Selasa, 18 September 2018

Normal Itu Membosanlan

Suminem menghempaskan tubuh letihnya di sofa ruang tamu rumahnya, seharian ini dia berkutat dengan aktifitas yang membosankan. Membantu kedua orang tuanya berjualan di Pasar, dari mulai Shubuh hingga jam sembilan pagi. Dia pulang, hanya untuk menyiapkan makan siang untuk kedua orang tuanya itu.
Suminem memang anak tunggal, dia tinggal bersama orang tuanya. Lulusan D4 Keperawatan, tetapi orang tuanya melarang dia untuk mendapatkan pekerjaan. Entah karena orang tuanya tidak ingin Suminem meninggalkan mereka, atau karena dia dipersiapkan menjadi penerus usaha kedua orang tuanya.

Sebenarnya, beberapa kali Suminem merengek agar diijinkan mencari pekerjaaan. Tetapi kedua orang tuanya kekeh tetap melarangnya, apalagi ibunya sering sakit - sakitan belakangan ini. Dengan sangat terpaksa, Suminem pun menuruti kehendak orang tuanya itu. Menjalani aktifitas ini, dengan separuh hati. Pagi pergi ke pasar, agak siang pulang ke rumah, siang hari ke pasar lagi, dan pulang ketika ba'da isya... bahkan untuk bertemu bekas teman sekolahnya dulu pun, hampir jarang terjadi. Suminem yang dulu gokil, sekarang tak lebih seperti upil di kegelapan hidung.

Hidup ini terasa sangat normal bagi Suminem, dan itu sungguh sangat menbosankan dirinya. Dia berpikir, jika terus memaksakan kenyamanan yang membosankan ini... dia bisa gila. Atau mencoba menjadi gila sekali waktu, agar tidak normal selalu ?

Gadis 20 tahun itu meraih kantong plastik berwarna hitam, dan nengeluarkan tiga keping DVD bajakan yang dibelinya di pasar tadi. Tersenyum dia membaca judul album di DVD itu : Jaranan turonggo mudho ( semacam kesenian Kuda Lumping), Suminem memang menyukai Kesenian yang atractive dan sakral itu sejak kecil. Kemudian dibacanya keping kedua. Album Terpopuler Nella Kharisma - Bojo Galak (pesanan Ayahnya), dan keping terakhir The Best of Metallica, entah apa yang terfikir di benaknya saat dia membelinya.

Suminem pun tersenyum, dia mengingat sesuatu, sebuah meme yang dikirim teman facebook yang juga tetangganya, Dita Uky Rafi namanya

" NORMAL ITU MEMBOSANKAN, KADANG KITA PERLU SEDIKIT GENDENG "

begitu bunyi meme yang diingatnya. Kemudian tatapan matanya beralih, ke arah kepingan du tanganya itu. Yes, satu rencana hebat tiba - tiba sudah berputar di kepalanya.

Suminem bergegas menutup pintu depan dan menguncinya, menutup semua gorden disekitar ruang itu. Melepaskan kerudungnya, dan mengurai rambut panjangnya yang indah tergerai. Belum cukup, dia mengambil sapu lantai dari dapur rumahnya, akan dijadikan pengganti gitar yang sesungguhnya. Persiapan selesai, dan Suminem mencoba bercermin melihat penampakanya yang sekarang. Senyum lebar tersungging dari bibirnya, karena merasa puas dengan penampilanya yang terlihat garang. Emh... masih kurang garang, disambarnya kacamata Reyban milik Ayahnya di atas meja. Yes, this a rocker style... bathin Suminem puas.

Kemudian dia berjalan, menuju serangkaian media elektronik yang ada di ruangan itu. Dinyalakanya televisi flat 24 inchi nya itu, menyalakan surround speaker active nya, memasukkan keping DVD ke dalam DVD Player, dan track pertama muncul And Justice for All.

Suminem mempersiapkan dirinya, menatap layar Televisinya dengan tajam, karena ini adalah lagu Karaoke. Dengan Remote, dia memperbesar Volume Speaker Active nya ketika Intro dari lagu itu mulai terdengar, suaranya sangat menggelegar. Terbawa alunan cadas Metallica, dia mengibas - ngibaskan rambutnya sampai menutup wajahya, dan mulai berteriak (menyanyi),

" Halsop jastis painidgrin, "
(halls if justice painted feeen)

"mani tolking, "
(money talking)

"pawewops heaset yodo,"
(power wolves hearset your door"

"heatem stolking"
(hear them stalking)

bunyi instrument yang menghentak, membuat Suminem larut dalam suasana Rock yang ganas.

Sementara di luar rumah Suminem, puluhan orang tetangga, orang yang hendak pergi ke sawah, orang yang mau pergi ke pasar, bahkan beberapa Pegawai Negeri, tampak berkumpul berkerumun dengan wajah penuh keheranan.

" Siapa di dalam sana, Pak " tanya orang berseragam Pegawai itu

" Kalau dari suaranya, sepertinya itu Suminem anak Pak Winarto, warga Saya di RT sini " yang ditanya ternyata Pak RT

" Apa tidak sebaiknya Kita peringatkan dia, Pak. Ini sangat mengganggu sekali, suara musiknya kenceng sekali, pekak telinga saya " kata Bu Ningnong tetangganya,

"Bener Bu, mana lagunya hewas - hewes begitu ," timpal Bu Nyinyir geram
"Bakar rumahnyaaa... !!!" tiba - tiba terdengar nada provokative dari tengah kerumunan, semua orang memandang sinis pada sang provokator... yang dipandangi langsung ngeloyor pergi.

Kerumunan itu akhirnya beringsut mendekati pintu rumah itu, sebagian berada disetiap jendela rumahnya. Tanpa dikomando, mereka segera mengetuk pintu dan jendelanya,

"Hoooiii Sum, matikan musiknya ! " teriak Pak RT keras - keras, tak ada jawaban dari dalam rumah

"Mbaaaakkk !!, tolong musiknya dikecilin dooong, berisik niiihhh... !! " teriak Bu Jalang sang Juara berteriak tingkat Kecamatan, tetap tidak ada respon dari Suminem

" Bakar rumahnyaaa... !!!" suara itu terdengar lagi, kembali semua orang menatapnya dengan marah... orang itupun kembali ngeloyor pergi.

Suminem tentu tidak bisa mendengar semua teriakan dan kehebohan di luar rumahnya, karena di telinganya terpasang headset yang terhubung ke DVD Player. Tingkahnya semakin tak terkendali, saat interload lagu itu menghentak sebelum masuk ke Refferent

"jastisis los"
(justise is lost)

"jastisis raep"
(justice is rape)

"jastisis gon"
(justice is gone)

"puling yorstring"
(pulling your string)

"yeeeaaaaaahhh... !!!" teriakan Suminem terdengar sangat keras, semua yang berkumpulpun kaget dan lari tunggang - langgang.

"Dia kesurupan, Pak Eko ! "

" Mungkin sudah tidak waras, Dia !! "

" Panggil saja orang tuanya, Pak RT ! "

" Bakar....., " sebelum selesai orang itu bicara, beberapa tendangan dan pukulan bersarang di tubuhnya, orang itupun lari terbirit - birit meninggalkan tempat itu sambil meringis kesakitan.

Ternyata, sudah ada yang mengabari Ayah dan Ibunya. Pak Winarto dan istrinya, dengan terbungkuk - bungkuk meminta maaf kepada semua orang, bergegas menuju pintu rumahnya. Setelah beberapa kali panggilan tidak mendapat jawaban, Pak Winarto segera mengeluarkan kunci cadangan dari dalam saku celananya.

Ketika pintu itu terbuka, semua orang teramat sangat terkejut melihat pemandangan yang terlihat di dalamnua. Mereka melihat Suminem dengan rambut yang awut - awutan, memegang sapu bergaya gitaris, sedang berjingkrak - jingkrak di atas meja ruangan itu. Bu Winarto pun tak dapat menguasai emosinya, dan jatuh pingsan dalam pelukan Suaminya. Bu Ningnong juga pingsan di pelukan Pak Eko, Bu Nyinyir ikutan pura - pura  pingsan, tetapi orang di sekitarnya langsung menjauh, takut tertimpa Gorilla bengkak.

Suasana di rumah itu menjadi heboh, dan Suminem baru menyadari kekacauan itu, setelah Ayahnya berteriak di depan wajahnya :

" Bocaaah... geeendeeeng !!!, matikaaaan musiiiknyaaaa !!! "

Suminem pun bergegas mematikan musiknya, dan baru menyadari kesalahanya. Ia pun berlari dan berkaca di cermin yang ada dekat ruangan itu, betapa kagetnya dia dengan penampakan dirinya. Matanya berkunang - kunang, kepalanya seakan berputar - putar, dan akhirnya dia pingsan. Samar - samar dia seperti melihat meme dari sahabatnya itu, sudah berubah tulisanya :

NORNAL ITU MEMBOSANKAN, TAPI GENDENG ITU MENAKUTKAN.

Nganjuk, 20 September 2018
Winarto Sabdo - Pulau Harapan

2 komentar:

Luapan Langit mengatakan...

Suka kaak

Winarto Sabdo mengatakan...

terima kasih sudah menyukai tulisanku, dan terima kasih sudah meninggalkan jejak...share link blognya juga dong biar bisa kukunjungi...

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...