Kamis, 22 November 2018

Raden Surosentono (Bagian III Tamat)

Pandanwangi tampak marah, dia segera melakukan serangan kepada Raden Surosentono. Seperti mendengar sebuah perintah, puluhan orang anak buahnya pun ikut merangsek. Pedang peraknya berayun, membuat gerakan menebas leher musuhnya. Tetapi, tajamnya pedang itu tidak ada gunananya di kulit Ki Corong... dia mengganti tempat Demang Arjoso yang diserang Pandanwangi, sementara orangnya melesat menghadapi lima orang sekaligus. Pertempuran dahsyat pun terjadilah, bunyi baja beradu berisik sekali. Juga teriakkan yang sedang bertempur, atau yang terluka, atau yang menemui ajalnya... membuat tanah di sekitar tempat itu bergetar.

Demang Anjuk dan Demang Ngronggot, juga terlibat di dalam pertempuran itu. Tugas utama mereka, adalah memberi perlindungan kepada dua kembar itu. Dua bocah teruna itu sungguh luar biasa, jurus 'Uklek-uklek' (patahkan) yang dipakaianya sungguh luar biasa. Empat orang anak buah Pandanwangi melarikan diri, setelah kedua tangannya dipatahkan dua kembar. Demang Ngronggot tersenyum-senyum,  melihat tingkah bocah-bocah itu. Setiap hendak mematahkan tangan atau kaki lawan, mereka selalu meminta maaf dulu.

"Maaf, Paman. Kakinya aku patahkan!" atau "Maaf, Pakdhe. Tangannya aku patahkan!" dia memberinya gelar 'Pendekar Sopan' kepada dua kakak beradik itu.

Rupanya, Ki Corong merasa keteteran menghadapi pendekar wanita itu. Beberapa pukulan dan tendangan yang dilambari tenaga dalam, menghantam telak dada dan ulu hatinya. Beberapa kali, dia terlihat jatuh berdebum ke tanah yang berdebu. Demang Arjoso bukanya tak mengetahui keadaan sahabatnya itu, justru dia tahu Ki Corong sedang 'Angon Ambegan' ( memancing tenaga lawan, agar terkuras habis tenaga dan nafasnya).

Benar saja, beberapa saat kemudian terlihat kuda-kuda Nyai Pandanwangi sudah mulai goyang... menandakan, tenaga dan nafasnya mulai habis. Kesempatan itu tidak disia-siakan Ki Mencorong, dengan satu serangan terakhirnya. Dia berhasil menotok jalan darah Pandanwangi, wanita itu tidak menyangka akan terjadi padanya. Seketika tubuhnya terasa kaku oleh totokan musuhnya, hampir saja jatuh kalau Ki Corong tidak sigap memeluknya.

"Pandanwangi menyerah! Kalian juga, Menyerahlah!" teriak Ki Corong, pada beberapa anak buah Nyai Pandanwangi yang tersisa. Tampak wajah-wajah kelelahan dan ketakutan, menoleh ke arah tubuh Pandanwangi yang terkulai. Mereka tidak percaya, pimpinanya menjadi selemah itu.

"Menyerahlah baik-baik, kami akan membawa kalian kepada Kanjeng Adipati Ronggo Prawiro Sentiko (Bupati Madiun). Untuk diadili, sesuai dengan kesalahan yang kalian lakukan!"  berkata Raden Surosentono, disambut dengan wajah dingin.para perampok itu.

"Bagaimana, Nyai?" tanya anak buah Pandanwangi,"Kami, tak sudi mengikutimu menuju penjara!"

"Jika seperti itu kemauan kalian, maka putuslah hubungan antara kita. Aku bukan pemimpinmu lagi, kakian bebas menentukan masa depan kalian" kata Pandanwangi lirih, totokan Ki Corong benar-benar menguras habis tenaganya.

Maka, tanpa menunggu aba-aba selanjutnya. Delapan orang, dari 35 orang yang tersisa itu pun pergi melarikan diri. Demang Ngronggot sudah memasang delapan anak panah di busurnya, sekali bidik... delapan orang itu,  pasti tidak akan hidup lagi. Tetapi Demang Arjoso melarangnya.

"Biarkan mereka pergi Kakang Sanensopo, Pandanwangi saja sudah cukup untuk kita bawa."
Akhirnya, mereka membawa tawanannya menghadap sang Bupati. Dia sangat terkejut, mengetahui sang pemimpin perampok adalah istri temannya. Istri Demang Laran Pacewetan (Pacitan), Ki Demang Raden Yudhoyono. Tetapi, keadilan harus ditegakkan... karena hukum itu buta, tak memandang siapapun yang bersalah. Dan hukuman untuk seorang pengacau negara, adalah hukuman mati. Seketika dua kembar, menangis, bersujud mencium kaki sang Adipati.

"Siapa, Kalian!? Mengapa tiba-tiba, kakian bersujud menangis di hadapanku!?" sang Adipati sangat terkejut, mendapati kejadian seperti itu. Demang Arjoso beringsut ke depan, menepuk pundak kedua bocah itu. Seketika, tangis mereka pun terhenti.

"Mereka berdua, adalah cucu dari Ki Bendo Kanjeng. Dan Pandanwangi ini adalah

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...