tak sedetikpun momentum aku lewatkan ketika melihatnya
saat mengeringkan rambut panjangya yang basah di bawah surya
setiap sapuan sisirnya merupakan ghairah bagi yang melihat gerakanya
seakan terasa lembutnya saat jemari itu membelai rambut indahnya
seakan tercium harum aroma samphoonya di penciumanku saat dia mencium rambut panjangnya
wahai rambut panjang itu semakin mengering jua
mulai terpancar kemilaunya disinari cahaya surya
sekala timbul keinginan untuk menghampirinya
meminta ijin untuk menyentuh tergerai rambut panjangnya
tetapi keinginan ini kutahan hingga bertahun lamanya
dengan tak sekalipun aku berani mengutarakanya
memang tidak sewajarnya mengagumi istri tetangga
apatah ingin menyentuh bagian dari tubuhnya
maka aku hanya mampu secara diam memotretnya di setiap kemunculanya
dan memandangi potretnya ketika senja mulai berkata sayonara
duhai istri tetanggaku yang cantik mempesona
ku hanya mengagumi keanggunanya bukanlah cinta
ku hanya ingin memiliki kesempatan bukan mau memiliki tubuhnya
sungguh pesonanya membuatku selalu menggelora
namun aku tak berusaha untuk mendapatkanya
istri tetangga duh pujaan hati penuh damba
maafkan aku yang tidak pandai menyusun kata membuatmu merasa
aku hanya penggemar dengan hape kamera di balik kaca
menikmati pesonamu di alam fatamorgana
bermimpi dan tak ingin mimpiku menjadi nyata selamanya
Winarto Sabdo - Pulau Harapan
3 September 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar