Jumat, 23 November 2018

Elena

Judul Buku  : Elena
Penulis         : Ellya Ningsih
Penerbit       : Katadepan
Tebal Buku  : 288 halaman
ISBN             : 978-602-5713-65-1
Tahun Terbit : 2018

Beberapa waktu yang lalu aku sempat kepo banget dengan status para ibu-ibu yang heboh membicarakan tentang part demi part Elena di facebook. Sebenarnya aku juga ingin ikut membaca (karena penasaran). Tetapi ketika mendapat cerita bukunya naik cetak, aku jadi malas baca yang di facebook. Alasannya pasti enggak ketemu endingnya, beli novelnya sajalah ya. Lebih nyaman baca novelnya dari pada buka part demi part di facebook. Rejeki memang enggak kemana, aku malah dikirimi novelnya oleh orang tercinta.

Novel yang sangat fenomenal ini memang sangat menarik, dari cover bukunya saja sudah menarik dan cantik. Buku ini, menceritakan tentang cinta dua orang anak manusia... yang terbentur dengan keyakinan yang berbeda. Menyadari kisah mereka bukan hal yang mudah, namun sulit untuk berpisah (nyatanya berakhir dengan kesalahan).
Cinta yang membuat terlena, berakhir dengan penyesalan panjang. 

Elena dan Eugene tak pernah mengira, bahwa kesalahan dalam memaknai cinta... berujung dengan luka, yang sulit diobati hanya dengan cinta itu sendiri. Eugene  baru menyadari cintanya terlalu dalam kepada Elena, justru ketika sudah kehilangan sang kekasih hati. 

“Perempuan itu, perempuan yang sudah lama dikenalnya sangat lama. Terlalu lama sampai terlambat menyadari bahwa dia sangat mencintainyadan ketika akhirnya tersadar, dirinya telah kehilangan.”(hal.31)

Hubungan cinta yang rumit. Semakin rumit, ketika muncul lelaki lain yang menjadi pilihan orangtua Elena... sebagai menantu Idaman. Berusaha menentang perjodohan, dengan orang yang tak dikenal. Hanya biodata, sesosok lelaki duda beranak satu. 

Namun, orangtua Elena bersikeras. Menurut mereka, duda beranak satu yang mempunyai keyakinan yang sama... jauh lebih baik, daripada lelaki single tak beragama. Elena merasa di-skak-mat. (hal 85)

Ibnu, sosok suami sholih yang sangat menghargai Elena (sebagai seorang istri). Tak pernah memaksa Elena, untuk menjadi sosok yang sholihah. Terus bersabar mendampingi, meski hati Elena masih terpaut dengan lelaki di masa lalunya. Bahkan, Elena belum mampu menyentuh hati Maryam putri kecil Ibnu. Hingga hari itu, kesalahan terbesar terjadi antara Elena dan Eugene. Hingga, Elena membuat sang suami menunggu hingga pagi. 

Kesalahan itu membuat Elena merasa bersalah, terhadap suami yang belum dicintainya... namun sangat menyayanginya. Satu kesalahan yang harus ditebus, dengan jatuh bangun untuk bertahan. 

Hingga akhirnya... Ibnu membuka rahasia, tentang siapa dirinya yang sesungguhnya. Mengapa memilih Elena? Sesosok wanita yang jauh dari kriteria muslimah dan solihah?. Sepucuk surat dari Safitri, sahabat Elena. Itu yang menjadi kunci rahasia Ibnu, dan menjadi perekat hubungan Ibnu dan Elena.

“Untukmu Elena sayang, menyerahlah kepada Robb-Mu. Setiap orang berhak untuk menjadi lebih baik, sekelam apapun masa lalu yang kau punya. Jangan khawatir sakit hatimu, biar Allah saja yang menyembuhkannya. Jangan kalian khawatir perasaan cinta yang belum hadir di antara kalian. Cintai saja Allah dulu. Orang yang sama-sama mencintai Allah keduanya tidak akan sulit untuk saling jatuh cinta. (hal.104)

Siring berjalannya waktu, cinta merekah antara Elena dan Ibnu. Dalam rengkuhan cinta Ibnu, membuat Elena jatuh cinta kepada Robbnya. Menjadi sosok muslimah yang membuat hubungan nya membaik, bukan hanya dengan Ibnu... tetapi juga dengan anak Ibnu yaitu Maryam. 

Takdir bahagia belum berpihak kepada Elena, ketika Elena melahirkan sosok bayi bermata biru. Sungguh hebat cemburu membakar Ibnu, amarah meluluh lantakkan bahagia yang ada. Sosok bayi bermata biru, lahir diiringi air mata dan kepedihan hati. Meskipun pada akhirnya, Ibnu bisa menerima kenyataan. Namun sebagai laki-laki, rasa terluka dan cemburu menjadikannya terluka hebat. Hingga Ibnu tak mampu memberi nafkah batin bagi Elena. 

Demi menyelamatkan diri dari zina, Ibnu memilih menikah lagi dengan sosok wanita lain. Sungguh ujian demi ujian di lalui Elena dengan tegar, karena cinta Robbnya yang menghujam dalam jiwa. Airmata sudah kering untuk menetes, karena cinta kepada manusia. 

“Allah itu Maha Pencemburu, Nak. Dia tidak ingin hamba-Nya mencintai sesuatu, atau seseorang, lebih daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dia menimpakan kepedihan, agar kita tidak berharap kepada manusia... dan berpaling kepada-Nya. Terus meminta pertolongan Allah, dengan shalat dan sabar. Barangkali, Dia akan memberikan jawaban tidak seperti pilihanmu, tapi yakinlah pilihan-Nya selalu benar.” (hal 169)

Ada sosok yang mencintai Elena, dengan tulus berjuang mengenal Robbnya. Ya... dia adalah Eugene, yang merasakan ikat batin dengan Al anak Elena. Yang dari fisiknya saja, dia sudah tahu anak siapa Al sesungguhnya. Namun, Eugene sadar tidak mudah hadir bermodal cinta saja, Elena sudah memilih cinta Robbnya yang utama. Bertanya dengan banyak orang yang paham Islam, bahkan di kanada... dia pernah berjumpa dan berdiskusi, dengan Ibnu  bersama Adinda istri muda Ibnu. 

Dengan kemantapan hati, Eugene mengucapkan dua kalimat syahadat. Di Pondok Pesantren milik Abah orangtua dari Safitri, sahabat Elena yang juga sudah menjadi orangtua bagi Elena. Abah, sosok yang sangat mumpuni dalam agama. Dia mempertanyakan keyakinan Eugene, untuk memeluk Islam dengan segenap keyakinannya. Eugene mengatakan “Gaya hidup dalam Al Quran, semata-mata untuk menyelamatkan.” (hal 220)

Novel ini begitu indah, terutama jika dibaca oleh kaum wanita. Bisa belajar banyak hal, untuk belajar menjadi wanita yang kuat. Sungguh... Elena dalam kisah ini, adalah muslimah yang kuat. Menjadi tangguh karena ujian, yang bertubi-tubi silih berganti. Memaknai cinta dengan begitu dalam. Bahkan ketika harus memilih, antara Ibnu suami yang sudah menduakannya... airmata sering mengalir karenanya. Eugene sang pria di masa lalu, yang masih menggetarkan hati. Bahkan memandangnya seolah jatuh cinta berkali-kali. Namun, pilihan nya adalah sosok yang mengenalkan dia kepada cinta kepada Robb. 

“Kenalilah Rabb-mu, agar kau menjadi ridho atas semua takdirNya. Kelak Allah akan mempertemukanmu dengan cinta yang baru, yang dijalin di atas keridhaan-Nya. Yang halal. Bertahanlah, bersabarlah, hijrah itu tidak mudah karena surga tidaklah murah” (hal.268)

#KelasFiksi

#OneDayOnePost

#TantanganReviewNovelFiksi

2 komentar:

Wiwid Nurwidayati mengatakan...

Iya, ini novel fenomenal. Jadi trending topic di FB. Belum.punya bukunya. Menggoda ini..

Winarto Sabdo mengatakan...

iya... hati lelaki pun tersentuh...

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...