Jumat, 14 Juni 2019

Day15

Kupat (Ketupat)
Ditulis: Winarto Sabdo

Ketupat dalam bahasa Jawa disebut Kupat, sedangkan dalam bahasa Madura dinamakan Topa'. Dalam bahasa Jawa kupat adalah kependekan dari kata 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan), sedang dalam bahasa Madura adalah 'sanonto teppa' (sekarang waktu yang tepat).

Dilihat dari falsafah bahasa, keduanya mengarah ke sebuah perbuatan: sekaranglah waktu yang tepat untuk mengakui kesalahan. Dalam rangka apa, biasanya ketupat itu disajikan? Ketupat hanya dihidangkan oleh setiap keluarga orang Jawa dan Madura (Indonesia), pada saat perayaan Hari Raya Idul Firi. Pada suasana hari itulah mereka berkumpul dengan sanak saudara, tetangga, serta handai taulan, untuk saling mengakui kesalahan. Minal aidin wal faizin, saling memaafkan secara lahir dan bathin.

Di Jawa (baca: tempat penulis tinggal di Kabupaten Nganjuk) Ketupat disajikan bersama dengan 'emput' (sebangsa koya yang terbuat dari kedelai atau jagung tumbuk, yang dibumbui sehingga terasa manis, gurih, dan pedas). Tetapi ada juga yang memodifikasi rasanya menjadi asin, gurih, dan pedas sesuai selera.

Emput sang pendamping kupat ini, juga memiliki falsafah di dalamnya. Berasal dari bahasa Jawa 'saempute' yang artinya 'beserta dengan yang sekecil-kecilnya', jika bersanding dengan 'kupat' maka arti keseluruhannya adalah: ngaku lepat sak empute (mengakui kesalahan hingga kesalahan yang sekecil-kecilnya).

Muslimin-muslimat di Jawa (Nganjuk khususnya) sekarang (sebagian) tidak memahami tantang falsafah ini, selain dari mengetahui ketupat sebagai makanan khas Hari Raya saja. Padahal makanan yang dipopulerkan pertama kali oleh Para Wali tanah Jawa itu, penuh dengan tuntunan budi luhur yang adiluhung.

Jaman sekarang, ketupat sudah disajikan dengan berbagai macam sayur pendamping. Dengan sayur lodeh, dengan sayur bali, bahkan penulis pernah disuguhi ketupat dengan saos sambal pecel, lengkap dengan sayuran dan peyeknya (orang Blitar mengenalnya sebagai 'punten', mungkin juga berasal dari kata Jawa 'sepunten', yang artinya juga mohon maaf).

Inilah seketik-dua tulisan hasil dari pemahaman pribadi penulis, belum pernah dipublikasikan di media massa manapun juga. Boleh dibuktikan dengan aplikasi penunjuk pagiasi, tulisan ini benar-benar baru. Untuk kepentingan RWC (Ramadhan Write Challange), yang diselenggarakan oleh Komunitas ODOP (One Day One Post) tahun 2019. Semoga ada manfaat, dan kegunaannya di masa mendatang. Amiin.

Nganjuk, 17 Mei 2019

#RWCOdop
#onedayonepost
#Day15

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...