Rabu, 05 Desember 2018

Gedebog Tua

Dia merasa bagaikan seorang ratu phrameswari
yang duduk di singgasana yang agung megah menawan hati. Bersolekkan segala keindahan yang akan dikagumi duniawi. Dimana semua orang akan datang menatap dan ingin memilikinya

Sekarang hanya dia seorang berkuasa di wisma penjaja asmara. Tiada ratu pesaing duduk di kanan kirinya. Hanya dia saja sundal yang tersisaa. Ratu Bohay yang kecantikannya bak primadona mati karena AIDS. Dan Ratu Semok yang keturunan Tionghoa terkena sifilis dan sirna. Mereka berguguran menuai buah dari kemaksiatan pekerjaannya.

"Mampus, Lu! RatuUlar! Ratu Buaya!" teriaknya pada malam yang kelam.

Ratu Jablai tanpa senyuman menatap kosong ke arah kaca. Dahulu banyak tangan lelaki mengetuknya sekedar mencari perhatiannya. Dahulu banyak lelaki menggerayangi tubuh mulusnya. Berpacu dalam berahi menurutkan nafsu maksiati. Sekarang... mereka hanya melewatinya dengan tatapan kosong dan hampa. Tak secuilpun lirikan demi untuk menatap lagi sisa keindahannya. Malah tergesa menuju istana baru tempat pelacur muda dari generasi yang lebih belia.

"Habislah engkau wahai Pelacur Tua! Gedebog Tua! Yang bahkan hanya belatung menggerogoti yang tersisa!"

"Ini adalah siksa untuk cinta yang engkau niagakan!" Malaikat Maut meneriak murka. Mengancam jiwa-jiwa yang kecewa.

Ya... orang perlahan telah melupakkan kemolekkan tubuhnya. Duapuluh tahun lamanya dia dipuja para pencari cinta
sebagai Ratu penguasa komplek prostitusi. Kini tubuhnya hanya seperti sebatang gedebog pisang tua tak berharga. Andai suatu saat dia tumbang
takkan ada yang memperdulikannya....

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...