Senin, 11 Maret 2019

NBB_Rahasia Sang Idola

Nasehat Ibu, Dan Obsesiku Pada Hamish Daud
Penulis: Winarto Sabdo

"Kenapa kamu tampak sibuk sekali akhir-akhir ini, Put?" tanya Ibuku, pada suatu kesempatan ketika duduk beesanding di meja makan.

"Tidak ada, Bu. Aku hanya sedang mencari metode, bagaimana agar kelak Hamish bisa meniru kebiasaanku gemar membaca." jawabku, sembari tetap melakukan browsing dengan gawaiku.

Hamish adalah nama anak pertamaku, buah dari pernikahan dengan Mas Daud suamiku. Saat ini usianya menginjak 3 bulan, dan aku sudah terobsesi untuk membentuk karakternya sejak dini. Aku dan Mas Daud sama-sama penggila baca, darinya aku banyak mendapatkan manfaat dan ilmu pengetahuan. Kami berdua penulis, hanya saja kegiatan menulisku tidak seaktif suamiku.

"Kamu lupa, siapa yang membentuk karakter 'gila bacamu' menjadi seperti ini? Kamu kan anakku, kenapa tidak bertanya kepada ahlinya saja?" kata Ibu dengan nada menggoda, yang membuat kami tertawa bersama-sama.

"Oh iya, Bu. Ibulah yang menanamkan minat baca, dan gemar baca kepada aku dan Mas Win (kakakku) di masa kecil dulu. Maaf, aku melupakannya Bu."

"Iya, buku bacaan kalian dulu ratusan jumlahnya," jawab Ibu," Sampai Ayahmu membuatkan rak buku setinggi dua meter."

Kami tertawa-tawa lagi, membayangkan keseruan masa kecil kami.

"Bacakan buku, ketika pertama kali anakmu lahir." nasehat Ibu, yang segera kubantah dalam nada bercanda.

"Bukannya harus dibacakan atau diperdengarkan adzan dan Iqomad dulu, Bu?"

Ibu menatapku dengan melotot, malah membuatku tergelak karena melihatnya.

"Kamu tidak perlu menunggu anak berusia lima-enam tahun untuk bisa membacakan sebuah buku, mulailah mengenalkan membaca kepada anak sejak awal kelahirannya."

"Kenapa begitu, Bu?"

"Sebab perkembangan otak paling pesat, terjadi pada rentang usia 0-6 tahun. Delapan puluh persen ukuran otak kamu pada masa dewasa ini, ditentukan pada dua tahun pertamamu. Sayangnya, pendidikan di Indonesia justru dirancang untuk usia enam tahun ke atas."

Aku terkejut mendengar nada kecewa dari orangtuaku yang tinggal satu-satunya itu, tetapi di bibir keriputnya malah menyunggingkan sebuah senyuman.

"Pada masa komunikasi prasimbolik, setiap rangsangan komunikasi memberi pengaruh yang sangat besar bagi keterampilan komunikasi anak, termasuk di dalamnya kemampuan berbahasa dan berpikir."

"Wah... pengetahuan Ibu sungguh sangat luar biasa, kuliah dimana dulu ya?" godaku, sambil menowel bahu wanita yang memiliki sorga di telapak kakinya itu.

"Makanya, baca! Jangan sampai ketinggalan informasi, hanya gara-gara sekarang kamu punya kesibukan mengurus bayi!" semprot Ibu padaku, sambil memukulkan bahunya ke bahuku. Aku hanya cekikikan, menghadapi tingkah laku wanita 65 tahun itu.

"Lanjutkan, Bu!" rengekku, sambil menyodorkan segelas air putih ke hadapannya. Beliau segera meneguk sedikit air, sekedar membasahi kerongkongannya.

"Langkah pertamanya, bacakan buku pada anak dengan suara dikeraskan. Hal ini bermanfaat untuk merangsang komunikasi yang baik, mendorong anak untuk menyukai membaca, juga kemampuan dan kapasitas otak anak berkembang jauh lebih baik."

Ibu terlihat sangat serius saat menyampaikan bahasan ini, akupun mendengarkan wejangan beliau dengan khusyuk.

"Bacakanlah buku dengan suara yang berubah-ubah, sehingga berirama, sesekali meninggi dan rendah. Metode ini, akan membuat anak tertarik, sehingga anak benar-benar terlibat secara psikis." Ibu kembali menyeruput air dari dalam gelasnya. Aku merangkul bahunya, dan menyandarkan kepalaku disana. Perasaan beruntung sekali memiliki wanita yang tetap berlimpahan kasih-sayang, dan cinta kasihnya yang besar kepadaku sampai detik ini.

Ibu membelai lembut kepalaku, tetapi dengan tiba-tiba dia menolakkannya dari bahunya.

"Malah mau tidur!" serunya kepadaku.

"Tidak, Bu. Pingin nyandar saja." jawabku sambil meringis, seraya memandangi sisa-sisa wajah ayunya yang kini mengeriput.

"Lanjut apa tidak, ini?!" tanyanya.

"Lanjutkan,Bu!" jawabku.

"Jangan tidur!"

"Mboten Ndoro Putri (tidak tuan putri)!" jawabku sambil kembali menggodanya dengan towelan-towelan di dagunya, "silakan dilanjut, Bu."

"Dengarkan, ya. Kemudian, bacakan buku kepada bayi, dengan cara seolah-olah mengajaknya berbicara dan bercerita. Itu cenderung lebih menarik bagi bayi, daripada membacakan dengan apa adanya, atau datar-datar saja."

"Apa bayi seumuran Hamish, sudah bisa mengerti komunikasi Bu?"

"Bayi mengomunikasikan ketertarikannya pada sesuatu, sejak minggu-minggu pertama usianya. Tetapi, biasanya kita menangkap isyarat komunikasinya dengan jelas sejak usia sekitar dua atau tiga bulan."

"Seusia Hamish saat ini." selaku, kulihat Ibu menganggukkan kepalanya.

"Pada akhir bulan kedua, bayi menunjukkan ketertarikannya pada sesuatu, dengan mengeluarkan bunyi menyerupai gumaman."

"Iya, Bu. Hamish sudah mulai melakukan itu."

"Akhir bulan ketiga, bayi mengomunikasikan ketertarikannya dengan isyarat yang lebih jelas. Selain itu, bayi juga mulai bisa menunjukkan ketertarikannya dengan menggerakkan tangan ke arah buku yang kamu bacakan. Pandangan matanya juga lebih terarah." terang Ibuku, sebelum akhirnya dia menyeruput lagi gelas airnya. Aku menyodorkan toples berisi kue, tetapi dengan isyarat tangan dia menolaknya.

"Bulan keempat, bayi mulai menunjukkan ketertarikannya dengan mengigit buku yang kamu bacakan itu. Itulah sebabnya, buku untuk bayi perlu bahan yang tidak mudah sobek. Saat dibacakan buku, mata anak juga akan lebih berbinar-binar memandangi buku yang kamu bacakan."

"Benarkah?" tanyaku penasaran, hanya dijawab anggukan kecilnya.

"Akhir bulan kelima, bayi mulai terampil menggerak-gerakkan tangan ke arah buku yang sedang dibacakan untuk menunjukkan ketertarikannya, dan berusaha memegang atau menyentuh bukunya. Pada usia ini, bayi masih suka menggigit buku yang dibacanya. Inilah gaya khas bayi, sehingga Kamu tidak perlu marah kalau buku lebih cepat rusak."

"Wah, pengetahuan Ibu sangat luar biasa!" seruku dalam rasa kagum yang sejujur-jujurnya.

"Makanya, jangan berhenti menggali informasi baru dengan membaca!"

"Iya, Ibu. Mari dilanjutkan nasehatnya, nggih (ya)."

"Akhir bulan keenam dan ketujuh, bayi mulai aktif meraih buku yang ada dihadapannya. Ia berinisiatif mengambil buku sebagai mainan yang menyenangkan. Pada usia ini, bayi mulai senang mengoceh, terutama ketika ia sangat tertarik dengan buku yang kamu bacakan kepadanya. Ini sejalan dengan perkembangan berbahasa anak."

"Kedua... " aku menyela keterangan Ibu, karena merasa beliau melupakan markah yang diterangkannya padaku.

"Kok ujug-ujug (tiba-tiba) kedua, Bu?!"

"Kamu tidak menyimak, ya! Di awal kan sudah Ibu terangkan, langkah pertama 'bacakan buku dengan suara keras', ingat?!"

Seketika mukaku menjadi merah padam menahan malu, karena daya ingatku yang kalah tajam dari daya ingat Ibuku.

"Iya, aku mengingatnya sekarang. Maafkan aku ya, Bu." kataku sambil meraih tangannya, lalu menciumnya tanda meminta maaf. Ibu tersenyum sebelum meledekku.

"Kamu lebih parah dari Erwin kakakmu, untung dia jadi dokter sekarang."

"Ibu, jangan meledekku dong. Mending Ibu lanjutkan saja nasehatnya, nggih."

"Kedua, membuat pola baca anak. Kebiasaan membaca yang mulai kamu tanamkan sejak anak baru lahir, cenderung membentuk pola membaca pada anak. Kamu bisa membacakan buku setiap kali anak akan menjelang tidur. Kamu juga bisa membacakan buku setiap saat, kapan saja ada kesempatan. Nantinya anak kamu, akan mengikuti pola yang kamu buat."

"Ketiga, bukalah buku bersama anak. Saat usia anak semakin bertambah, kamu harus mengenalkan membaca kepada anak dengan cara yang lebih kaya. Saat anak berusia tiga atau empat bulan, kamu bisa mulai mengajak anak membaca buku bersama." tiba-tiba Ibu menyodorkan gelasnya yang sudah kosong, memintaku menuangkanya air lagi. Lalu setelah menyeruout sedikit airnya, dia melanjutkan kata-katanya, "caranya, dudukkanlah anak dipangkuan kamu. Letakkanlah ia dengan cara yang membuatnya merasa nyaman. Apabila perlu, kamu bermain-main dulu untuk membuatnya benar-benar siap kamu bacakan buku. Sebelum membacakan buku, ajaklah anak kamu berdialog. Sehingga ia merasa kamu mengajaknya berbicara. Sampaikan terlebih dahulu, kepada bayi kamu kegiatan yang akan kamu lakukan bersamanya. Mesikupun belum bisa berkomunikasi dengan baik, bayi akan lebih mudah tertarik apabila ia dilibatkan."

Tiba-tiba kudengar suara rengekan Hamish dari babybox di dalam kamar, aku meminta ijin ibu untuk meninggalkannya menengok anakku. Ternyata Hamish hanya mengompol, dia tertidur lagi setelah kuganti popoknya. Akupun segera menuju tempat Ibuku, yang sekarang sudah berpindah duduk di sofa ruang keluarga.

"Hamish mengompol, ya?" tanya Ibu.

"Iya. Sekarang tolong lanjutkan ilmu berharganya ya, Bu."

"Kamu masih mengingat, sampai mana ibu menerangkan?"

"Masih dong, Bu. Sampai ke dudukkanlah anak di pangkuan... "

"Baiklah, ternyata kamu mengingatnya."

"Ini yang keempat kan, Bu?"

"Keempat, berikan buku yang sesuai. Buku untuk bayi sebaiknya menggunakan bahan kertas yang cukup tebal, tidak mudah sobek, kaya warna, dan tidak banyak tulisan. Idealnya satu buku memuat tidak lebih dari 300 kata. Atau kalau memang  harus menggunakan banyak kata, kemasannya dirancang agar menarik dilihat. Sayangnya, di Indonesia jarang sekali tersedia buku-buku bayi." kembali terdengar nada kecewa dari perkataan ibuku, terasa sekali betapa kepeduliannya tentang hal itu. Lagi-lagi hanya senyuman yang ia tunjukkan, aku tahu dalam hatinya merasakan kekurangpuasannya.

"Untuk menyiasatinya, kamu bisa membuat sendiri. Caranya ambillah kertas karton. Guntinglah tiga bagian kertas berukuran 20 cm x 40 cm, masing-masing dilipat sama panjang menyerupai buku. Tempelkan gambar huruf, gambar angka, atau gambar benda yang warnanya mencolok. Atau bisa juga kamu menyusun sendiri buku untuk bayi kamu dengan memberikan tulisan atau gambar yang menarik."

Rasa kagum dan takjubku semakin dalam, menyadari betapa cerdasnya pola fikir wanita pensiunan guru Sekolah Dasar itu. Sungguh, aku tidak bisa beranjak dari rasa kagumku padanya. Seorang Ibu yang menjadi panutanku, bahkan idolaku.

"Kelima, pilihlah bacaan yang bergizi. Pastikan juga buku-buku yang kamu bacakan benar-benar buku yang berguna bagi jiwa, hati, dan pikiran anak. Agar upaya kamu merangsang anak 'gila membaca' benar-benar dapat memberi manfaat yang optimal. Pilihlah buku-buku yang memiliki struktur penceritaan yang sangat kuat. Sebab hal ini akan memberi pengaruh yang luar biasa besar pada kemampuan dan cara berpikir anak."

"Ibu, aku benar-benar takjub dengan kemampuanmu. Aku kagum dengan kecerdasan Ibu, yang seakan tidak pernah aus oleh usia."

Ibu tersenyum padaku, kembali mengelus kepalaku dengan lembutnya. Mengecup keningku dengan mesra.

"Itulah yang coba Ibu ajarkan kepadamu, Nella. Tetaplah cerdas dengan tetap membaca, kenalilah dunia dengan membaca, dan tahukah kamu... membaca dapat menjauhkan manusia dari kepikunan."

Aku memeluk tubuh Ibu dengan bangga, dengan rasa kasih dan sayang yang selalu diajarkannya semenjak kecilku. Betapa akau sangat mencintainya, pemberi langkahku menuju sorga Tuhanku.

"Bagaiamana kesimpulan kamu tentang nasehat Ibu tadi, ha?." tiba-tiba Ibu bertanya.

"Semakin dini membiasakan membaca pada anak, maka semakin kuat pula kecintaan anak pada buku. Benar kan, Bu?" jawabku dengan penasaran.

"Benar sekali, kamu memahami nasehat yang ingin Ibu sampaikan kepadamu. Sekarang terserah kepadamu, akan kau terapkan kepada Hamish atau tidak. Bicarakanlah ini terlebih dulu pada suamimu, Daud."

"Iya, Bu. Terima kasih nasehatnya." aku dan Ibu pun hanyut dalam kasih sayang, dan rasa cinta yang sangat luar biasa. Kami berpelukan dengan erat. Betapa berharganya keberadaan ibu dalam rumah tangga kami, sungguh masalh sekevil inipun aku masih membutuhkan campur tangan ibuku. Ibu, engkaulah idolaku. Terima kasih, Ibu.

(Tamat)

Penulis:

Winarto Sabdo

Anggota TPL (Teras Pejuang Literasi), Pegiat Komunitas ODOP (One Day One Post), Founder KOPLING (Komunitas Pejuang Literasi Nganjuk) di Kabupaten Nganjuk. Founder WAG  Nganjuk News Career. Ketua TBM (Taman Baca Masyarakat) Talang Cendekia di Kabupaten Nganjuk.

Buku:
1. Catatan Sang Perantau Buku Antology (Embrio Publisher Sidoarjo, 2019)
2. Dandelion: Antology Puisi (Dep Publisher Medan, 2019)
3. TheJhantongong; Serba-serbi pernikahan Orang Desa (ePustaka Nganjuk, 2019)

Email: winartosabdo46@gmail.com
winartosabdo416@gmail.com

WhatsApp: 082233450641

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...