Minggu, 16 September 2018

Salah Faham

"Hai Ky, nanti malam ada Community gak?" suara Dita diseberang sana, terdengar dari speaker handphone ku. Sengaja kupasang loudspeaker menerima panggilanya, karena saat itu aku sedang merapikan kamar.

"Eh emang kenapa?, Tumben nanyain Community?" tanyaku keheranan. Dita itu adalah type gadis rumahan, rutinitasnya tidak lebih dari kuliah dan dirumah. Mengajaknya keluar diluar rutinititas itu adalah kemustahilan, jadi kuper itu sudah pasti, bahkan julukan housekuper sudah disandangnya sejak bangku SMA.

Aku dan Dita memang berteman sejak SMA, dia teman sekelasku di SMA NON UNGGULAN. Sekolah yang hanya memiliki 3 kelas, yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII, dengan 6 orang Guru dan Satu Kepala Sekolah merangkap jadi Pengajar juga.
Dita adalah satu-satunya anak yang tidak terlibat dalam kegiatan Ekstrakurikuler apapun di Sekolah. Bahkan dia menangis meraung-raung saat Party kelulusan, karena seragam kesayanganya dicoret-moret dengan cat semprot, oleh teman-teman lainya.

Dan sekarang tib-tiba dia menanyakan tentang Community, yaitu acara berkumpulnya komunitas - komunitas budaya diseputaran Kabupaten Nganjuk, biasanya diadakan dadakan di tempat - tempat tertentu.

"Ukyyyyy! Kok diem, lagi bengong ya ???! "
suara Dita menyadarkanku dari lamunan

"Enggak Dit, aku lagi membereskan kamar ini..."

"Gimana, ada gak?"

"Emh, kalau dari grup WA, sepertinya phoemsnga (Komunitas Puisi Mganjuk) akan perform di Warung Senggol tuh Dit, kamu mau ikut?"

"Boleh, jemput aku ya?"

"Eh serius loh ???"
aku sangat terkejut dengan jawaban Dita, aku sambar hape yang sebelumnya kuletakkan diatas springbed itu.

"Heh, jangan main-main Dit. Kamu beneran mau datang du acara phoemsnga???"

"Iya bawel, cepetan ganti baju, pakai jacked biar gak kedinginan!"

"Tapi Dit, ini bener kamu kan? Bener Dita Dyah Saraswati kan???"

"Iya nduuuud, ayo buruan.... sebelum aku berubah keinginan nih" terdengar sepertinya Dita sudah ingin merajuk.

"Eh iya Dit, tunggu im coming!"

Akupun segera mengenakan jacked, menyambar kunci kontak sepeda motorku yang sudah terparkir rapi di teras rumahku. Menemui kedua orang tuaku, untuk meminta ijin dan do'a restu. Dan seperti biasa, mereka akan memberikan saran, petuah, wejangan, serta nasehat, juga warning kepadaku.

Sepeda motorpun kupacu, melewati jalan pedesaan yang berdebu. Desaku memang bersebelahan dengan desa tempat tinggal Dita, itu sepuluh kilometer dari pusat kota Nganjuk. Sebentarpun sampailah aku di rumah sahabat berkacamata itu, eh dia sudah langsung menghambur duduk dibelakangku

"Ayo buruan Ky!"

"Eh... aku mau pamit ke Ayah Ibumu dulu kali?!"

"Ukkky... jalan saja sekarang, cepetan!" reflex aku mengikuti permintaan Dita, berboncengan menuju Kota Nganjuk.

Sepanjang perjalanan, Dita hanya diam. Bila aku bertanya, dia menjawbnya "Nanti!", ada apa dengan sahabatku ini?

Tibalah di Warung Senggol, tempat berkumpulnya segala macam Komunitas. Tetapi terlihat sepi, belum tampak tanda-tanda akan adanya show perform malam ini. Aku memesan 2 gelas capucinno dan 2 menu jamur crispy, sebelum mengambil duduk disebelah Dita yang tampak tidak beghairah.

"Kamu kenapa sih, Dit. Kenapa tiba-tiba berubah begini?"
Dita memandangku, aku teekejut melihat butiran bening disudut matanya.

"Kamu menangis, Dit. Ada apa sebenarnya? Ceritakan padaku sekarang!" tanyaku cemas

"Ayah dan ibuku akan bercerai,  Ky. Ayahku memergoki ibu sedang berboncengan dengan Pak Winarto kemarin malam. Mereka bertengkar hebat tadi, mereka saling menyalahkan, dan akhirnya sepakat akan bercerai" Dita mengakhiri ceritanya dalam isakan.

Mas Narto sang penjaga warung melihat ke arah kami, wajahnya tampak sangat penasaran. Hampir saja dia keluar menghampiri, kalau saja aku tak memberinya isyarat.

"Astaghfirullaah...!!! Orang tua itu berulah lagi? Bulan lalu dia membuat gempar seisi desa,  karena diajak menikah gadis 18 tahun. Sekarang, malah selingkuh dengan ibu sahabatku? Sungguh tidak ada kapoknya! Dasar, duda mata keranjang!"  tiba-tiba tersulut emosiku,  mendengar cerita yang sedang menangis itu. Terbayang wajah Pak Winarto yang paspasan, yang sudah menduda tiga kali... tapi masih suka boncengin istri orang.

Tapi tunggu?! sepertinya aku mengingat sesuatu???

"Tunggu Dit, bukannya Pak Win itu pekerjaanya memang membonceng orang-orang?'

"Maksudmu, Ky?" Dita menatapku dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Dia kan tukang ojek???!!!" kami berpandang-pandangan, seakan menjadi kompak untuk mengambill langkah selanjutnya.
Bersamaan, kami melompat dari kursi... dan berlari menuju tempat parkir sepeda motor. Mas Narto mengejar kami sampai tempat parkir

"Uky, bagaimana pesanannya ini?"

"Bagi saja sama komunitas yang akan perform malam ini, Mas. Lagi buru-buru ini, bye"

"Oke, aku masukkan di tagihanmu ya?"
kata mas Narto, kubalas dengan mengacungkan jempol tanganku.

Yaa Alloh, ayah Dita sudah salah faham fengan pak Winarto di tukang ojek itu, karena memang mungkin ayah Dita belum megetahuinya. Karena, memang dia bekerja di Kalimantan... lima bulan sekali dia baru pulang. Dan kami akan meluruskan kesalah fahaman ini, semoga berhasil.

Nganjuk, 17 September 2018
Winarto Sabdo - Pulau Harapan
#TANTANGANODOP2
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...