Aku lahir, besar, dan hidup di sebuah desa bernama Desa Talang, 10 Km kearah utara Kabupaten Nganjuk dan bersebelahan dengan kota Kecamatan Rejoso. Berbatasan dengan Desa Banjarejo disebelah Utara, berbatasan dengan Desa Ngangkatan disebelah Timur, disebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jatirejo, dan disebelah Barat bersebelahan dengan Desa Rejoso.
Desaku adalah desa yg bisa disebut sudah Semi Moderern, baik secara Struktur ataupun Infrastruktur. Moderenisasi berkembang pesat di Desaku, semenjak Listrik Masuk Desa pada era tahun 1990. Bahkan Televisi sudah Aku lihat pada sekitaran tahun 1978an, walaupun hanya Televisi Hitam Putih, dengan saluran tunggal Tvri ( sebelum berubah menjadi TVRI seoerti saat inj ), sebelum ada listrik televisi dinyalakan menggunakan tenaga baterei ( accu / aki ), dan hanya 2 orang di desaku yg memiliki televisi pada saat itu, Pak Lurah dan Bu Bidan ( satu - satunya Bidan diseluruh Kecamatan Rejoso ), dan 1 tempat lagi untuk menontonya adalah di Aula Pendopo Kecamatan. Sementara elektronik alternatif adalah Radio Transistor dan Tape Rekorder.
Tetapi sekarang, hampir disetiap rumah di desaku pasti ada televisinya , bahkan banyak yg memiliki lebih dari 1 televisi. Disetiap warung yg paling sederhanapun pasti memasang televisi, juga disetiap pos kamling di desaku ada televisinya. Belum termasuk yg mengkombinasikanya dgn speaker aktif dan penutar CD atau DVD. Radio Trasistor dan Tape Rekorderpun lambat laun mulai ditinggalkan, digantikan dengan mp3 player atau dapat juga diputar melalui hape / handphone.
Bicara mengenai hape atau handphone, juga sudah hampir menyebar pemakaianya di desaku. Pemakai handphone ( aktif ) tertua di desaku yg kuketahui adalah Mbah Lurah Mantan (75;tahun ), dan yg termuda adalah cucu temanku yg masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 1 ( 7 tahun ).
Berbicara mengenai Pemakaian hape, kini sudah berkembang mengikuti kemajuan Tekhnologi. Jika awal kemunculanya, handphone dirancang untuk hanya sebagai alat komunikasi. Tetapi saat ini jenis dan fitur didalamnya semakin mencengangkan. Fungsi komunikasi modern lebih dikembangkan, dengan adanya sosial media, dan banyak aplikasi yg mendukungnya, sehingga fungsi komunikasi menjadi lebih berfariasi ( misal : facebook, teitter, whatsapp, instagram, dll ). Semua itu karena adanya jaringan internet yg mudah dipergunakan, apalagi dengan tersedianya jaringan wifi yg mendukung proses browsing pada internet.
Maka bermunculanlah Wifi Station di sekitaran desaku, biasanya mereka mengkolaborasikanya di warung atau cafe sederhana. Dan fenomena ini semakin marak saja, karena itu Pemerintah Desa menetapkan Peraturan yg ketat untuk setiap penyedia layanan wifi di desaku. Warung wifi atau cave yg ada wifinya dilarang buka saat masih jam belajar mengajar, antara jam 07:00 hingga 12:00, dan pada malam harinya harus sudah tutup jam 23:00.
Dimaksudkan agar anak usia sekolah tidak terganggu belajarnya, dan orang tua dihimbau untuk lebih waspada lagi mengawasi gadget anak - anaknya. Alhamdulillah modernisasi ini tidak berdampak buruk untuk Masyarakat desaku, malahan dampak baiknya sangat terasa. Banyak warga desaku sekarang yg memiliki usaha jual beli online bahkan usaha jasa online.
Sayangnya, modernisasi Transportasi di desaku sungguh kacau sekali, lebih mengacu kepada kaum mudanya sih. Mereka mencoba memodifikasi sepeda motornya entah bagaimana caranya, tiba - tiba knalpot yg lembut suaranya berubah menjadi bising memekakkan telinga. Kebisingan ini sedikit tersamarkan di telinga pada siang hari, tetapi saat mereka membleyer motornya pada malam hari, itulah apa yg dinamakan kekacauan. Aparat Keamanan fan Pemerintah Desa sudah sering menertibkan kegiatan inj, dan sekarang mulai agak jarang terdengar lagi. Alhamdulillah semoga Midernisasi Desaku ini selalu amanat dan manfaat, demi kemaslahatan masysrakat.
Nganjuk, 2 September 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar