gubug reyot beratap daun ilalang itu seakan menjerit
kayu penyangganya mulai lapuk
bahkan sebagian kayunya sudah tertutupi tanah dari ludah sang rayap
aku berteduh disana bersamamu ingatkah
kita masih separuh perjalanan sepulang sekolah sore iru
ketika hujan deras tiba - tiba turun menyerang tubuh kita
aku mengganden tanganmu melintasi pematang yg licin
ada saatnya aku menyangga tubuh kecilmu yg hampir jatuh
gubug inilah penyelamat kita ingatkah
waktu berlalu tetapi hujan smakin menderu
aku melihat tubuhmu mulai menggigil bibir membiru
aku mengambil sarung dati dalam tasku
menyelimutkanya ditubuhmu dan kukeringkan rambutmu
aku masih ingat tatapan matamu kala itu
digubug ini kita berdua ingatkah
senja berganti malam dan hujan masih juga tercurah
ketika itulah engkau mulai menangis lirih
kelaparan dan kedinginan membuatmu merasakan penderitaan
aku memeluk tubuhmu dengan erat dan membisikkan penghiburan
di gubug ini ada kehangatan ingatkah
entah berapa lama kita berdekapan berpelukan
hingga malam meninabobokkan letih kita
entah berapa lama malam menyelimuti kelelahan kita
dan cahaya mentari pagi tiba - tiba membangunkanku dari lekapku
tetapi dirimu sudah mendahuluiku pergi meninggalkan ikat tambutmu
di gubug ini aku sendiri
20 tahun kemudian aku kembali je tempat ini
tidak ada lagi gubug reyot itu kini
berganti rumah kecil yg sederhana tetapi asri
seorang anak kecil berlari menghambur dalam pelukankku
anak keempatku bersama wanita pujaanku istri tercintaku
wanita yg kuajak berlindung di gubug reyot waktu itu
sekarang dialah ibu dari anak - anakku
Nganjuk, 28 Agustus 2018
10 komentar:
😍😍 mantap puisinya..
Wow....ada pujangga di batch 6.... kerennn 😍😍
terima kasih responya sahabat
maksute bujangga nong pi ???
Keren... Ada salah ketik dikit
Puisinya keren, Bang
matur tengkiyu...
maafkan aku...
Itu sama anaknya ya pakde? Kunjungan pertama ke sini nih. Salam kenal dari anak odop fiksi batch 6
iya salam kenal juga... jangan kapok mainlah jembali di warung ini yaaa...
Posting Komentar