Kamis, 20 Desember 2018

Materi Lanjutan Tentang Prosa Liris


Judul Materi: Materi Lanjutan Prosa Liris
Narasumber: Achmad Ikhtiar (Uncle Ik)
Hari/Tanggal: Sabtu, 9 Desember 2018
Tempat: Kelas Fiksi ODOP Batch 6
Waktu: 20.00 - 23.00

Berikut adalah rangkuman materi yang disampaikan:

Mengapa sih di dunia ini harus ada Prosa Liris? Karena prosa bikin jenuh dan puisi bikin pusing. Perlu banyak latihan untuk bisa membuat prosa liris. Supaya tidak tertukar dengan puisi.

Prosa liris yang dibahas lebih condong ke prosa liris modern. Soalnya prosa liris klasik kebanyakan berisi mantra dan udah umum di masyarakat Minang. Coba simak saja karya Khalil Gibran, W.S. Rendra, Tagor atau Pasternak (Boris Pasternak).

Sebelum mulai menulis Prosa Liris, kita harus tau dulu beda antara puisi, sajak sama prolis (Prosa Liris). Karena ketiganya mirip. Puisi cenderung kaku dan terikat pada aturan, sajak lebih bebas tapi tetap terikat pada rima tertentu.

Prolis bisa dibilang sebuah pemberontak atau mix dari prosa dan puisi. Prolis punya gaya bercerita mirip dengan prosa tapi menggunakan diksi puisi. Itulah yang membuat prolis memiliki kekuatan lebih dibanding prosa, karena daya interpretasinya lebih luas. Umumnya prolis ditulis berparagraf seperti prosa atau cerpen tapi tidak mengikuti plot cerpen, jadi boleh langsung lompat ke konflik atau malah tanpa konflik.

Contoh:

BLUES MALARIA (Uncle Ik)

Sitir Blues Untuk Bonnie....

Pandangan matamu masih nanar menjilati pojok demi pojok. Berharap ada berahi malam ini supaya perutmu  yang kosong bisa terisi. Sejauh mata memandang, hanya asap-asap kejenuhan yang terus dihembuskan dari mulut-mulut berbau whiskey.

Langkah kakimu gontai, dari balik perut yang rata, lambungmu perih menjerit-jerit karena belum terkena nasi sejak pagi.

Di tengah ruangan, penyanyi negro dengan gitar akustik bututnya masih terus bernyanyi-nyanyi. Dia tidak bernyanyi dengan suara, tapi dengan darah dan air mata. Kenang mengenang. Lagu perih tembang kampung halaman.

New Orleans… New  Orleans… Oh New Orleans yang jauh disebutnya berulang-ulang. Terkenang anak istrinya yang terbuang, mimpi-mimpi yang sudah tergadai sampai tandas dan borok di selangkangan yang tak kunjung sembuh.

Sumpah serapah membuncah dari mulut-mulut mabuk di pinggir panggung. Bising, hingar bingar, kumuh, jorok, tak beradab, bar-bar. Kamu terjebak dalam neraka yang tak berkesudahan.

Pandangan matamu mulai buram…

Duduklah sini dekat pedianganku. Angin santer yang meniupkan malaria terlalu liar untukmu duduk-duduk di luar. Anyaman rambutmu kusut masai tapi keningmu terang benderang. Duduklah sini sayang.

Hari sudah kasip begini… siapa lagi yang akan datang?

Duduk sini dan genggamlah cangkir kenangan yang akan aku sodorkan. Di dalamnya meliuk-liuk nafas sejarah yang panjang, jangan kamu lupakan. Genggam erat-erat biar tubuhmu hangat.

Akan aku ceritakan sebuah kisah.

Seribu dua ratus empat puluh enam tahun yang lalu, ada seorang lelaki yang termakan sumpah. Janji untuk kembali setelah bertualang lelah. Seorang perawan yang terlalu setia, selalu menunggu kapal terakhir merapat di dermaga. Sambil duduk di ayunan memainkan boneka. Apa mau dikata, kelasi-kelasi mabuk yang datang tak pernah membawa kabar berita. Perawan tetap setia, walau merana.

Duduklah sini sayang, puaskan laparmu, makan dari pingganku. Teguklah anggur-anggur kenangan yang kusajikan. Supaya lupamu hilang, supaya deritamu sirna.

Nanti, pada kokok ayam pertama kita pergi. Tinggalkan negeri tak berperadaban ini. Saat matahari nanar membakar ladang-ladang gandum, kita sudah akan sampai di negeri entah berantah yang hanya kita berdua tahu.

Pada saatnya nanti pasti akan kukatakan:

“Tatap mataku dalam-dalam. Kenanglah, aku lelaki yang seribu dua ratus empat puluh tahun lalu pernah ucap janji…
...padamu"

Latar belakang penulisan, ide Blues Malaria Uncle Ik dapat waktu membaca Blues Untuk Bonnie sambil denger lagu Abraham Laboriel yang berjudul Guidum. Tentang kerinduan seorang budak pada kampung halaman. Lalu lahiran ide untuk memasukkan tokoh Pelacur, penyanyi kuiit hitam yang kena sifilis dan cerita tentang tanah harapan. Jadi deh Blues Malaria.

Langkah berikutnya sebelum menulis prolis adala diksi. Ini adalah bagian paling penting dalam membuat prolis. Fungsinya untk memperkuat kesan. Disinilah seorang penulis diuji kemampuannya untuk berdiksi dengan sepenuh hati.

Selanjutnya kita masuk bagian pematraan, ini bagian paling penting. Sebagaimana prosa yang harus kuat dalam deskripsi ruang, prosa liris juga demikian. Enaknya prosa liris lebih bebas, jika kita diminta mendeskripsikan sesuatu kita bisa bikin seemosional mungkin.

Dalam kelas lain, salah satu sifat prosa liris adalah bersifat romantis. Itu betul, tapi siapa yang bisa kasih tolok ukur sebuah keromantisan. Romantis bersifat private, semua orang punya definisi romantis sendiri.

Menurut Uncle Ik: Perkembangan prosa liris di Indonesia kurang bagus, masyarakatnya masih suka sastra paperback, makanya wattpad laku. Kalau di luar negeri lebih berprospek, taste seni masyarakat nya udah terlatih

Uncle Ik suka nulis prosa liris. Alasannya adalah: karena media menulis lain ga ada yang se megah prosa liris. Juga karena kelebihan prosa liris dengan prosa lainnya yang lain. Satu paragraf prosa liris bisa sama dengan 5 halaman prosa dalam makna.

Prosa liris jelas berbeda dengan puisi, karena prolis boleh memakai dialog.

Perhatikan contoh prolis di bawah ini!

JENDELA

October 21, 2016

sumber: artebia.com

“Sudah kubilang jangan sekali-kali berani membuka jendela itu!”

“Kenapa?”

“Karena saat kamu melihat dunia di balik jendela kamu akan menginginkannya.”

“Itu apa?”

“Itu adalah tangisan.”

“Kenapa manusia menangis?”

“Karena hatinya sedang dihinggapi kesedihan?”

“Apa itu kesedihan?”

“Kenyataan yang terjadi di luar harapan.”

“Apa pula itu harapan?”

“Sesuatu yang kamu inginkan agar terjadi dalam hidupmu.”

“Aku paham sekarang. Berarti manusia akan menagis jika harapannya tidak terpenuhi.”

“Benar. Cepat tutup jendela itu!”

“Sebentar, apa itu yang di sebelah sana?”

“Itu tawa.”

“Kenapa manusia suka sekali dengan tawa?”

“Karena tawa adalah wujud bahagia.”

“Bahagia?”

“Iya, bahagia.”

“Apa itu bahagia?”

“Bahagia adalah saat harapanmu terpenuhi.”

“Berarti tawa adalah kebalikan dari tangis?”

“Tepat.”

“Kenapa tangis diciptakan? Bukankah akan lebih menyenangkan kalau hanya ada tawa di dunia?”

“Untuk menggenapi takdir.”

“Aku jadi bingung. Apa itu takdir?”

“Takdir adalah yang terjadi pada manusia saat mereka sibuk merencanakannya.” *)

“Bahasamu terlalu tinggi. Jelaskan padaku dengan bahasa uang mudah aku pahami.”

“Tidak ada penjelasan lain, sekarang lekas tutup jendelanya.”

“Sebentar, tolong jelaskan yang berpendar dari dada manusia itu apa?”

“Itu cinta.”

“Cinta?”

“Iya.”

“Akan aku tutup jendelanya setelah kamu jelaskan cinta padaku.”

“Tak pernah ada penjelasan tentang cinta.”

“Kenapa begitu?”

“Karena cinta bersifat personal. Tak pernah bisa didefiniskan.”

“Lalu kenapa cinta diciptakan.”

“Untuk menggenapkan.”

“Menggenapkan siapa?”

“Manusia.”

“Bukankah manusia sudah genap dan lengkap.”

“Belum. Lihatlah mereka. Mereka berbeda dengan kita. Mereka hanya memiliki sebelah sayap.”

“Karena itukah mereka tidak pernah bisa terbang ke sini?”

“Tepat.”

“Lalu…?”

“Lalu apa?”

“Bagaimana cinta bisa sebegitu menggenapkan?”

“Saat manusia dalam cinta mereka akan saling berepelukan, erat, sampai tubuh mereka lumat, jadi satu. Jadilah sayap mereka lengkap. Lalu mereka dapat terbang.”

“Kalau mereka dapat terbang, kenapa mereka tidak pernah sampai bisa ke sini?”

“Karena mereka betah tinggal di dunia dibalik jendela.”

“Apa menariknya dunia di sana?”

“Tidak ada.”

“kamu pasti berdusta.”

“Tidak.”

“Kalau dunia di sana tidak menyenangkan, kenapa manusia betah sekali tinggal di sana?"

“…………”

“Baiklah, kalau kamu tidak mau menceritakannya. Akan aku tutup jendelanya sekarang.”

Mungkin karena aku sudah tua dan alpa, rupa-rupanya cinta sempat singgah melalui jendela. Jadilah kami merana. Tertawa, 

menangis, tersenyum dan berkerut-kerut kening karena berusaha memahami hakikat cinta itu sendiri.

*) John Lennon, Beautiful Boy

Komentar Uncle Ik, tentang tulisan 'Jendela' ini sudah luar biasa bagus, hanya bagian emosi yang kurang.

Ada bermacam-macam genre prolis:
Gibran yang romantis
Tagor yang humanis, dan Rendra yang sedikit sadis.

Berikut contoh lain Prosa Liris, yang dikirimkan Peserta Kelas Fiksi ODOP Batch 6:

1. Gedebog Tua oleh Winarto Sabdo (Gue)

dia merasa bagaikan seorang ratu phrameswari
yang duduk di singgasana yang agung megah menawan hati
bersolekkan segala keindahan yang akan dikagumi duniawi
dimana semua orang akan datang menatap dan ingin memilikinya

sekarang hanya dia seorang berkuasa di wisma penjaja asmara
tiada ratu pesaing duduk di kanan kirinya hanys dia saja penghuninya
ratu bohay yang kecantikkannya bak primadona mati karena AIDS dan ratu semok yang masih keturunan tionghoa terkena sifilis dan sirna
mereka berguguran menuai buah dari kemaksiatan pekerjaan ini

ratu jablai tanpa senyuman menatap kosong ke arah kaca
dahulu banyak lelaki mengetuknya sekedar mencari perhatiannya
sekarang mereka hanya melewatinya dengan tatapan kosong dan hampa
tergesa menuju istana baru tempat pelacur muda dari generasi yang lebih belia

ya orang perlahan telah melupakkan kemolekkan tubuhnya
duapuluh tahun lamanya dia dipuja para pencari cinta
sebagai sosok primadona penguasa seantero komplek prostitusi
kini hanya seperti sebatang gedebog pisang tua tak berharga
andai suatu saat dia tumbang
takkan ada yang memperdulikannya....

2. Bahasa Cinta di Tengah Lenyapnya Cinta oleh Wakhid Syamsudin (Suden Basayev)

"Pergilah, Nak, tinggalkan Rohingnya. Biarkan kami menunggu Izrail, kemana pun pergi, toh, ia akan memanggil, meski di sini kami hanya bisa menggigil."

Kata-kataku di selaksa tangis yang tidak kaugubris di antara kecemasan dan ancaman tragis. Dua keranjang kauikat meski kami tak sepakat karena apalah arti nyawa kami yang sudah nyaris sekarat dalam dekap jazad yang kehilangan daya kuat.

"Aku akan membawa kalian serta, karena kalian bagiku permata, bahkan tidak akan pernah rela kalian keluar airmata, karena kalianlah cinta."

Ucapanmu tulus dari cekung wajahmu yang tirus ditopang tubuhmu yang kian kurus karena kami tak lagi sanggup mengurus. Kau angkat kami satu persatu, merebah di keranjang itu, meski harapan selamat pun belum tentu, meski kau tahu nyawa bisa melayang sewaktu-waktu, tak menyurut tekadmu yang membatu.

"Kau memanggul surga, Nak. Surga akan menyertaimu selalu, Nak."

Tidak kaupedulikan lelah agar kami tetap di atas, kaubawa langkah kaki telanjangmu pada tanah berlumpur yang kaulintas, hutan dan bukit serta sungai kauretas, agar sesegera mungkin melewati tapal batas, agar nyawa selamat tuntas, karena kampung halaman hanya menyisakan kisah nahas.

Nizam, kunamai engkau ketika terlahir, bahkan kami tak habis pikir, sedemikian tekadmu membawa kami menyingkir, dari jangkauan laknat para kafir. Nizam, kujumpai Uwais Al Qarni, sahabat Nabi yang pantas disegani, karena hidup berlimpah bakti, menggendong ibunya ke tanah suci, demi menunaikan haji. Dan Uwais terlahir di sini, dengan nama Nizam si anak kami, surgamu menanti, segala hidupmu kami ridhai.

Komentar Unkle Ik:
Tulisan 'gedebog tua' menyalahi aturan pertama dalam prolis, curahan perasan. Prolis melulu berisi keberpihakan, entah itu suka, jijik, benci, melaknat, simpati dll. Di tulisan itu hanya menceritakan kisah Pelacur tua yang dibumbui diksi dan analogi sehingga kesan emosi yang mau diangkat terasa kurang. Tulisan kedua mengingatkan saya sama prolis lama, keterikatan diksi kuat, saling membelit, jadi terasa kurang bebas. Tapi pemilihan diksi nya bagus.

Sebenarnya... ada beberapa kiriman contoh prosa liris lain dari kawan-kawan peserta, tetapi tidak kumasukkan dalam rangkuman ini. Semoga bermanfaat.

#Kelas_Fiksi
#ODOPBatch6
#Resume_UncleIk

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...