Jumat, 14 Juni 2019

Day21

Malam Bina Iman Dan Takwa
Oleh: Winarto Sabdo

"Siapa yang tau kepanjangan MABIT?!" tanya Pak Winarto Sabdo, di depan murid-muridnya, "Semua wajib menyebutkan apa yang terlintas di kepalanya, ketika bapak menyebutkan kependekannya!"

Suasana kelaspun mendadak menjadi ramai oleh bisikan-bisikan, dan cekikik pelan dari beberapa orang murid kelas IX-A SMPN I Kopling itu.

"Bapak akan mengurutkannya dari bangku depan sebelah kiri, ke kanan berlanjut ke bangku belakangnya, dan seterusnya sesuai pola," kata Pak Guru memberikan penjelasan, "Jika ada yang sudah mengetahui kepanjangannya, boleh mengangkat tangannya. Bagaimana, semua siap?!"

"Siap, Pak!" jawab murid-muridnya penuh semangat.

"Baiklah, kita mulai saja dari kamu Eny Siswanti. Apa kepanjangan dari MABIT?" tanya Pak Win yang hansome itu pada muridnya.

"Makan bibit, Pak!" jawab Eny dengan tidak yakin, disambut derai tawa seisi kelas.

Pak Win membuat isyarat kepada seluruhnya, agar tidak membuat ekspresi yang berlebihan atas jawaban teman-temannya.

"Kalau menurutmu, apa kepanjangan MABIT itu Nis?" tanyanya kemudian, pada Anis Hidayati teman sebangku Eny.

"Mobat-mabit...." jawab Anis pelan, dan kehebohanpun berlanjut di kelas itu.

Pak Guru menggeleng-gelengkan kepalanya, dia ingin ikut menertawakan jawaban muridnya itu. Tetapi sebagai seorang pendidik, dia sudah berkomitmen untuk selalu mempertahankan rasa percaya diri muridnya. Tidak menghakimi, yang bisa menjatuhkan mental kedepannya.

"Heru Sang Mahadewa, apa jawabanmu?"

"Emh, makan Biting Pak!" jawab Heru lantang, yang membuat seisi kelas terdiam karena kebingungan.

"Apa itu Biting?" tanya Pak Guru.

"Itu, Pak. Yang suka dijual di kedai seafood, yang ada supitnya itu loh." jelas Heru.

"Itu Kepiting!" seru Pak Winarto, sambil memegangi keningnya, "Kamu belum sarapan, ya?!"

"Hahahahha!" derai tawa teman-temannya, membuatnya menunduk malu.

"Sekarang kamu Novarina Dian Wardani, apa MABIT itu?"

"Mahasiswa Karbit, Pak!" jawab Nova tanpa basa-basi, semua yang di ruangan kelas itu bagai tercekat.

"Cita-citamu itu, ya?!" sambut gurunya.

"Wkwkwkwkwk!" semakin riuh rendah suasana kelasnya.

"Apa MABIT Yulia Ahkam Sandhi?"

"Makanan Adalah Berguna Intik Tubuh, Pak!" jawabnya, yang disambut dengan gelak tawa teman-temannya.

"Halah ngarang, kamu!. Benik Al Arif, apa jawabanmu?!"

"Mahasiswa Akan Bingung Ikut Transmigrasi!" jawab Benik polos.

"Aku juga akan bingung, kalau kamu ijut transmigrasi" jawab Pak Win, yang segera memicu keriuhan suasana.

"Eka Amelia!"

"Majalah Akademis Bagi Islam Terpadu!"

"Amelia Putri Hidayat, apa kepanjangan dari MABIT?" tanya Pak Guru Ganteng, melihat murid yang satu itu menguap.

"Mari Ajak Binatang Iguana Tampil!"

"Emang dia artis dangdut?!"

"wakakakakak!" semakin menggeloralah suasananya.

"Wali Min... apa jawabanmu?"

"Mahasiswa Anti Bid'ah Insan Terpuji!"

"Dwi Septiyana?!"

"Metabolisme Anti Boring Itu Tidur, Pak!"

"Dasar, tukang tidur!'

" Kwakwakwakwak!"

Rencananya semua murid akan diberikan kesempatan menjawab pertanyaannya, tetapi semakin kesini jawaban muridnya semakin tidak jelas.

Si Eko Endri Wiyono mejawab: Manunggaling Ahlak Binarengan Isining Takdir. Muhammad Septian Wijaya menjawab: Meningkatkan Antisipasi Belajar Indigo Terkutuk. Agus Heri Widodo menjawab: Musyawarah Anak Bangsa Indonesia Terpadu. Bahkan jawaban Ahmad Achmad Ikhtiar sungguh sangat mengerikan, yaitu Masyarakat Anti Bahagia Inginkan Tukartambah.

Winarto Sabdo berfikir, jika tidak segera mengakhiri forum tanya jawab ini. Dia akan pulang mengajar dengan kepala bengkak, lalu meledak dengan suara lagu "Burung Kakak Tua" keluar dari batok kepalanya. Akhirnya dengan tekad bulat, dan semangat pantang menyerah dia memutuskan. Untuk memberikan penjelasan kepada para siswanya itu, tentang apa sesungguhnya MABIT itu.

"Anak-anak, ternyata sangat sulit diterima jika kita beropini sendiri-sendiri, dengan teory kebenaran secara sepihak. Yang hanya kalian, dan Tuhan saja dapat mengetahuinya."

Semua murid begitu tenang menyimak perkataan gurunya, atau memang sudah kehilangan tawanya karena lelah.

"Oleh sebab itu, Bapak akan memberitahukan apa sesungguhnya singkatan dari MABIT itu. Silakan diingat-ingat, jika perlu kalian catat. MABIT adalah kependekan dari Malam Bina Iman dan Taqwa!"

Kelas tidak menjadi riuh rendah seperti bayangannya, bahkan tidak terdengar secuitpun suara. Pak Guru Winarto Sabdo menjadi keheranan, apa yang terjadi dengan para muridnya.

Ternyata, semua murid tertidur dengan pulasnya di bangku masing-masing. Mungkin mereka berharap akan membuat hati Pak Guru yang terkenal baik hati, tidak sombong, dan suka menolong itu trenyuh. Semua murid akan segera diselimutinya, diberikan bantal, dan guling yang terbuat dari bulu-bulu Angsa muda Kanada. Tapi ini tidak terjadi di alam nyata.

Guru killer itu segera mengambil pengeras suara di atas lemari kantor, menyetel bolumenya pada level maksimal. Lalu diarahkannya moncong soundbox itu, ke arah murifnya yang tertidur nyenyak. Dan dengan teriakan supersoniknya dia menyeru.

"Bangun kalian! Dasar tukang tidur! Awas ada bom! Kebakaran! Kebakaraaaan!!!"

12 murid pria melompat keluar dari jendela kelas, 6 pasangan keluar dengan bergendongan, sisanya menangis ketakutan didalam kelas. Bahkan ada yang tetkencing-kencing di celana, diiringi suara tawa ngakak sang guru durjana.

"Hwakakakak!"

-Tamat-

#RWCOdop2019
#onedayonepos
#Day21

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...