Rabu, 24 Oktober 2018

Ki Jambak Rikmodowo

Jelaslah ini bukan nama yang sebenarnya, karena dari artinya sungguh sangat menakutkan. Ki Jambak Rikmodowo, itu artinya orang tua yang menjambak rambut panjang.Rambut siapa yang dijambaknya? Karena orangnya sendiri tidak berambut panjang. Kalau maksudnya itu menjambak rambut panjang orang lain, bukankah itu suatu perkara? Siapa, yang mau dijambak rambut panjangnya oleh orang tua itu? Pasti orangnya akan marah, bisa-bisa kena pasal kriminal penganiayaan.

Pasti bukan itu maksudnya, kan kita juga mengenal sebuah nama legendaris Ki Hajar Dewantara. Dan seperti kita tahu, beliau bukan orang yang suka menghajar orang lain. Tetapi, beliau dikenal sebagai pengajar yang juga seorang Pahlawan Nasional.

Ki Jambak Rikmodowo, sebenarnya adalah nama samaran sang penulis. Dia juga sering menggunakan nama samaran Ki Bawuk Mangunhasmoro, atau Otraniw Sam, Chuck Win (Cak Win), Must Win (Mas Win), dan Fuck Win (Pak Win). Dan nama samaran yang terakhir inilah, yang sering bermasalah dengan tim redaksi. Karena dianggap tidak patut, dan atau tidak layak untuk di publikasikan. Hadhuh, padahal naskah yang dikirim sangat diinginkan mereka. Untuk pengiriman naskah anak-anak atau tinlit di majalah dia memakai nama samaran Winaruto. Agak narcis sih orangnya, padahal tampangnya tidak necis sama sekali.

Nah kembali kepada nama Ki Jambak Rikmodowo, ini ternyata ada kaitanya dengan fetish yang disandangnya. Ya, penulis adalah seorang long hair fetisher (penggemar rambut panjang) dan juga seorang long hair lover (penyuka/pecinta rambut panjang). Menggemari dan mencintai rambut panjang, rambut panjang wanita tentunya. Karena dia malah eneg kalau melihat pria berambut panjang. Sempat muncul satu pertanyaan membingungkan. Penulis itu suka rambut panjang wanita, atau suka wanita berambut panjang? Sepertinya, alternative pertama yang tepat untuk menjawab kepribadiannya. But he love woman with long hair,  tetapi dia mencintai wanita yang memiliki rambut panjang. Cinta yang bagaimana?

Sebenarnya lebih tepat disebut "pengagum" darpada "pecinta", selama tidak didasarkan pada pengertian nafsu. Tetapi bukankah akan selalu terkait, antara cinta, kagum, dan nafsu? Entahlah, mungkin tidak patut alasan itu di share dalam tulisan ini. Hubungannya dengan Jambak Rikmodowo akhirnya terpecahkan, penulis itu suka gemas kalau lihat rambut panjang wanita. Pengen ngelus, pengen nyiumin, pengen menjambak manja gimana gitu lah.

Apakah Ki Jambak ini akhirnya menjadi  anti trondhol? (bhs.jawa: berambut pendek). Tentu saja tidak, buktinya dia jatuh cinta kepada wanita berambut pendek. Kalau ini jelas menyalahi fetish-nya dong, masa pengagum wanita berambut panjang malah jatuh cinta pada wanita berambut pendek? Apakah ini sebuah karma? Tentu saja tidak, karena cinta yang ini bukan sekedar nafsu semata. Ada segumpal hati disana, yang membuatnya harus dan wajib mencintai wanita ini. Yaitu "ahlak mulia" seorang muslimah.

Tidakkah seorang wanita berambut panjang, juga bisa saja berahlak karimah? Ah, mana bisa disebut ahlukul karimah, kalau setiap hari dia pamerin rambut panjangnya. Tidak berhijab seperti kekasih penulis ini, dari satu hal itu saja sudah bisa dibedakan mana yang ahlakul karimah.

Bagaimana, apakah sudah dapat menarik benang merah dari uraian singkat nan sederhana di atas? Hubungan nama Ki Jambak Rikmodowo, dengan kegemarannya pada rambut panjang? Sangat simple dan gampang dimengerti kan? Nah, sekarang mari kita mencoba mengurai benang merah dari nama samaran penulis berikutnya, yaitu Ki Bawuk Mangunhasmoro.

(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...