Rabu, 14 November 2018

Pagi Bilik Bercinta

Suatu pagi, di sebuah rumah kecil yang berdinding bambu. Yang beratap jerami, berlantaikan tanah.Kelana Asmara sedang mengasah pisau, di sebuah asahan batu yang besar. Ketika Dewi Cinta istrinya datang, dengan segelas kopi pahit.

"Ini kopimu, Kakang" katanya lembut, seraya meletakkan gelas itu di atas sebuah batu datar,"Minumlah dulu, biar terasa hangat perutmu nanti."

Asmara tersenyum manis kepasa istrinya, meletakkan pisau yang diasahnya, kemudian duduk di samping istrinya di sebuah balai bambu.

"Terima kasih, sayang. Sudah selesaikah, engkau menanak nasi?" tanyanya, sambil menggenggam lembut tangan istrinya. Cinta menoleh wajah suaminya, tersenyum dan berkata dengan lembut.

"Hari ini, kita makan ketela rebus saja ya Kakang? Beras terakhir kita, sudah aku tanak kemarin itu."

"Iya, Sayang. Kita juga sudah lama, tidak makan ketela rebus" jawab Kelana Asmara, tangannya membelai mesra rambut istrinya yang panjang indah tergerai,"Bersabarlah menjalani hidup ini ya, Sayang. Memang, selama menjalani hidup denganku... belum sanggup kuhadirkan kebahagiaan, di dalam rumah tangga kita"

"Kakang jangan berkata seperti itu, menjadi istrimu adalah kebahagiaan hakikiku. Meski pun kita hidup dengan sangat sederhana, makan dengan seadanya, dan tinggal di gubuk kecil, tetapi kita menjalaninya dengan ikhlas... dengan kasih sayang, dan cinta" kata Dewi Asmara terbata, karena Kelana Asmara sudah mulai menciumi pipinya.

"Terima kasih, Sayang. Engkau sudah sangat setia, menjadi pasangan hidupku, menjadi teman hidupku, menjadi separuh nyawaku, menjadi istriku," berkata begitu, Kelana Asmara semakin bersemangat mencumbu istri tercintanya. Dewi Cinta pun segera memahami, kemana akhirnya percakapan yang mesra ini akan berakhir. Dia mencoba menenangkan suami yang dicintainya itu, dengan lembut... beberapa kali dia mencoba menghindari cumbuan suaminya itu.

"Kakang, sudah ah! Ini kan masih pagi, semalam Kakang sudah berkali-kali membuatku melayang ke surga..." katanya, tetapi serangan ciuman dan belaian di sekujur tubuhnya... membuatnya kembali merindukan surga itu.

"Kakang..." desahnya dalam kekuasaan gelora, dia pun mulai terpancing untuk membalas cumbuan-cumbuan, belaian-belaian, lumatan-lumatan, dan dia hampir tak dapat mengingat sekelilingnya. Matanya terpejam, merasakan setiap sensasi dengan semua pori-pori yang ada di tubuhnya. Hingga akhirnya, Kelana Asmara menggendong tubuh istrinya itu masuk ke dalam bilik. Meletakkannya di atas dipan bambu, yang beralas tikar daun pandan.

Pagi hari tetap berlalu, menyajikan kicauan burung di setiap dahan pepohonan. Bunyi kokok Ayam jantan bersahutan, sebagian mengejar betinanya dengan penuh semangat. Dan lenguhan Lembu juga Kerbau, seakan menutupi lenguhan-lenguhan manja di bilik bambu yang sedang bercinta.

(Tantangan Domestic Drama)

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...