Kamis, 07 Maret 2019

Panggil Aku Nur Muslimah

"Bagaimana, La? Kau terima pinangan Billy?" tanya Berty, sembari mengunyah pelan makanan di dalam mulutnya.
Yang ditanya hanya menggeleng pelan, pandangan matanya tak lepas dari piring berisi nasi goreng daging pesanannya... yang tak juga dijamahnya dengan sendok di tangannya.

"Raffaella, apa lagi yang kau tunggu dari seorang laki-laki? Billy lelaki mapan dan kaya-raya, orang berpendidikan tinggi, punya kedudukan yang bagus di perusahaan Ayahnya, dia juga tampan dan sangat menarik. Apa lagi yang kau cari, ha?" Berty memandangi wajah sahabatnya itu dengan serius, mencoba menerka-nerka apa yang ada di dalam fikirannya. Raffaella tersenyum hambar, menatap balik wajah sahabatnya itu dengan pandangan kosong. Sesekali disibakkannya helai rambut yang menutupi keningnya, lalu diseruputnya jus durian dari gelasnya.

"Raffaella, apa ada sesuatu yang coba kau sembunyikan dariku?"

"Tidak ada, Bert. Hanya masalah prinsip, yang menghalangiku menerima pinangannya."

"Prinsip apa?"

"Dia seorang muslim!"

Tiba-tiba suasana menjadi hening, Berty pun seakan kehilangan kata-kata. Bukannya lupa, sesungguhnya dia juga baru mengetahui jika Billy seorang muslim. Sedangkan dia dan Raffaella seorang Katholik, bahkan ayah Raffaella adalah seorang pastor. Yang dia herankan, setelah setahun beepacaran... mengapa baru muncul masalah seperti begini?. Apa selama pacaran, mereka tidak pernah membicarakan tentang perbedaan prinsip ini?

*****

Raffaela menghela nafas panjangnya, memandang jam dinding di kamarnya menunjukkan jam 02.00. Raganya mulai merasa lelah menjaga matanya, namun kantuk tak juga datang. Sepanjang hari ini dia berkutat dengan kegalauan, terasa sangat berat beban yang harus disandangnya. Beban yang seakan membawanya terhenti diujung tebing yang tinggi menjulang, sementara di bawahnya tetdapat jurang menganga yang siap menelan keseluruhan jiwa raganya. Billy dan pinangannya kemarin siang kepadanya, telah membuatnya seakan berdiri di persimpanvan yang gelap.

Jika dia memilih cintanya yang besar kepada lelaki itu, maka dia harus berani menanggalkan prinsip religinya. Namun jika dia memegang teguh agamanya, dia akan mendwrita sepanjanv hidupnya dalam setiap peribadatannya. Kembali butir-butir air mata memetes di pipinya, dia bersimpuh di atas altar pemujaan. Tangisnya pecah tak lagi dapat di tahannya, dia mengadu pada Tuhannya dengan linangan air mata. Hingga pagi menjelang, dia masih dalam posisi beribadat di altar suci itu.

*****

Billy sudah berkali-kali mencoba menghubungi nomor Raffaella, tetapi walaupun tersambung... kekasihnya itu seakan enggan mengangkatnya. Dia mencoba mengirimkan pesan, sama juga tidak beebalas. Rasa penasaran yang disertai kecemasan yang dalam, membuatnya menempuh berbagai cara untuk dapat mengetahui keberadaan wanifa pujaannya itu. Pertama kali dia menelpon Mama Raffaella, beliau mengatakan bahwa kekasihnya itu twlah pamit pergi bekeeja sejam yang lalu.

Lalu dihubunginya Berty sahabat karib Raffaella yang juga sekantor dengannya, tidak diangkat juga. Akhirnya dwngan rasa putus asa Billy membuka aplikas pencari jejak, aplikasi yang mampu melacak keberadaan pemilik nomor telepon yang di maksud. Ketika aplikasi itu mencoba menunjukkan dan mengarahkannya ke sebuah masjid yang dikenalinya, dalam hati Billy merasa terkejut. Dia menyangka aplikasi itu telah salah menganalisa data yang diberikannya, sehingga menunjukkan tempat yang salah pula. Raffaella seorang penganut Katholik Ortodok Syria, ada urusan apa sehingga satelit melacaknya beeada di sebuah masjid?. Billy mengulangi proses pencarian dengan aplikasi yang sama, kali ini dia menyertakan nomor Beety ke dalam daftar pencariaannya. Hasilnya sungguh sangat mengejutkannya lagi, mereka terdeteksi berada di tempat yang sama.... di Masjid Jami' Atthoriqqoh yang sangat di kenalnya. Kali ini dia baru merasa yakin, memang mungkin keduaanya ada di tempat itu.

Dengan agak kencang Billy memacu laju mobilnya, melintasi jalan yang agak lengang di siang itu. Masjid itu hanya terletak delapan blok dari rumahnya, bahkan sangat dekat dengan tempat kerja Raffaella dan Berty. Sebentar kemudian sampailah mobil sport warna kuning itu di pelataran luas Masjid Atthoriqoh. Dia segera keluar dari mobilnya, menyapukan pandangan di sepanjang tempat parkir. Di ujung sebelah utara, dia melihat mobil Berty terparkir disana. Billy segera berlari kecil kesana, berharap menemukan sang kekasihnya dan sahabatnya. Tetapi laju larinya terhenti oleh sebuah panggilan, seseorang memanggil namanya dengan suara tertahan.

"Billy!"

Ketika dia menoleh ke arah sumber suara, dia melihat Berty sedang melambaikan tangan ke arahnya. Billy pun menghampirinya.

"Kalian disini, sedang apa?"

"Aku mengantarkan Raffaella."

"Kemana dia, aku tidak melihatnya di sekitar tempat ini?" kata Billy sambil kembali mencari-cari dwngan pandangannya, ke senua lokasi Masjid itu.

"Dia sedang di dalam Masjid, bersama seorang Ustaz dan Pegawai Catatan Sipil, dan petugas dari Kemenkumham.." terang Berty. Billy sangat tetkejut dwngan jawaban Berty, sia-sia mencari tabu dengan analisanya yang tpak panik.

"Raffaella sedang melakukan apa di dalam sana, Bert?"

"Dia sedang melakukan prosesi untuk menjadi Mu'alaf, Bill."

Bagai mendwngar petir disiang bolong, Billy terlonjak karena rasa terkejutnya.

"Subhanalloh, kenapa dia melakukan itu tanpa memberitahu aku?!"

"Katanya, dia mau menerima pinanganmu sebagai Muslimah. Dia sudah mantap untuk menanggalkan ke Katholikannya, karwna sesungguhnya dia sudah mendapat panggilan untuk melakukan itu."

Obrolan mereka terhenti, ketika Berty membuat isyarat dwngan tangannya menunjuk ke arah pintu Masjid. Billy dengan segera mengikuti telunjuk temannya itu, dan dia hampir terpelanting jatuh menyadari apa yang sedang dilihatnya. Raffaella kekasihnya tampil dengan busana muslim sar'i warna kuning gading, sedang menuruni tangga masjid ke arah mereka. Billy masih ternganga tidak mempercayai apa yang tampak di depan matanya, gadis iti tampak sepuluh kali lebih cantik dan berseri dengan busana barunya. Tanpa terasa lelaki gagah itu berkaca-kaca, hatinya begitu trenyuh dwngan lengorbanan wanita yang akan dipersuntingnya kelak itu. Billy menangis dalam kebahagiaan dan rasa syukur yang tiada tara, terbayang sebagian dar mimpinya tentang surga telah menjadi nyata.

Gadis itupun tiba-tiba juga tak dapat membendung air matanya, melihat sang kekasih menatapnya dengan linangan air mata. Sesaat setelah mereka hanya sedepa saling berhadapan, tampaklah bahwa wajah mereka saling tersenyum dalam tangis bahagia.

"Raffaella!" seru Billy menyebut nama wanita pujaannya, tetapi sang wanita menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.

"Panggil aku Nurul Muslimah!"

(Tamat)

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...