"Sov, kamu tahu bapak-bapak lebbay yang suka menggoda para wanita di WAG¹ kita?" tanya Dita pada Sovia sahabatnya, sambil membetulkan letak kacamatanya yang melorot karena gerakan.
"Iya, Pak Hamish Daud. Emang kenapa?" jawab gadis beralis tebal yang tengah asyik memelototi, deretan bilangan rupiah di Menu Book Cafe itu.
"Semalam dia menggodaku!"
"Diajak nikah?"
"Tidak!"
"Diajak mabar?"³
"Kagak!"
"Diajak nonton?"
"Bukan!"
Sovia dengan ekspresi 'sangat tidak faham' menghentikan kegiatan mengasyikannya, lalu menoleh pada gadis mungil yang sedang mempermainkan gawainya itu.
"Emang Pak Hamish Daud godain kamu apa? Gak jelas gitu sih?" tanyanya 'berbau serius'. Yang ditanya malah menyodorkan gawainya pada Sovia, yang langsung diterimanya dengan penuh 'tanda tanya'.
"Apaan, nih?"
"Baca saja sendiri, tu di chatingan."
Sovia baru memahami kemauan sahabat penulisnya itu, dia lalu membuka percakapan chat itu dengan antusias.
[15/01/2019 19:09] Dita: *foto story*
[15/01/2019 19:20] P.Hamish: Cantikyaaa...
[15/01/2019 19:21] Dita: yeu
[15/01/2019 19:22] P.Hamish: *emoticon malu-malu*
[15/01/2019 19:23] Dita: Apa Kakek? awas ga jelas aku slepet pake kerikil yeu.
[15/01/2019 19:25 P.Hamish: *emoticon tertawa* (Selesai)
Sovia membaca chat itu berulang-ulang, sampai sebegitunya dia belum mengerti juga. Dia pandangi wajah Dita yang sedang menyantap fried noodles pesanannya, kelihatannya tidak sedang 'sakit jiwa'.
"Aku gak faham maksudmu, Dit. Meskipun kubaca berulang kali percakapan chatmu dengan Pak Hamish, tetap saja aku tidak menemukan kata godaan disana."
Dita menghentikan kecapannya, menyeruput jus jeruk di depannya. Lalu dengan wajah keheranan, dia mencoba menjelaskan.
"Ah, Sovi. Sudah jelas disitu, Pak Hamish sedang menggodaku dan sedang berusaha merayuku kan?"
"Yang mana, sih?"
"Yang ini!" jawab Dita cepat, sambil menunjuk salah satu percakapan:
[15/01/2019 19:20] P.Hamish: Cantiknyaaa...
Sovia terkejut, lalu membungkam mulutnya yang tiba-tiba tertawa dengan kerasnya. Dia tidak menyangka, akan mendapatkan jawaban seperti itu.
"Kenapa tertawa?" tanya Dita sambil mengernyitkan dahinya, kemudian menyeruput air jus jeruknya lagi.
"Pak Hamish hanya berkata 'Cantiknyaaa', dan kamu mengira dia sedang menggodamu?"
"Lalu apa kalau dia tidak sedang menggodaku, ha? Dasar, orang tua Kakek-kakek tidak tahu diri. Menggoda gadis imut sepertiku, sorry yeuh!"
"Hahaha!" Sovia tertawa dengan sangat kerasnya, sambil perlahan-lahan mengeluarkan gawai dari saku seragamnya. Sebentar menutul layar touchscreennya, lalu menyodorkannya pada Dita.
"Baca yang ini!" kata Sovia, yang wajahnya masih tampak ingin tertawa. Dita menerima gawai Sovi, lalu membacanya.
[15/01/2019 15:01] Sovia: *story foto*
[15/01/2019 19:23] P.Daud: Cantiknyaaa...
[15/01/2019 19:25] Sovia: Terima kasih Pakdhe... (Selesai)
"Apaaah??? Dia menggodamu juga? Dasar Kakek-kakek genit!" kata Dita sambil mengangsurkan gawai itu kepada pemiliknya.
"Ish, Kamu! Pak Hamish tidak sedang merayu siapapun, Dit."
"Lalu untuk apa bilang cantiknya, kalau tidak sedang menggoda?"
"Kamu merasa cantik tidak?"
"Cantik lah, dan imut!"
" Tuh, kan. Kalau ada orang memujimu cantik, kenapa jadi sewot?"
"Gak tahu sih, Sov. Setiap Pak Hamish memujiku cantik, aku selalu merasa dia sedang berusaha menggoda dan merayuku!"
"Jangan-jangan, kamu yang jatuh cinta padanya ya?" goda Sovia sambil memukulkan bahunya ke bahu Dita.
"Ngaco, Kamu! Sama Kakek-kakek, aku mana mau. Dan lagi, si Kakek Hamish Daud itu sudah punya pacar!"
"Kok kamu tahu?"
"Dulu kami di Hope Land bersama-sama, si Kakek biang heboh. Dia suka pamerin kekasihnya di group, jadilah kita bully rame-rame." Dita tersenyum-senyum, mungkin sedang membayangkan masa-masa itu.
"Jadi, bagaimana nih? Masih menganggap Pak Hamish menggodamu?"
"Ah, lupain aja yuk. Kita makan pesanan kita, lalu sama-sama kita godain cowok di WAG kita!" kata Dita ceria, Sovia sekali lagi memukulkan bahunya ke bahu sahabat baiknya itu. Mereka pun tertawa bersama-sama, dan beberapa kali berselfie ria dengan muka lucu mereka.
Mereka tidak menyadari, Pak Hamish Daud sedang berada di dalam cafe itu juga. Pria 47 tahun itu langsung mengirimkan pesan WA, ke akun dua gadis itu.
Melihat dari cara kalian tertawa, aku mengira... kalian sedang membicarakan chatku di story foto kalian ya? Benar yang kalian bicarakan loh, aku memang sedang memggoda dan merayu kalian. Cantiknyaaa...
Kedua gadis itu tersedak bersamaan, berdiri dari kursi beberengan, lalu celingukan mencari-cari sosok si pengirim pesan. Mereka mulai bertanya-tanya, ini cerita bagaimana juntrungnya? Pak Hamish orang Nganjuk, Dita tinggal di Depok Jawa Barat, dan Sovia rumahnya Manado. Kenapa mereka bisa kumpul di Jakarta Cafe? Mabuk mungkin ya yang nulis? Atau, jangan-jangan Pak Hamish janjian kopdar (bertemu) dengan salah satu di antara mereka? Siapa? Dita? Diah?
"Winarto Sabdo! Ayo bangun! Tidur kok di meja kerja! Sana pindah ke kamar!" Ibu membangunkanku dengan lembut, aku mengangguk dengan malas. Berdiri perlahan-lahan, hampir meninggalkan meja kerjaku. Ketika terlihat beberapa ketikkan di blogspot.com.
Alamaaak!!!
Rupanya aku tertidur saat sedang mengetik sebuah cerpen, belum sampai selesai tapi sudah kutuliskan judulnya; Antara Pak Hamish Daud, Dita, Sovia, dan Chat Godaan. Kok ceritanya berakhir seperti begini?
8 komentar:
Mastah, memang. Showingnya ajib, Pak. Endingnya klise dan pasti terburu2. Kalau saya akan pilih ending si kakek tiba2 dikagetin nenek dan buru2 menyembunyikan naskahnya karena ketakutan dibaca. Over all, keren. Saya ngepens sejak kakek PM eh merayu saya, yg dulu itu. Kwkwkw. Sungkem.
Terima kasih kritik dan sarannya yaaa... kelihatan banget ya endingnya 'terburu2' itu karena tiba2 aku muncukin sosok pak hamish disana... kejebak konflik... nenek siapa???
Komentar ini ikut dihapus oleh pengarang.
Kok lucu ya 😂
Komene diatas sudah di SMS kan kepada Penulis... maaf tidak ku share disini cos 'Tukisanya Jelek'
Tu kan lucu... tapi Dita sama Sovi kok 'merengut' krn rahasiannya ku beberkan ke muka publik...
Maaf komen dihapus... karena 'Tulisanya Jelek'...xixixi
Posting Komentar