Senin, 04 Februari 2019

Sok Kenal

Genduk Nicole tampak kebingungan, sambil bolak-balik menatap murung ke layar gawainya. Dari kejauhan Jon Koplo memperhatikannya dengan seksama, sebagai laki-laki normal melihat gadis semlohay macam Gendhuk Nicole... itu vitamin untuk mata di siang hari bolong.

Dengan gaya sok gentlemen Jon Koplo berjalan mendekati tempat Gendhuk Nicole yang gelisah, siapa tahu ini adalah jalan yang ditunjukkan Alloh baginya dalam rangka menambal kejomloan hatinya ini.Aamiin.

"Maaf, Dik. Aku lihat dari kejauhan, sepertinya sedang mengalami kesulitan?" tanya Jon Koplo pada Gendhuk Nicole.

Yang ditanya terkejut bukan main, karena tanpa sepengetahuannya lelaki itu sudah berdiri begitu dekat dari tempatnya berdiri.

"Eh iya, Pakdhe. Aku sedang kesulitan menghubungi seseorang di dalam sana, nomeenya tidak aktif" jawab Gendhuk nicole, sambil menunjuk ke arah Hotel Mars Win tepat di belakang mereka.

"Panggil saja, Mas Jon Koplo." kata lelaki yang memang pantas dipanggil Pakdhe itu, seraya mengajak berjabat tangan," Kebetulan kamu bertemu orang yang tepat, Dik. Aku kenal semua karyawan karyawati yang bekerja di hotel itu, sebutkan namanya pasti aku mengenalnya." Jon Koplo mulai mencari celah untuk pamer pada Gendhuk Nicole.

"Begitu ya, Pakdhe... eh Mas Koplo? Kebetulan sekali aku memang sedang ingin menemui Pak Tom Gembos, sampeyan pasti mengenalnya?"

"Oh, si Tom Gembos tentu aku kenal. Langsung saja, mari ku antar masuk ke dalam saja ya Dik."

"Begitu ya, Mas?.

"Iya, jangan takut jika bersamaku. Ayo kita kemon!" kata Jon Koplo sok enggres.

Akhirnya mereka pun beriringan masuk ke dalam hotel.
Jon Koplo merasa heran ketika sampai di ruang resepsionis, semua karyawan dan karyawati seakan memberi hormat kepada mereka. Jon Koplo tentu merasa sangat bangga dengan keadaan tersebut, langkahnya sengaja diatur segagah mungkin.

"Adik tunggu saja di sofa itu, ya. Aku akan mencari tahu keberadaan si Tom Gembus itu, hanya sebentar saja kok." katanya meyakinkan.

Kemudian dia berjalan menuju meja resepsionis, yang tiba-tiba sudah tidak membungkuk-bungkuk padanya lagi itu.
"Eh, Mbak. Kamu tahu tidak, salah seorang karyawan sini yang bernama Tom Gembus?" tanya Jon Koplo sangat pelan, tetapi resepsionis itu malah terlihat sangat teekejut mendengar pertanyaannya.

"Pak Tom Gembus?"

"Iya, dimana dia? Itu cewek yang duduk di lobby adalah temanku, dia sedang mencari si Tom Gembus itu."

"Saya kenal wanita itu, Pak. Dia itu Gendhuk Nicole, putri tunggal Pak Tom Gembus."

"Putri tunggal? Emange, Pak Tom Gembus itu bekerja sebagai apa di hotel ini?" tanya Jon Koplo kaget, tiba-tiba bibir dan kedua kakinya mulai gemetaran... tanda-tanda akan terjadi sesuatu yang kurang mengenakkan.

"Katanya teman, Mbak Gendhuk Nicole? Kok tidak tahu apa pekerjaan papanya?" resepsionis itu mulai menahan tawa, karena menyadari bibir Jon Koplo yang gemetaran itu.

"Iya, Papanya... kerja apa?"

"Pak Tom Gembus itu Komisaris Utama di hotel ini, sekaligus sebagai pemilik hotel. Nah, Gendhuk Nicole itu anak semata wayangnya, di juga bekerja disini sebagai Direktur keuangan."

Jon Koplo terkejut hukan kepalang dengan keterangan yang diberikan sang resepsionis itu, sekarang bukan hanya bibi dan kedua kakinya yang gemetaran, seluruh tubuhnya sudah mulai ikut gemetaran mirip penari ular. Resepsionis dan bellboy yang melihatnya, jadi tertawa terpingkal-pingkal. Tapi itu semua tidak cukup untuk membayar rasa malu yang diderita Jon Koplo dengan segenap hatinya, apalagi saat memandang ke arah Gendhuk Nicole malah melambaikan tangan padanya. Jon Koplo sudah mengambil keputusan bulat, dia harus segera minggat dari situasi yang tidak menyenangkan itu.

Dengan langkah tergesa setengah berlari, Jon Koplo mencoba menyelinap keluar. Tapi dia lupa ada pintu kaca yang membuka otomatis di depannya, ditembusnya bayangan bening itu dengan sekuat tenaganya. Jduakk!!! Suara benturan keras kepala Jon Koplo dan pintu kaca, terdengarn menggema memenuhi ruangan. Semua orang menjerit mengiringi tumbangnya tubuh Jon Koplo ke lantai hotel, hidungnya berdarah juga bibirnya. Dia pingsan dengan tenangnya.

(Tamat)*

* Pernah dimuat di rubrik Ah Tenane-Solopos 11 Februari 2019.

1 komentar:

Wakhid Syamsudin mengatakan...

Kok dipost di blog, De? Gak coba kirim dulu ke Solopos?

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...