Sabtu, 17 November 2018

Raden Surosentono (Bagian I)

Utusan Adipati Ronggo Prawiro Sentiko (Bupati Madiun) tiba di halaman Katumenggungan Barebek (Sekarang Kecamatan Berbek) tepat saat tengah hari. Dua orang Mantri Tamtomo (Setara Komandan Batalion), Setrodirjo dan Suromonjo. Mereka ditemui oleh Demang Anjuk Raden Suryosuro, dan Demang Ngronggot Raden Sanensopo, yang kebetulan juga akan menghadap sang Tumenggung KRT Sosrokusumo I (Kanjeng Jimat)

Keempatnya memang sudah saling kenal, karena pernah bekerjasama menumpas ampak-ampak Gunung Pandan (perampok). Perampok yang sangat meresahkan penduduk di sekitaran Kademangan Caruban di wilayah Barat, dan juga di Kademangan Arjoso wilayah sebelah utara. Yang kesemuanya masih termasuk wilayah Kadhipaten Madiun (Purboyo), dan termasuk dalam Monco negoro (Negara Bagian) dari Keraton Kasunanan Kartosuro (Mataram)

Tanpa terdengar langkah kakinya, tiba-tiba Kanjeng Jimat sudah berada diantara mereka berempat. Mereka pun sangat terkejut, kemudian secara berganti-ganti memberikan sembah... mencium tangan sang Tumenggung, dengan penuh rasa hormat.

"Assalamu'alaikum!" Kanjeng Jimat mengucap salam.

"Waalaikumusalaam!" jawab keempatnya dengan hampir bersamaan.

"Ada kepentingan apakah, sehingga Kanjeng Adipati mengirim prajurit terbaiknya kemari?" tanyanya setelah memantapkan duduknya di kursi singgasananya,"Kalian juga ada disini?" lanjutnya kepada dua Demang bawahannya. Kedua Demang itu membuat isyarat menyembah takzim.

"Begini Ki Tumenggung, kami diutus oleh Ndoro Bupati (Tuan Bupati), satu agar menyampaikan salam dari beliau untuk Ndoro Tumenggung. Yang kedua, Kanjeng Bupati memohon Ndoro Tumenggung untuk mengirimkan prajurit terbaik Katumenggungan Barebek... untuk menumpas pengacau keamanan, yang dilakukan beberapa orang dari Kadhipaten Wengker (Kabupaten Ponorogo). Kami sudah beberapa kali berusaha menumpas mereka, tetapi gerombolan yang dipimpin seorang perempuan itu... sampai sekarang masih belum terkalahkan" kata Setrodirjo dengan berapi-api.

"Kami dengar, perempuan itu berasal dari daerah Gunung Pandan juga. Bahkan menurut kabar, dia adalah putri sulung dari Ki Bendosewu. Pimpinan ampak-ampak, yang berhasil kita tumpas 2 tahun lalu! imbuh Suromonjo.

"Apakah dia bernama Samini si Pandanayu?, atau Sukesi si Pandanwangi?" tiba-tiba Ki Suryosuro teringat sesuatu, melontarkan pertanyaan dengan bersemangat.

"Iya, betul Kakang Demang Suryosuro. Dia adalah Sumini si Pandanayu, janda dari Demang Laran Pacewetan (Pacitan). Dia bersumpah akan membalas dendam, atas kematian Ayahnya Ki Bendosewu" jawab Setrodirjo dengan tak kalah semangatnya.

"Bagaimana, Ndoro Tumenggung?" tanya Suromonjo kepada Kanjeng Jimat. Orang tua itu mengelus jenggot putihnya, memandang ke arah halaman Pendopo Katumenggungan... dengan tatapan nanar.

"Apakah pihak Goverment (Belanda), tidak mengambil tindakan dalam hal ini?" tanyanya kepada Setrodirjo juga kepada Suromonjo.

"Kanjeng Bupati sudah mengirim permintaan bala bantuan, tetapi Walondo menganggap ini bisa diselesaikan tanpa harus mendatangkan mereka" jawab Suromonjo tegas,"Bagaimana tanggapan Ndoro Tumenggung?"

"Baiklah, aku akan mengirimkan lima prajurit terbaik dari Katumenggungan Barebek. Sekarang, kalian berdua istirahatlah di Wisma Duto (Penginapan Tamu), bersihkan diri kalian dan beristirahatlah." perintah Kanjeng jimat, yang langsung diamini kedua utusan tersebut dengan gembira,"Sedangkan untuk kalian para Demang, pergilah hari ini juga ke Kademangan Arjoso. Temuilah Raden Surosentono, mintalah dia mempersiapkan diri membantu Kadhipaten Purboyo...bersama juga kalian!" perintah Kanjeng Jimat, Demang Anjuk dan Demang Ngronggot pun menghaturkan sembah.

Tidak diceritakan, sepanjang perjalanan Raden Suryosuro dan Raden Sanensopo. Perjalanan mereka menuju arah utara, menuju kediaman Raden Surosentono di Kademangan Arjoso (Sekarang Kecamatan Rejoso). Lepas Ashar, sampailah kedua utusan itu di Desa Talang letak Kademangan Arjoso. Mereka, disambut langsung oleh Raden Surosentono. Saling berpelukan, sebagai tanda persahabatan. Turut menyambut mereka, adalah Ki Mencorong tangan kanan Demang Arjoso. Antara Ki Corong dan Raden Surosentono, adalah sahabat sejati. Mereka sama-sama saling melengkapi dalam segala hal, bahkan dalam.peperangan mereka saling melindungi. (Makam mereka ada di lokasi yang sama, Raden Surosentono di sebelah Timur, dan Ki Corong/Mencorong ada di sebelah Barat. Terletak di Desa Talang, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur)

(Bersambung)

#TantanganHistoricalFiksi
#onedayonepist
#OdopBatch6
#KelasFiksi

17 komentar:

Sang Mahadewa mengatakan...

Wuich ... saya merasa sedang pulang kampung saat membaca tulisan ini, Kang.

Kompor gas!

Winarto Sabdo mengatakan...

padahal yo gak tau pulang blas...

ummuarrahma@gmail.com mengatakan...

Bagus pakde kental dengan budaya Jawa .Lanjutkan ya pakde

Sekolah kehidupan mengatakan...

Cerita sejarah ini ya. Menunggu sambungannya

Kartika noorhayati mengatakan...

Pakde Win paling kece kalo bikin historical fiction

Betty Clever mengatakan...

Ikutan bersambung yak, hehehe

Winarto Sabdo mengatakan...

uya... terima kadih mbak Ika 'ginastel'ginastel'... legi panas kenthel... hehehe kopi jogja...

Winarto Sabdo mengatakan...

fuksi sejarah lho mbak Endah... terima kasih ..

Winarto Sabdo mengatakan...

Kartika palung bisa kalo memuji orang... terima kasih yaaa...

Wakhid Syamsudin mengatakan...

Ayuuuk, pada bikin cerita yg panjang. Syukur jadi buku kelak. Keren, Pakde Win.

Lia Anelia mengatakan...

Setuju sama komentarnya mba kartika... 😁

Winarto Sabdo mengatakan...

Hayyyuuukkk...

Winarto Sabdo mengatakan...

mentirnya siapa? Suden Basayeeeep...

Winarto Sabdo mengatakan...

mentor...

Winarto Sabdo mengatakan...

aku setuju sama komentarnya Lia Alenia...

Nining Purwanti mengatakan...

Keren, Pakde.

Winarto Sabdo mengatakan...

terima kasih mnak Nining...

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...