Jumat, 01 Februari 2019

Pertapa Tua

Terdiam dalam dingin dan gelap malam, tidak melakukan apa
Hati yang telah lelah dalam kehampaan, rasa percaya diri yang musnah
Dia tidak lagi memandang langit, sudah lelah meminta
Seujung do'anyapun tiada tercapai jua, sepanjang hidupnya

Lelaki tua renta kurus kering, hanya kulit membuntal tulang rapuhnya
Sembilanpuluh sembilan tahun usianya menjadi manusia, keimanan adalah hidupnya
Tak henti melantunkan sastra dan mantra puja, kepada Dewa Sang Maha Pencipta
Hanya ingin menjalani hidup dengan bahagia

Hanya resah yang dialaminya, kegelisahan yang dilaluinya
Kelukaan dan segala kesedihan melukai hari-harinya, dia menangis dalam pengharapannya
Dimanakah engkau sembunyikan rasa bahagia itu, Dewa?

Istri pertamanya mati karena gempa, juga isteri keduannya
Istri ketiganya kehilangan nyawanya, tertimpa batu dari gunung yang murka
Istri keempatnya hanyut terbawa bah yang melanda, bersama rumah dan kampungnya
Istri kelimanya menggantung diri karena penyakit gila yang dideritanya

Wahai Dewa masih kau sisakan nyawa ini di dada
Agar menanggungkan siksa atas keimanan yang setia
Mempeemainkan gelinjang raaa yang sudah tidak lagi berasa
Tidakkah kau cabut saja nyawa nan tiada berharga ini saja
Agar sekali saja hamba merasakan bahagia dalam kesunyian yang nyata

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...