Sabtu, 22 September 2018

Permintaan Terakhir Erlita

Ini adalah berkah, seperti pepatah Inggris dream come true, mimpi yang jadi kenyataan. Bagaimana tidak, Erlita Ciicheweassoygebhoyy Cemunguutz (nama akun Facebook) itu mengajakku kopdar (bertemu) hari Minggu ini.

Erlita, adalah wanita yang baru saja Ku kenal di sosmed Facebook. Seorang janda cerai mati, yang memiliki seorang anak masih balita. Umurnya baru 26 tahun, dan tinggal di kawasan Porong Sidoarjo. Bahkan kemarin, dia sudah mengirimkan alamat rumahnya dan alamat pertemuan Kami.

Dua bulan yang lalu Aku meminta pertemanan denganya, setelah Aku tahu dia juga berteman dengan sahabatku. Permintaan pertemananku di confirmasi-   nya, dan kamipun mulai mengobrol tentang banyak hal di mesenger. Bahkan, hampir setiap ada kesempatan, Aku selalu menelponya atau membuat video call dengannya.

Di mataku, Erlita adalah sosok wanita yang sempurna. Wajahnya cantik, kulitnya putih, rambutnya panjang sepantat, dan cukup langsing untuk ukuran ibu - ibu yang sudah melahirkan. Dia cukup manja, suaranya lembut dan merdu, dan tawanya itu sungguh bagai lagu sang biduanita... 

Setelah beberapa hari berkomunikasi denganya, tumbuhlah benih - benih cinta di hatiku. Semakin hari semakin berkembang, bahkan seperti perasaan bujang tujuhbelasan di usiaku yang ke-48 tahun ini. Aku sungguh - sungguh jatuh cinta padanya, dan aku harus mengungkapkanya. Maka segera kutelepon dia, sebentar menunggu... akhirnya diterimalah panggilanku,

"Hallo... Assalamualaikuum Mas Win," terdengar suara lembutnya di telingaku,

"Waalaikumusalaam, Erlita. Apa khabar?"

"Aku baik Mas, bagaimana khabarmu?"

"Aku juga baik saja, mau ngomong sesuatu nih... Kamu ada waktu?"

"Emh... Kelihatanya serius banget ya, Mas? Oke, katakan saja, aku juga lagi santai kok "

"Begini... eh... kita kan sudah cukup waktu saling mengenal, diantara waktu yang cukup itu Aku merasakan sesuatu yang aneh di hatiku,"

"Aneh bagaimana, Mas ?! " kudengar nada bicaranya meninggi, "Apa Kamu tidak suka berteman denganku?"

"Bukan begitu maksudku, Er. Dengarkan dulu kelanjutan kataku, jangan dipotong begitu,"

" Baiklah, lanjutkanlah,"

" Sepertinya, Aku sudah jatuh cinta padamu, Er" sunyi... tidak terdengar lagi suaranya, akupun segera memastikanya lagi,

"Erli..., kamu masih mendengarkan?"

"Iya Mas"

"Kamu tersinggung dengan ucapanku? Atau kamu marah mendengar keterus teranganku?"

"Tidak Mas, Aku tidak marah pun tidak tersinggung. Aku hanya kaget, Kamu mengungkapkan perasaanmu secepat itu padaku,"

"Jadi... Bagaimana Er?"
tiba - tiba jantungku berdebar sangat kencang, aku takut mendengar suara penolakanya,

"Apa mas Win tidak akan menyesal mencintai Aku, seorang janda beranak satu,"
terdengar isakan dari suaranya, aku terkejut mendengarnya,

"Jangan menangis Er, Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Bahkan jika Kamu siap, tahun ini Aku ingin menikahimu" sunyi kembali, sayup isakan itu terdengar di telingaku, Aku kehabisan kata... sehingga tak sepatah katapun yang keluar dari bibirku,

"Baiklah, hari Minggu depan Kita ketemuan ya, Mas?" terdengar suara Erlita menjadi serak karena tangisnya, Aku mengangguk senang... Seakan Erlita bisa melihat kegiranganku,

"Baiklah... Dimana kita bertemu?"

"Akan kukirim lewat mesenger ya, Mas,"

Itulah sekelumit percakapan yang terjadi seminggu yang lalu, dan hari ini adalah waktu yang kami janjikan.

***

Pagi - pagi sekali, Aku sudah terbangun dari tidur. Tidak seperti biasanya, karena ini adalah hari paling spesial dalam hidupku. Oh Erlita, pujaan hatiku, tunggu kakanda datang ya sayang... seperti orang gila, aku berkata pada cermin di kamar mandiku.

Selesai mandi, segera kupersiapkan apa yang harus kubawa. Siapa tahu, setelah melihatku Erlita langsung menawariku menginap di rumahnya. Wkwkwk (tertawa jahat nan mesum)

Tempat pertemuan Kami adalah di Bungurasih (terminal Surabaya), 190 km dari rumahku di Nganjuk, dan hanya 10 km dari rumah Erlita. Aku menganggap adil saja pilihan pertemuan yang diberikanya, kan dari sana bisa langsung meluncur ke Kenjeran (obyek wisata pantai di Surabaya), wkwkwk (tawa jahat dan mesum lagi).

Dua jam perjalanan menggunakan bus terasa begitu lama, sepanjang perjalanan tak henti ku bayangkan wajah cantik Erlita. Sungguh seperti tertimpa bulan, jika dapat memiliki dia seutuhnya.

Jam 09:45 bus yang kunaiki memasuki Terminal Bus Purabaya, aku segera memastikan kedatanganya. Ternyata, dia sudah datang setengah jam yang lalu. Sungguh, type wanita yang sangat disiplin sekali.

Setelah turun dari bus, aku segera meneleponya,

"Alhamdulillaah..., Aku sudah sampai Er... Kamu dimana?"

"Alhamdulullaah Mas, aku ada di sebelah selatan terminal... Di depan Masjid," terdengar suara Erlita sungguh berbeda, tidak seperti suaranya yang biasa aku dengarkan. Tapi mungkin, karena bercampur bising suara kendaraan. Mungkin karena perasaanku saja.

Aku segera melayangkan pandangan ke sekitaran tempat yang dia tunjukkan. Karena memang, aku turun dari bus sebelum melewati Masjid terminal itu. Seharusnya, mencari orang seistimewa Erlita adalah sangat mudah. Erlita berambut sangat panjang, dan dari ratusan orang yang telah kulihat... tak satupun yang tampak seperti ciri - cirinya,

"Aku tepat di selatanmu, Er. Karena, tadi aku turun sebelum tempat penurunan penumpang," ku coba menjelaskan, sembari tetap mencari keberadaanya.

"Mas Win pakai baju warna apa ? Aku melihat seseorang dengan tas carrier memakai t-shirt putih apa itu Sampean?"


Reflek aku menoleh ke kiri, ke arah utara, pandanganku terantuk pada seorang wanita berjilbab yang berjalan ke arahku, kulihat diapun sedang menelepon

"Iya betul, Kamu audah menemukanku " kataku girang jsntungku berdegup kencang

"Cepatlah kesini, sudah pegel nih kaki... Dari sini kita nanti ke cafe depan terminal itu"

"Aku sudah disini, Mas" tersentak kaget aku, karena wanita berjilbab merah itu sudah berdiri tepat di sampingku

"Sampean siapa, Mbak?" tanyaku diantara keterkejutanku,

"Aku Erlita, Mas,"
bertambah terkejutku mendengar jawaban wanita itu.
Seorang wanita separuh baya, mungkin sekitar 40 tahun umurnya. Dan dia mengaku sebagai Erlita, aku takkan tertipu... Meskipun wanita itu membawa handphone miliknya. Aku sangat mengenali wajah Erlita, karena kami sering saling video call. Dan ini bukan Erlita, siapa wanita ini ???.

Seperti membaca kebingungan di wajahku, wanita itu segera menggamitku, mengajakku menepi dari lalu-lalang orang. Sementara kebingunganku semakin menjadi-jadi, karena wanita itu bersikap akrap sekali. Kamipun duduk di pinggiran trotoar bersandingan, entah mengapa sikapnya membuatku merasa nyaman.Walaupun jantungku semakin berdetak keras.

"Aku ibunya Erlita, Mas Win... Erlita yang memintaku menemuimu... " tiba - tiba wanita itu meneteskan air mata, dan tak sanggup meneruskan peekataanya

"Ada apa, sampai dia meminta Ibu menemuiku? Apakah Erlita sakit? Bisa saja dia batalkan pertemuan ini, Bu"

"Erlita sudah meninggal , Mas Win. Hari Jum'at yang lalu dia kecelakaan, tertabrak motor tepat di depan runah kami. Lukanya sangat parah... Dia tidak tertolong. Tetapi, menjelang ajalnya... dia berpesan kepadaku... Untuk menyampaikan salam terakhirnya, Erlita sangat mencintaimu Mas... " dengan terbata Ibu Erlita mencoba menyelesaikan ceritanya. Aku tersentak, bagdi mendengar petir di siang hari.

"Erlita... meninggal, Bu?!" tak terasa air mataku pun mulai menetes, terbayang wajah ceria Erlita yang centil dan manja

"Aku membaca pesan whatsapp dan mesenger di handphone milik Erlita ini, dan mencoba menunaikan janjinya Mas,"

"Sebelum hari na'as itu, dia bercerita padaku... Akan dilamar kekasihnya hari Minggu ini. Bahkan diapun bilang, kekasihnya seumuran dengan bapaknya. Tetapi kami, aku dan bapaknya... akan merestui siapapun pilihanya, karena dia baru sembuh dari depresi karena ditinggal meninggal suaminya, yang juga mengalami kecelakaan"

Seperti orang tak tahu malu, aku meraung - raung di tepi trotoar itu. Entah berapa lama aku menangis, ketika membuka mata... Aku sudah berada di ruangan Klinik Terminal, ditunggui oleh Ibunya Erlita disampingku

"Menginaplah di rumah kami mas Win, barang semalam atau dua. Temuilah Kanaya, anak semata wayang Erlita. Dia sudah diajari memanggilmu, Papa Win"
Akupun kembali menangis sejadinya, seraya memanggil nama Erlita...

"Erlita... Erlitaa... Erlitaaa... tunggu aku di pintu syurga sayaaang"

Nganjuk, 22 September 2018

10 komentar:

Nurul Hidayah mengatakan...

perlu dibaca ulang ... masih banyak taypo.

Nurul Hidayah mengatakan...

perlu dibaca ulang ... masih banyak taypo.

Uky mengatakan...

Typo banyaaaak banget...

Ceritanya bikin baper

Winarto Sabdo mengatakan...

seperti gelarku di odop nur... mr.typo, suwun wis mampir

Winarto Sabdo mengatakan...

ciyeee... yang mau jadi pemeran utama di cerpenku berikutnyaaa...trima kasih yaa Rizky (???)

Kartika noorhayati mengatakan...

Ceritanya sedih.. Tapi typonya agak sedikit mengganggu caakk

Evita FL mengatakan...

Pakdhe Win....ini beneran?

Winarto Sabdo mengatakan...

iya nih si typo seneng banget gangguin...suwun yo @tikaODOP ojo kapok mampir...

Winarto Sabdo mengatakan...

aah tentu tidak... masa meraung2 diterminal smp pinsan lagi... terima kasih @evitaODOP sudah berkunjung...

Evita FL mengatakan...

Nah kan kalau baca tulisan fiksi itu suka terkecoh karena saya selalu menulis non fiksi. Belum bisa fiksi. Keren Pakdhe ☺️

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...