Kamis, 21 Februari 2019

Kesurupan Janda

Suara kumandang adzan terdengar menggema di udara Kampung Slingkujaya, khikmad suasanapun tergambar secara nyata. Berbondong-bondong warga menuju satu-satunya mushola di tempat itu, kesan bersih dan suci tergambar dari penampilan mereka yang pergi beribadah.

Sungguh lain dengan kondisi Supardi, di jam yang seharusnya orang melaksanakan ibadah, justru dia baru pulang dari entah kemana. Suara sepeda motor dua taknya mencoba menyaingi kumandang adzan, dan asap dari kenalpot bututnya itu coba meracuni penciuman seluruh warga. Sejak menjual dua ekor kambingnya dua hari yang lalu, dia menjadi terbiasa pulang agak larut. Sebelumnya dia selalu aktif pulang selepas ashar, setelah menyelesaikan pekerjaanya sebagai kuli bangunan.

Suasana gaduh dan hiruk pikuk kendaraannya baru berhenti, ketika dia mematikan mesin sepeda motornya. Dengan malas dia memarkir kendaraan tuanya itu di halaman rumah, kemudian dengan malas juga dia menghempaskan pantat duduk di kursi reot teras rumahnya. Dia takkan menemukan istri tercintanya di rumah pada jam begini, karena Pairah istrinya itu pasti sedang sholat berjama'ah di mushola.

*****

Sebentar kemudian yang sholat berjama'ah di mushola pun satu persatu keluar, setelah bacaan wirid dan do'a yang dipanjatkan Ustadz Winarohman selesai. Anak-anak kecil berebutan mencium tangan sang ustadz, dan para gadis berbisik-bisik tentang ketampanan ustadz yang sudah menduda 10 tahun itu.

Tiba-tiba suasana menjadi hingar bingar dan hiruk pikuk, karena teriakan minta tolong dari rumah Supardi yang tidak jauh dari mushola itu. Dengan berlarian mereka yang masih ada di sekitar mushola mendatangi sumber suara itu, Ustadz Winarohman pun dengan tergesa-gesa ikut melihat apa yang terjadi.

Sesampai di halaman rumah Supardi yang sudah dikelilingi banyak orang, Ustadz menyaksikan Supardi yang bergulung-gulungan di lantai teras rumahnya. Kursi dan meja tampak sudah terguling tidak karuan, sementara Pairah istrinya berdiri gemetaran sambil memeluk tiang rumah.

"Pak Ustadz, tolong suamiku Pak! Dia kesurupan, Pak!" serunya tanpa basa-basi, saat melihat lelaki lulusan Pondok Pesantren Tebu Inggris itu berdiri diantara kerumunan orang.

Pak Ustadz masih terdiam sambil terus mengamati, polah tingkah Supardi yang kesurupan itu. Wajahnya memerah, kedua matanya melotot, dari mulutnya yang mengerang-erang mengeluarkan bau naga. Sang Ustadz mengangguk kecil, lalu mendatangi tubuh Supardi yang berkelojotan. Diambilnya gawai android yang tergeletak di samping tubuh yang kesurupan, lalu dibuka-bukanya dengan tenang.

"Siapkan seember air dingin, Bu Pairah. Ambilkan dari air yang sudah didiamkan semalam ya, biar cepat merasuk ke raganya!" perintah sang Ustadz pada Pairah.

Secepat kilat wanita itu pergi ke dapur rumahnya, dan kembali dengan setimba air yang sangat dingin. Kemudian dengan sebuah isyarat tangannya, dia menyuruh Pairah pergi mengumpul dengan warga yang lain. Sebelum akhirnya, dia mengguyurkan setimba air itu ke tubuh Supardi yang masih terguling-guling di lantai itu. Ajaib, erangan Supardi terhenti. Sekarang dia tampak menggigil kedinginan, tapi tatapan matanya masih melotot tajam. Dia masih menggeram-geram, tetapi kali ini terdengar nada gemeter di dalamnya.

Pak Ustadz lalu terlihat membuka-buka gawai Supardi, dia menuju ke  chat (percakapan) Wa di dalamnya, yang langsung dibacanya keras-keras.

"Dari Suparmi Janda: Terima kasih sudah diajak shoping seharian ya, Mas Pardi!"

"Dari Vivin Janda Muda: Ih Mas Pardi keren deh, terima kasih sudah dibelikan baju baru!"

"Dari Ajijah Janda: Sering-sering diajak makan-makan ya, Mas Pardi!"

Supardi mendengar percakapan WA-nya dibaca Ustadz Winarohman menjadi sangat terkejut, dia berhenti melotot dan menggeram-geram. Langsung berdiri berjalan mendekati Ustadz, dengan secepat kilat menyambar hapenya yang di genggaman tangan sang Ustadz. Kemudian dengan gontai masuk ke dalam rumahnya, sambil menggerutukan sesuatu yang tidak jelas.

Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu terkesiap, mulut nereka ternganga tidak percaya. Sehebat itukah kesaktian Ustadz Winarohman, menyembuhkan orang kesurupan hanya dengan dibacakan chat WA. Bahkan tidak terdengar sebaitpun sang Ustadz menggunakan ayat-ayat suci. Terdengar beberapa celoteh kekaguman dari semua yang berkerumun, tentang karomah sang Ustadz yang tampan itu.

Dengan tersenyum, Pak Ustadz memerintahkan kepada jama'ah.

"Sudah masuk waktu Isya, bagi kalian yang belum batal wudhlu segera masuk mushola. Yang sudah batal, segera mebgambil wudhlu lagi. Dan kamu, Narto. Kumandangkan adzan!"

Wargapun segera membuyarkan diri, berbondong-bondong kembali ke mushola. Pairah segera mengucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz dengan mencium tangannya, karena sudah berhasil menyadarkan suaminya yang kesurupan. Tapi Ustadz segera membuat isyarat agar Pairah mendekat lagi ke arahnya, wanita itupun mandah saja.

"Sesungguhnya, suamimu itu tidak kesurupan!", kata Ustadz berbisik," dia hanya takut, karena uang hasil penjualan kambingnya sudah habis!"

"Darimana, Ustadz mengetahui itu?" tanya Pairah keheranan.

"Kamu tidak menyimak chat WA yang kubacakan tadi, ya?"

Pairah coba mengingat sesuatu, dia pun tersenyum malu. Tetapi tidak tampak keterkejutan sama sekali di wajahnya, dia bahkan terenyum sangat lebar.

"Oh, masalah itu. Aku sudah tahu Ustadz, sejak Kang Pardi tidak pulang ke rumah setelah menjual 2 kambing kami itu. Paginya, aku jual juga 2 ekor kambing yang tersisa di kandang." kata Pairah, seraya menunjukkan segepok uang dari dalam saku celananya.

"Jadi, kalian saling menjual kambing karena ini?" Ustadz Winarohman tiba-tiba saja menjadi sempoyongan, mendengar kisah keluarga gelok ini.

"Ya sudah, aku ke mushola dulu. Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumusalaaam! Emh, besok bisa antarkan aku ke Mall Pak Ustadz?"

"Ngapain?!" tanya Winarohman terkejut, sambil menoleh ke arah wanita 30 tahunan itu.

"Kita jalan-jalan, makan-makan, shoping, menghabiskan uang ini. Kang Supardi boleh main janda, aku juga boleh dong main Duda!"

Mendengar kata wanita itu Pak Ustadz Winarohman bukan hanya terkejut, tetapi juga ketakutan setengah mati. Dia berlari secepat kilat sambil menyingsing kain sarungnya, terpontang-panting menuju mushola.

"Toloooong! Pairah kesurupaaaan!!!"

(Tamat)

4 komentar:

Nurul Hidayah mengatakan...

Aduhhh,kekel aku ...Winarohman, tp bisa menghibur hati yg lg sebel. Lucuuu ha ha ha

Winarto Sabdo mengatakan...

Lha ngopo kok sebel? thanks for coming...

Rusdi S.Pd mengatakan...

Keren.

Winarto Sabdo mengatakan...

genreku iki mas... gimana bisa jadi kumcer kan? hhhh

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...