Rabu, 29 Agustus 2018

Sudah Engkau Apakan Anakku?

Dua pasang mata menatap tajam penuh kemarahan padaku,
mata dari ibu calon mertuaku, dan mata dari ayah calon mertuaku. Aku tidak menemukan sepasang mata calon istriku, karena ia menunduk tersedu-sedu. Aku sudah ingin menunduk juga pada saat itu, sebelum calon ayah mertuaku membentak

"Sudah engkau apakan anakku?! Dudah seminggu ini kau ajak dia ke pulau bali?!"

"Mengapa begitu datang, dia langsung menangis seperti ini?! Sudah engkau apakan anakku?!"

"Apakah engkau merayunya,  agar dia melepaskan mahkota kehomatannya sebelum hari pernikahan?! Jawab! Sudah engkau apakan anakku?!"

Aku memandang ke arah calon istriku, dan tangisannya semakin menjadi-jadi.
Ibu calon mertua merangkul bahu calon istriku, tangisnyapun pecah berderai-derai.

"Sudah engkau apakan anakku? Jawab, Wiiin!!! "

Waktu sangatlah amat mendesak, aku harus berkata sejujurnya. Aku tidak mau menjadi pengecut, munafik yang menghindar dari kenyataan. Aku tidak ingin mereka semua mendeskreditkan posisiku yg sangat amanah ini,
maka dengan lantang aku menjawab pertanyaan mereka.

"Bapak serta Ibu calon mertuaku yg terhormat, yg kata-katanya adalah hukum bagiku, yg kelak akan merelakan anak gadisnya pergi mendampingiku, dengarkanlah", kataku sambil menatap secara bergantian, wajah-wajah kedua orang itu.

"Benar aku mengajak anakmu, yaitu calon istriku pergi ke pulau bali selama seminggu. Bersama rombongan karang taruna dari desaku, Ustadz Shaleh ketua rombonganya, Hajjah Fatimah ketua regunya "

"Sepanjang perjalananpun duduk kami dipisah, cewek di kiri cowok di kanan. Dan sepanjang perjalanan kami dibimbing membaca do'a istighosah dan surat yasin. "

"Sampai pulau bali kami disuruh mengaji, dan diawasi sholat wajib kami, termasuk hadas najis kami"

"Sepanjang perjalanan kami cuma bisa saling memandangi, berkirim WA pun kami tidak diberi"

Ibu calon mertuaku dan ayah calon mertuaku terkejut, mendengar indahnya tutur bahasa dan penyampaikan lisanku

"Tetapi, mengapa anakku begitu datang langsung menangis tersedu-sedu?"

Akupun memandangi wajah calon istriku, memohon untuk aku menjawab dengan kejujuranku. Dia mengangguk setuju, akhirnya dengan lantang ku katakan kepada mereka.

"Dia telah menghilangkan seperangkat perhiasan emas permata yg dipinjamnya dari ibu!"

"Aappaaaaaa???!!!"

Dua orang itu terkejut bersamaan,
kejang-kejang, kemudian pingsan.

(Tamat)

3 komentar:

Yuliani Djaya mengatakan...

Hahaha

Sakif mengatakan...

Gubrak 🤣

Sekolah kehidupan mengatakan...

Ikut tegang di awal, senyum senyum kemudian tegang lagi. Kok endingnya pingsan

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...