutku, rupanya dia mengajakku bermain curang. Rp.200 juta adalah jumlah yang sangat banyak, tetapi itu tidak akan cukup untuk membeli kejujuranku. Aku tidak mengambilnya, bahkan aku segera beranjak dari kursi dan pergi darinya.

Semenjak kejadian itu,, hubunganku dengannya bisa dibilang sangat buruk. Rossalina si sekretaris Pak Willy, tiba-tiba juga mulai memasang wajah acuh-tak acuh padaku. Aku tahu, memang dia dan Pak Willy melakukan perselingkuhan di kantor. Seorang office girl pernah bersumpah, tanpa sengaja melihat mereka sedang bercinta di atas meja kerja... di ruangan kantor Direktur Operasional, seusai jam kerja berakhir. Pak Willy memang terkenal sebagai Play Boy di kantor, bahkan sekretarisku yang berjilbab pun beberapa kali dirayunya. Annisa sekretarisku, menceritakan hal itu dengan deraian air mata. Sebelum akhirnya dia memutuskan untuk risend, setelah dia dipeluk dan diciumi si bangsat itu... ketika kusuruh mengantarkan berkas, kepada direktur operasional bejat itu.

Dan hari-hari semakin penuh konflik di kantor perusaan itu, alasanku untuk mengajukan surat pengunduran diriku. Direktur Utama pun memanggilku secara khusus, dan aku ceritakan semuanya. Beliau sebenarnya kekeh mempertahankanku, tetapi dengan teramat menyesal aku tetap pada pendirianku. Dirut menjabat tanganku dengan erat, memelukku dengan kuat. Seraya membisikkan sebuah kata di telingaku,"Kita akan tetap bekerjasama setelah ini Pak Mustakim."

****

Semenjak tidak lagi bekerja di perusahaan itu, dunia kepenulisanku kembali muncul. Dahulunya, aku adalah seorang novelist. Salah satu karyaku 'Butir Pasir Pantai Bromo' menjadi best seller, dan akhirnya dibeli seorang Produser Film. Dibuat Film layar lebar, dengan judul 'Ketika Pasir Bromo Berbisik'. Alhamdulillah, dari pembelian dan royalty karya tulisku itu... aku bisa keluar dari jeratan kekurangan. Aku bisa membeli sebidang tanah, dan mendirikan sebuah rumah bertingkat yang megah... lengkap dengan isinya. Mempunyai sebuah mobil hiclass yang mentereng, dan menikahi Bernardetta Oktaviany... seorang Pejabat penting, dari sebuah Bank Internasional. Yang akhirnya memutuskan untuk menjadi mu'alaf, ketika aku pertama kalinya mengutarakan cintaku kepadanya.

Siang itu, aku sedang menulis dengan laptopku. Hari Minggu yang cerah, menulis di teras samping rumahku memang sangat menyenangkan. Pemandangan yang menghadap ke taman dan kolam ikan, sungguh membuat inspirasiku terpompa keluar. Tetapi, saat istriku datang dengan segelas coklat hangat kesukaanku... akupun menghentikan aktifitasku.

,"Sedang menulis apa, Sayang?" tanya istriku setelah menyuguhkan minuman itu padaku. Aku menyeruputnya sedikit, kemudian memberinya isyarat untuk duduk di pangkauanku. Dengan wajah kegirangan, istriku pun segera bergelayut manja di pangkuanku. Beberapa ciuman kasih sayang, kudaratkan di pipi dan keningnya. Dia pun membakas mengecup kening, dan mengelus kepalaku.

"Sayang, kenapa tidak melanjutkan menulisnya?" tanyanya manja, aku segera mencubit gemas dagunya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Nanti pasti aku lanjutkan lagi, sekarang mood menulisnya lagi kalah sama kedatangan bidadariku," kataku mulai merayunya, Detta tersenyum bahagia, beberapa kecupan didaratkannya di pipiku. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba kami sudah saling pagut-memagut di atas karpet teras itu. Ketika gawai di samping laptopku tiba-tiba berdering nyaring, kami akhiri pergulatan itu dengan keterkejutan teramat sangat. Detta masih dalam posisi menindih tubuhku, saat kuraih gawai itu. Terpampang foto Pak Kwik Giantoro di penampang depan handphone itu, mantan Direktur Utamaku.

"Hallo, Pak Mustakim!" terdengar suara dari seberang sana,"Bisa saya ganggu sebentar hari Minggu Anda?"
Aku mendorong lembut tubuh istriku, baru sadar penampulannya sudah awut-awutan begitu. Dia mencubit pinggangku dengan keras, sebelum berlari kecil masuk ke dalam rumah.

"Iya, Pak. Silakan Pak, kebetulan saya sedang tidak beraktifitas apapun hari ini" jawabku sambil menoleh ke arah jendela kaca ruang tamu, disana tampak istriku sedang berkacak pinggang dengan wajah sewotnya.

"Syukurlah kalau begitu, Pak. Begini Pak, dalam setahun ini perusahaan mengalami penurunan penjualan. Banyak produk gagal, dan yang paling parah... banyak rekanan yang memutuskan kerja sama. Setelah saya selidiki, dan setelah saya terjunkan team investigasi. Tetnyata yang seperti Pak Mustakim bilang dulu, ini karena menantu saya terlibat penggunaan suku cadang palsu dalam produk kita. Saya sudah pecat dia, dan anak saya juga sudah menceraikan dia yg sudah selingkuh dengan sekretarisnya," terdengar dia mengambil nafas, dan kemudian lanjutnya,"Hari Senin, saya menunggu Bapak di Kantor saya. Saya berharap, Bapak sudi menerima tawaran jabatan baru untuk Bapak"

"Jabatan apa, Pak?" tanyaku dengan dada berdebar-debar.

"Menggantikan kedudukan Willy, menjadi Direktur Operasional merangkap Direktur Keuangan, saya akan memberikan gaji tiga kali lipat dari masing-masing jabatan itu. Rp.20 juta per bulan, pajak ditanggung perusahaan. Hanya satu keinginan saya, kembalikan kejayaan dan kredibilitas serta nama baik perusaan. Bagaimana, Pak Mustakim? Anda setuju,?" aku terperangah dalam kesukacitaan, bayangan menghapus gelar 'pengangguran' pun tampak begitu nyata.

"Setuju, Pak!" jawabku dengan mantao, hampir saja aku tak mendengar kat-kata terima kasih darinya.

Aku berlari ke dalam rumah, melompat-lompat kegirangan. Istriku nampak kebingungan melihat sikapku, hampir seperti orang ketakutan raut wajahnya. Apalagi ketika kugandeng tangannya menuju kamar tidur, dia meronta-ronta ketakutan.

"Sayang kenapa? Sayang ada apa?!" tanyanya memelas, aku segera membopongnya dan membisiki telingannya,"Mulai besok, aku sudah bekerja lagi sayang! Diangkat menjadi Manager Operasional dan Manager Keuangan, di perusahaan Pak Kwik Giantoro!"

"Terus? Apa hubunganya dengan membopongku begini?" tanyanya menjadi terdengar semakin lembut.

"Kita rayakan kebahagiaan ini, Sayang! Kita bercinta di sepanjang hari Minggu ini!" seruku, sambil mulai menciuminya. Detta tersenyum faham, dengan lembut dia memukul-mukul punggungku.

"Nakal... nakal... nakal... "

(Tamat)

Kamis, 08 November 2018

Keluarga Trio Kwek Kwek

Mungkin almarhum orang tuaku dulu bermaksud baik, dengan membangunkan rumah petak berderet untuk kami bertiga. Tiga rumah, dengan masing-masing lebar 4 meter dan panjang 6 meter. Dengan model yang sama, cat yang sama, sama-sama menghadap ke arah jalan desa di depannya.

Yang di ujung timur, ditempati kakak sulungku Suparno Wijaya dan istrinya Herissa Dita Violeta, dan anak lelakinya yang bernama Nicholas Budi Suparno Putra. Di ujung sebelah barat, dipilih tinggali olek kakak keduaku Supardi Wakhid bersama istrinya Muthia Saraswati serta anak lelaki mereka Steven William Supardi Putra. Sementara aku, menempati rumah yang di tengah bersama istri tercintaku Paini Dyah Sarinem, dan anak lelakiku Mokamad Isa Budha Mahadewa Suparwin Putra Tunggal. Namaku adalah Suparwin Mukiyo, anak bontot dari ayahku Mukidi Prawiro Dirjo dan ibuku Vidia Feronika Siti Ngatiyem.

Mereka berdua adalah lambang cinta sejati, senang susah bersama, bahkan meninggal pun bersama-sama. Bapak meninggal, karena berusaha menolong Ibuku yang tersengat aliran listrik. Saat itu, ibu sedang menjemur pakaian. Tanpa diketahui, ada kabel listrik terkelupas yang mengenai kawat jemuran, ibu pun berteriak karena tersengat aliran listrik. Bapak yang mengetahui itu segera bertindak, maksudnya memeluk ibu untuk dijauhkan dari tempat itu... malah beliau ikutan tersengat. Mereka berdua meninggal, dalam posisi berpelukan.

Tinggal di rumah deret sebetulnya sangat menyenangkan, selalu bisa berkumpul dengan saudara kandung-kandungku. Semenjak kecil kami hidup rukun dan damai, bersekolah dan bermain pun kani bertiga. Daripada menyebut kami 'Tiga Bersausara', orang-orang malah menyebut  kita 'Trio Kwek Kwek'. Memang seperti kembar tiga, karena selisih kelahiran kami hanya berselang 1 tahun... tepat 1 tahun jaraknya, kakak sulungku lahir tanggal 25 November 1969, kakak keduaku lahir 25 November 1970, hanya aku yang dijuluki November palsu, karena aku lahir pada 25 November 1971 melalui operasi cesar... karena sungsang. Sampai menjelang setengah abad usia kami ini, belum sekali pun kami terlibat perselisihan. Hampir tidak pernah berkonflik, saling berkata kasar pun tidak pernah.

Ini berbanding terbalik 180° dengan istri-istri kami, khususnya istri Kang Parno dan Kang Pardi. Sepanjang mereka berstatus istri, dan bergabung di dalam keluarga kami. Pertengkaran demi pertengkaran, adalah menu urama mereka. Mbak Herissa dan Mbak Muthia sudah seperti 'Tom and Jerry' saja layaknya, bagai air dan api, bagai 'Mikhail dan Lucifer', sangat sulit didamaikan. Jika mereka sedang bertengkar, bahkan ada lesakan bom di sekitar mereka pun tidaj hiraukan. Mbak Herissa dari Madura, sedangkan Mbak Muthia orang padang. Sama-sama keras kepala, sama-sama tidak mau mengalah, tentu saja... mereka sama-sama pelit. Istriku orang Wonogiri, lemah lembut, sopan santun, tidak sombong, tapi gampang menangis, cengeng dan lebbay, dia menangis tersedu-sedu saat naik delman... melihat kudanya dicambuk pak kusir, dia menangis histeris. Melihat film kartun Tom and Jerry pun dia bisa menangis terisak-isak, melihat Jerry dikejar-kejar Tom, dan dipukuli pakai sapu,"Aduh kasihan! Jerry dipukul sapu sama Tom, sampai gepeng tubuhnya!" atau,"Aduh kasuhan! Tim ditimpa piano sebegitu besar, sampai giginya copot semua!"
Nah, dapat dibayangkan betapa 'tenteramnya' hidup bersama mereka.

Minggu pagi, suasana awalnya tenang dan damai... sebelum Mbak Herissa memutar DVD kembang kempul Madura.

"Rama ebu... bule sapora'agih, romasa andi' sala dhe dika... agudde gabay ate rengsa... !!!"

artinya:
Ayah Ibu... aku meminta maaf... merasa punya salah padamu... menggoda membuat hatimu susah...

Mendengar musuh bebuyutannya memutar DVD, Mbak Muthia segera memutar lagu Padang kesukaannya... juga dengan volume yang sangat keras.

Biarlah nak karam di lauik nan dalam
Biarlah nak hilang kenangan lamo
Dinginnyo ko manusuak ka dalam dado

artinya:
Biarkanlah karam di lautan yang dalam
Biarkanlah hilang kenangan lama
Dinginnya malam ini menusuk ke dalam dada

Aku, istriku, dan anak semata wayangku segera menempatkan diri di teras rumahku. Istriku membuatkan kami teh hangat, dan pisang goreng yang juga masih hangat. Tiba-tiba, masuk dari pintu belakang rumahku kedua keponakanku. Nicholas anak Kang Parno, dan Steven anak Kang Pardi, bertiga dengan anakku Mokamad mereka sambil membaca komik di lantai teras. Kami semua sudah hafal situasi seperti begini, sebentar lagi akan menyaksikan Opera dengan gratis. Benar juga, dari rumah kang Parno keluarkah Mbak Herissa, dengan membawa spatella di tangan kanan, sedang tangan kirinya memegang wajan penggorengan. Dengan tatapan marah, dia memandang ke arah pintu rumah Kang Pardi sambil berteriak,"Patek celeng! Mosek ta' ro-karoan monyena beih esettel! Menga' se ngeddingagih!" artinya: Anjing hitam! Musik tidak karuan bunyinya saja di putar! Pekak didengarkan!

Mendengar makian musuh iparnya, Mbak Muthia pun segera keluar dari rumahnya, sama juga membawa spatulla dan wajan. Tanpa basa-basi lagi, dia langsung memaki dengan sengit,"He, orang bunian! Sakato sajo barucap manghina musiak Minang! Musik awak ko macam lengking Mak Lampir!" artinya: He, siluman hutan! Enak saja menghina musik Minang! Musikmu itu seperti tawa Mak Lampir!. Kami berlima tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya, Mokamad sampai berguling-guling menahan tawanya. Dan itu belum selesai, tibalah kepada makian favorit kami. Mbak Muthia, kali ini yang mengeluarkan jurus makian pertama.

"Dasar, Sate Lalat!" makinya, yang langsung dibalas oleh Mbak Herissa.

"Rendang tai Kambing!"

"Soto Ayam tiren!"

"Balado Kodok!"

"Oseng Ulat bulu!"
Ini berlangsung berjam-jam lamanya, diiringi tetabuhan dari wajan penggorengan setiap mereka memaki. Pak RT yang datang melerai pun, akhirnya lari terbirit-birut karena mereka lempari dengan batu. Mereka hanya akan lerai, saat mendengar adzan Dhuhur dari Mushola dekat rumah kami. Benar saja, tiba-tiba terdengar suara Adzan yang sangat nyaring.

Allaahu Akbar... Allaahu Akbar...
Allaahu Akbar Allaahu Akbaar...
Asyhadu alaa ilahailallaah
Asyhadu alaa ilahailallaah
Waasyhadu anna Muhammadurrasulullaah
Waasyhadu anna Muhammadurasulullaah
Hayaashalah Hayaashalah
Hayalal falaah hayalal falaah
Allahu Akbar Allahu Akbar
Laa ilahailallaah

Hening, sunyi, sepi, senyap, kami segera masuk ke dalam rumah tanpa terkecuali. Dengan diam segera mempersiapkan diri, menuju mushola untuk melaksanakan sholat. Itulah, sekelumit cerita seru tentang keluarga kami. Jangan meniru, atau mencibanya di rumah, tanpa bimbingan dan pengawasan psikiater.

Berkah Hujan

hujan deras menghajar atap galfalum rumahku
bagaikan nada gamelan yang tidak beraturan
hingar bingar bersama seruling alam silih berganti
ini yang kumau terjadi
setelah kemarau panjang memanggang ibu pertiwi

aroma tanah yang tertimpa hujan
bau kulit pepohonan yang bermandikan tirta
menelusuk ringga penciuman
alangkah nikmatnya anugerah ini
aku memuji dengan kesukaan hati

selamat datang berkah bagi segenap kami
sekarang kami berlimpahan kesegaran tiada terperi
sungai menyampaikan salam dari ikan yang berseri
para petani berbinar teringat musim menanam padi
terima kasih atas semua kenikmatan ini

Terjemahan Aji Jaran Guyang, Satu Ilmu Pengasihan dari Banyuwangi

sun mateg ajiku
ajiku si jaran guyang
tak gutang ing tengah latar
upet-upetku lawe benang
cemetiku sada lanang
pet sabetake gunung gugur
pet sabetake segara asat
pet sabetake lemah bangka
pet sabetake atine sariyem binti sariyo
sida edan ora edan
sida munyeng ora munyeng
ora bisa waras yen dudu ingsun sing nambani

terjemahan:

aku merapal do"aku
do'aku si kuda siram
kusiram di tengah halaman
ikat kepalaku dari benang kapas
cambukku dari lidi utama
kucambukkan gunung berguguran
kucambukkan lautan tandad
kucambukkan tanah gersang
jucambukkan hatinya si sariyem binti sariyo
menjadi gika tidaklah gila
menjadi linglung tidaklah lungkung
tidak akan sembuh jika bukan aku yang menyembuhkannya

Chat Kosong Dari Mimin MIC Publisher

[14:15 23/10/2018] MICPublish: Ketakutan itu nyata. Kita harus mengakui bahwa ketakutan itu sudah ada sebelum kita sanggup menaklukkannya. Kekhawatiran, ketegangan, rasa malu, dan kepanikan—semuanya berasal dari imajinasi negatif yang salah kelola. Ketakutan adalah musuh bebuyutan kesuksesan. Ketakutan mencegah seseorang menggunakan peluang; ketakutan melemahkan vitalitas fisik; ketakutan membuat seseorang sakit, menyebabkan gangguan organ tubuh, memperpendek usia. Ketakutan menjadi penyebab jutaan orang hanya mampu meraih sedikit prestasi dan menikmati hidup sekadarnya. Ketakutan  mencegah orang  merengkuh impian.

Ketakutan bisa disembuhkan dengan cara membiasakan diri bahwa kepercayaan diri dapat diraih dan dikembangkan.

Dalam buku ini Anda akan menemukan berbagai ide, teknik, dan prinsip yang memungkin Anda untuk memanfaatkan dahsyatnya kekuatan keyakinan besar guna meraih kesuksesan, kebahagiaan, dan kepuasan hidup yang di idamkan. Setiap teknik dijelaskan dan dikemukakan dengan kisah nyata. Anda tidak hanya menemukan hal-hal yang harus dilakukan, tetapi juga dilengkapi cara bagaimana menerapkannya dalam situasi dan masalah yang dihadapi.

Poin ini Mimin ambil dari buku The Magic of Thinking Big (page 40-41).
Yuk, Pelajari dahsyatnya kekuatan berpikir besar pada buku The Magic of Thinking Big.

[11:29 24/10/2018] MICPublish: Hal yang paling memuaskan dalam hidup ini adalah mampu memberikan sebagian besar dari diri kita sendiri pada orang lain. Namun tidak semua orang bisa menerima dan terus memiliki pola pikir untuk memberi pada orang lain. Masalah sesungguhnya adalah sikap. Orang-orang yang bisa memberi tanpa mengharapkan imbalan apa pun biasanya menunjukkan 2 karakteristik yang bisa diterima oleh semua orang:

1. Memiliki pola pikir penuh kelimpahan
Saat kita memberi dengan pola pikir penuh kekurangan, sedikit hal yang kita miliki akan menjadi makin berkurang, namun saat kita memberi dengan murah hati, dengan mentalitas penuh kelimpahan, apa yang kita berikan akan berlipat ganda.

2. Melihat kondisinya secara keseluruhan.
Semakin banyak seseorang membantu orang lain, semakin tinggi pula taraf hidup yang akan dialami oleh orang itu.

Poin ini Mimin ambil dari buku 25 Ways to Win with People. (page 193-198).
Dalam buku ini menuangkan Cara untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain, diantaranya: awali dengan diri sendiri, terapkan prinsip 30 detik, tunjukkan bahwa Anda membutuhkan orang lain, dukunglah impian orang lain.

Pelajarilah 25 cara praktis untuk memenangkan hati orang lain dalam 25 Ways to Win with People.

[12:56 25/10/2018] MICPublish: SIAP-SIAP ya, Smart Leaders!
26 Oktober 2018 besok!!!

Ada apa, Min???
Siap-siap rebutan stok promo harga heboh, Smart Leaders!

Sebelum lupa, ayo pasang remindernya sekarang.. Cek lagi judul buku yang perlu banget dikoleksi. Mau daftar bocoran buku promonya? Chat Mimin sekarang �� promonya berlaku besok, yaaa...

[10:40 26/10/2018] MICPublish: Ada banyak buku MIC diskon 28%! Apa saja? Chat Mimin sekarang, ya... Iya, sekarang... 
ALL ITEM diskon 28% hanya berlaku 26-31 Oktober.

Ayo borong sekarang!
Chat Mimin:
0878 5153 5000 (WA/call)
shop@micpublishing.co.id
[8:01 27/10/2018] MICPublish: HARI KEDUA - PROMO GAJIAN edisi Hari Sumpah Pemuda!!

Beli buku MIC *HEMAT 28%+# KADO KEJUTAN*
spesial dari MIC Publishing.

Jangan lewatkan promo keren ini, sebelum lupa, ayo borong sekarang!

chat Mimin sekarang
0878-5153-5000 (WhatsApp/Call)
shop@micpublishing.co.id

#MICpublishing #MIC_savetember #MIC_bukubaru #MIC_newrelease #beachmoney #successguaranteed #100moregreatleadershipideas #bukukepemimpinan #bukumanajemen #bukumlm #bukuberkualitas
[8:02 27/10/2018] MICPublish: HARI KEDUA - PROMO GAJIAN edisi Hari Sumpah Pemuda!!

Beli buku MIC *HEMAT 28%+# KADO KEJUTAN*
spesial dari MIC Publishing.

Jangan lewatkan promo keren ini, sebelum lupa, ayo borong sekarang!

chat Mimin sekarang
0878-5153-5000 (WhatsApp/Call)
shop@micpublishing.co.id
[9:24 28/10/2018] MICPublish: "Setelah selesai merevisi buku ini, saya mendapati 75% - 80% isinya berbeda dari versi aslinya. Jika Anda membaca buku versi aslinya, Anda sebenarnya belum membaca sepenuhnya." ~John C. Maxwell.

Di video ini, John C. Maxwell mengungkap alasannya merevisi The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Ada 2 hukum baru yang ditambahkan John Maxwell.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1503109776403793&id=182864855094965

Penasaran dengan isinya? Manfaat Promo GAJIAN (28%) + KADO KEJUTAN MIC Publishing

chat Mimin sekarang! 0878-5153-5000
(WA/call)
[15:57 29/10/2018] MICPublish: *[ SISA 3 HARI ]*
DISKON 28% BUKU MIC  + KADO KEJUTAN
Hanya berlaku 26 - 31 Oktober 2018

Diskon ini berlaku untuk semua buku MIC!! Ayo Smart Leaders, jangan lewatkan promo keren ini, sebelum lupa, ayo borong sekarang!

Chat Mimin
0878 5153 5000
[16:53 30/10/2018] MICPublish: *[ SISA 2 HARI ]*
DISKON 28% BUKU MIC  + KADO KEJUTAN
Hanya berlaku 26 - 31 Oktober 2018

Diskon ini berlaku untuk semua buku MIC!! Ayo Smart Leaders.
Jangan sampai kehabisan stok promo!!

chat mimin sekarang,
0878 5153 5000
[15:31 31/10/2018] MICPublish: *[HARI TERAKHIR]*
DISKON 28% BUKU MIC  + KADO KEJUTAN
Hanya berlaku 26 - 31 Oktober 2018

Diskon ini berlaku untuk semua buku MIC!! Ayo Smart Leaders, jangan lewatkan promo keren ini, sebelum lupa, ayo borong sekarang!

chat Mimin
0878 5153 5000
shop@micpublishing.co.id
[15:30 05/11/2018] MICPublish: *Kehilangan* menjadi kata paling akrab beberapa bulan ini. Gempa, tsunami, hingga tragedi pesawat jatuh dan kehilangan besar lain datang tanpa diduga.

Bagaimana pun kita harus siap. Terlebih sebagai pemimpin sebuah tim. Saat menghadapi tragedi-tragedi menyedihkan seperti ini, tetaplah menemukan cara terbaik untuk bersatu. Ajak tim hebat Anda bersama memulihkan diri, bahu-membahu demi mencapai tujuan besar tim: pulih dan kembali berkarya.

Mimin punya satu rekomendasi video dari Jon Gordon untuk memantik kembali semangat membentuk tim yang kuat, Smart Leaders.

https://www.facebook.com/micpublishing/videos/1487191537995617/
[15:46 07/11/2018] MICPublish: Mulai dari sekarang, *terapkan cara-cara ini dalam tim agar mereka semakin lebih hebat!*

================================

The Hard Hat adalah buku yang terinspirasi dari kisah nyata dan akan membantu Anda untuk membangun tim yang hebat.

Penasaran bagaimana kisahnya? Temukan hanya dalam buku “The Hard Hat” karya Jon Gordon.
[13:53 08/11/2018] MICPublish: Hubungan adalah perekat yang menyatukan semua anggota timnya. Semakin kuat hubungan itu, semakin kuat pula timnya. Inilah cara untuk mengetahui apakah Anda telah membangun hubungan yang solid dengan orang lain?

*Perhatikan 5 karakteristik ini!*
1. Dalam sebuah hubungan, segalanya *diawali dengan respek*: keinginan untuk mengharagai orang lain.

2. Respek memberikan dasar hubungan yang baik, namun respek saja tidak cukup. Anda tidak bisa membangun hubungan dengan seseorang yang tidak Anda kenal. *Dibutuhkan pengalaman bersama*, terus menerus dan itu tidak selalu mudah.

3. Ketika menghargai orang lain dan meluangkan cukup banyak waktu bersama mereka untuk mengembangkan pengalaman bersama, Anda *mengembangkan rasa percaya.*

4. Hubungan pribadi yang hanya menitikberatkan salah satu pihak tidak akan bertahan lama. Harus *ada hubungan timbal balik yang baik.*

5.  Ketika sebuah hubungan mulai tumbuh dan bertambah kuat, orang yang terlibat mulai menikmati hubungan itu dan *menikmati kegembiraan bersama.*

Tips ini Mimin ambil dari buku *Relationship 101*, John C. Maxwell.
Semoga bermanfaat Smart leaders.

Rabu, 07 November 2018

Fatma Mukijan

Tergesa aku berjalan menuju pintu masuk Stasiun Kereta Api Mojokerto, setelah dengan tergesa juga menerima karcis dari tukang parkir.

"Pak, helmnya tidak ingin dilepas dulu?" tanya pak petugas parkir, membuatku kembali berjalan balik dengan bersungut-sungut. Setelah melepas helm, dan mengucapkan terima kasih kepada pak tukang parkir. Aku memang tidak bisa mengendarai mobil, padahal di rumah ada 5 buah mewah. Dan segaja tidak kusuruh sopirku mengantarkan, karena menurut adat orang Jawa... ini harus aku lakukan sendiri. Kembali melangkah duakali lebih cepat dari langkah sebelumnya, aku bergegas menuju tempat penjualan tiket kereta api. Beberapa anak tangga, hampir tak terasakan saat kulewati. Ini semua, gara-gara Fatma istriku yang sedang hamil 5 bulan... tiba-tiba dia ngidam ingin pergi ke Jogja dengan kereta api.

"Kenapa, kita tidak naik pesawat saja sayang?" kataku menciba menawarkan sebuah alternatif padanya, "Aku takut, getaran perjalanan kereta nanti akan mengganggu kandunganmu." Dia tersenyum menatap wajahku, kemudian mengecup mesra keningku sambil berkata,

"Sayang, ini bukan permintaanku... tapi keinginan dedek bayi yang di dalam perutku ini."

Seperti biasa, aku selalu menjadi fihak yang teraniaya. Sifat Fatma yang terlampau manja, seringkali membuatku harus pandai menjaga hati... atau akan menerima akibatnya. Pernah, ketika dia memintaku mencarikan anggur muda. Saat itu memang sedang tidak musim anggur, karena tidak terpenuhi permintaannya... dia jatuh sakit.

Aku dan Fatma memang terpaut usia jauh, aku sudah 47 tahun... sedangkan dia baru 22 tahun. Kami baru saja menikah beberapa bulan yang lalu, setelah memacarinya selama dua tahun lamanya. Seorang gadis yang cantik dan baik, yang selalu hadir memberikan perhatian khusus untukku... setelah kematian istri pertamaku 5 tahun lalu. Sebelumnya, aku dan dia hanya rekan kerja disebuah perusahaan swasta. Dia menjadi Manager Personallia, dan aku hanyalah seorang Office Boy.

Suatu ketika, istri pertamaku sakit keras. Aku mengajukan cuti tahunan kepada Staf Personalia, seharusnya secara Undang Undang Ketenaga Kerjaan aku berhak... mendapat 12 hari cuti, dengan tetap digaji. Ternyata, permintaan cutiku ini menimbulkan masalah. Staf Personalia tidak berani memberikan ijin cuti sebanyak itu, dia menganjurkanku untuk menemui Manager Personalia sendiri.

Mula-mula aku ragu pergi menghadap padanya, tetapi kondisi istriku yang terkena stroke... semakin membutuhkan kehadiranku di sampingnya. Kami, memang hanya tinggal di rumah berdua saja... tanpa anak, walaupun sudah 15 tahun menikah. Bukan karena kami mandul, tetapi karena istriku memiliki riwayat penyakit jantung lemah juga ashma. Demi alasan medis, akhirnya dokter menyarankan kami untuk tidak memiliki keturunan dulu. Benar-benar tidak ada yang menjaganya saat sakit, ketika aku harus pergi meninggalkannya mencari nafkah. Keadaan ini membuatnya semakin parah, dan hari-hari hanya bisa dilaluinya dengan berbaring saja.

Akhirnya dengan nekat, aku pergi juga menghadap pada manager personalia. Dia adalah putri tunggal pemilik perusahaan, yang mempekerjakan hampir 500 orang... sebuah Rumah Pemotongan Ayam bertaraf internasional. Yang produk karkas (badan ayam utuh, tanpa kepala leher dan ceker) bekunya, sudah diekspor ke banyak manca negara. Fatmawati Siska Nadia Putri itulah namanya, setelah lulus dari Hokkaido University... dia dipercaya Tuan Sabdo Winarto ayahnya, untuk membantu beliau mengurus perusahaan pribadinya. Seorang gadis yang sangat cantik dan pintar, wajahnya mirip artis sinetron Natasya Wilona.

Pintu ruangan Manager Personalia itu kuketuk, terdengar sahutan dari dalam, "Silakan masuk!" akupun memutar knop pintunya, terlihat sekali ruangan kantor itu begitu mewah. Segar udara karena air conditioner, dan aroma harum.penyegar ruangan langsung memenuhi ringga hidungku. Bu Fatma terlihat sedang mengerjakan sesuatu dengan laptopnya, menoleh sebentar ke arahku... kemudian dia menunjuk ke arah kursi di depan mejanya,"Silakan duduk, Pak!"
Akupun mengambil tempat di depanya dengan kikuk, baru kali ini aku serasa begitu dekat dengan bu Fatma. Entah mengapa, tiba-tiba aku menjadi salah tingkah... setelah menyadari bahwa, ternyata wanita itu hanya mengenakan kaos putih ketat melekar di tubuhnya.

"Ada apa, Pak? Maaf, siapa nama Bapak?" pertanyaan bu Fatma membuyarkan lamunanku, dengan terbata-bata menciba menjawabnya,"Saya Mukijan, Bu .. ofice boy" jawabku datar.

"Ada kepentingan apa, Pak?"

"Begini, Bu. Saya sudah menghadap bu Partiyah staf personalia, ingin mengajukan cuti tahunan saya... tetapi beliau tidak bisa memberikannya, diminta menghadap bu Fatma tentang hal ini" bu Fatma menolehku, kemudian menutup laptopnya.

"Memang, Pak Mukijan minta cuti berapa hari?"

"Semua hak cuti saya falam.setahun kerja ini, Bu" jawabku ragu.

"Pak Mukijan, perusahaan ini sedang giat-giatnya memenuhi permintaan pasar. Semua karyawan, termasuk saya sendiri pun berkewajiban untuk memaksimalkan kerja. Ini tidak main-main, menyanfkut profesionalitas perusahaan dipertaruhkan. Saya memang instruksikan kepada seluruh karyawan, agar tidak dulu mengambil hak cuti mereka dalam bulan ini. Bapak belum mengetahui instruksi saya?"

"Sudah tahu, Bu. Tapi istri saya terkena stoke, Bu. Di rumah, tidak ada yang menjaga dan merawatnya. Saya minta cuti, karena ingin membawanya pulang ke desa. Disana banyak keluarga istri, yang bisa saya mintai tolong merawat dan menjaganya" jawabku dengan mencoba memancing rasa iba di hatinya.

"Jika Bapak memaksa untuk cuti, sekalian saja saya sodorkan surat pengunduran diri Bapak. Saya akan cari penggantinya besok, banyak kok yang akan dengan senang hati menggantikan posisi Bapak!" nada bu Fatma terdengar mulai meninggi, aku pun masih berusaha meminta pertimbangannya,"Tolonglah,, Bu. Ijinkan saya mengantarkan istri ke rumah orang tuanya, karena sakitnya semakin parah."

"Sudah-sudah, tidak ada gunanya membahas masalah ini. Sekarang pilih salah satu, tetap masuk bekerja... atau saya minta bu Partiyah menyidorkan surat pengunduran diri Pak Mukijan! Sekarang silakan keluar, saya sedang banyak pekerjaan!" katanya sambil menunjuk ke arah pintu ruangan itu. Aku pun segera beranjak dari hadapannya, bahkan lupa mengucapkan salam padanya.

Dua hari setelah kejadian itu, Mursini istriku meninggal dunia. Pak RT mengirim kabar ke perusahaan, dari superfisor OB aku mendengar itu. Aku lanhdung pingsan saat mendengarnya, sehingga aku pun harus di antarkan Ambulan perusahaan pulang ke rumah. Dari Pak Bari superfisorku, aku mendengar bu Fatma menyetujui pengambilan cuti tahunanku... 12 hari penuh, ditambah 2 hari cuti tambahan. Tapi untuk apa semua itu sekarang?

Dua minggu setelah masa cutiku berakhir, aku bersiap masuk bekerja kembali. Masih kusempatkan memandangi foto Mursini, dan mengucapkan kata-kata yang selalu kuucapkan sebelum pergi bekerja,"Aku berangkat bekerja ya, Sayang!" mengecup keningnya, dan berangkat bekerja.

Suasana baru di kantor setelah hampir dua minggu kutinggalkan, menjadi sesuatu yang asing bagiku. Tidak seperti biasanya, para staf biasanya mengomentari kedatanganku. Kini mereka nampak sangat menaruh hormat padaku, bahkan teman seprofesiku pun bersikap aneh... mereka tidak menggodaku dengan kata-kata. Pak Bari mendatangiku dengan tergopoh-gopoh,"Pak Mukijan. Bu Fatma sudah menunggumu di kantornya, segeralah menemuinya" katanya.

Entah mengapa, seperti mandah saja aku mendengar perintahnya. Berjalan, menuju ruangan Manager Personalia di lantai 3. Aku pun segera mengetuk pintu sesampainya disana, tidak ada sahuran seperti biasanya. Tapi aku mendengar suara hihill yang tergesa berjalan mendekati pintu, lalu daun pintu itu dibuka dari dalam. Tersembullah wajah bu Fatma di antaranya, tersenyum padaku.

"Silakan masuk, Pak Mukijan," katanya lembut... seraya menuntunku ke arah kursi lobby, bukan ke arah meja kerjanya.

"Bagaimana keadaan Bapak, apakah hari ini sudah siap bekerja lagi?" tanyanya yang duduk di sebelahku, aku tersenyum... keadaan seperti apa yang coba ingin dia ketahui dariku?

"Alhamdulillah saya baik-baik saja, Bu. Saya juga sudah siap bekerja seperti semula" jawabku mantap. Tiba-tiba kulihat perubahan air muka bu Fatma, sebentar kemudian kedua matanya berkaca-kaca.

"Saya merasa sangat menyesal, karena tidak memberikan ijin cuti pada Pak Mukijan. Sehingga istri bapak akhirnya meninggal, saat bapat sedang melaksanakan perintah saya..." sekarang wanita itu benar-benar sudah meneteskan air matanya, mengalir di sepanjang lekuk pipinya.

"Bu Fatma... kematian istri saya sudah menjadi kehendak Alloh, jodoh, rejeki, kematian, adalah mutlak kewenangan Alloh... bukan dikarenakan siapapun. Sudah waktunya saya kehilangan istri saya, Bu" kataku sambil menatap ujung sepatu bututku.

"Nikahilah saya, Pak. Sebagai pengganti istri bapak yang sudah tiada..." bagai terdengar geledek di siang hari, aku terkejut setengah mati. Aku memandangi wajah wanita cantik itu dengab hawatir, mengura sesosok magluk ghaib mungkin sedang merasuk disana.

(BERSAMBUNG)

Jumat, 02 November 2018

Desah Malam

aduh...
aduh...
aduh...
gadis itu berkata tanpa berseru tajam
mengherankan pendengaranku
mengharap pertolongan atau tidak?

ampun...
ampun...
ampun...
katanya lembut berbalut senyum manisnya
menatapku berbinar hanya sepersekian dari wajahku
kedua tangannya memeluk lembut leherku

nikmat...
nikmat...
nikmat...
rangkulnya semakin erat membelengguku
dari setiap hentakkan dia mendesah
yang kupahami darinya hanya perasakan suka

uuuh...
oooh...
aaah...
dia melepaskan segala rasa yang tidak tertahankan
menguraikan nikmat yang tiada terungkapkan
sebelum lunglai dalam kelelahan

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...