Jumat, 12 Oktober 2018

Pacar Untuk Si Jomlo

Membaca berita tentang fenomena pacar sewaan yang sedang hangat di media akhir-akhir ini, sedikit banyak membuatku mengelus dada. Prihatin.

Dulu aku meyakini, urusan pacar adalah level sakral. Tidak bisa dibaurkan dengan aneka rupa kepentingan yang materiil. Namun nyatanya "keyakinanku" ini pun akhirnya tumbang di tangan para pebisnis pacar sewaan.

Anjriiit!

Bisnis sewa pacar ini membuat nilai seorang pacar turun drastis ke level yang sangat rendah. Dari “Pendamping hati” menjadi sebuah “komoditas” jual beli. (Quoteku). Dan yang pasti, bisnis ini tak lagi menjadikan pacaran tidak lagi sakral.  Pacar jadi tak ubahnya seperti Play Station, yang bisa disewa kapan pun setiap jam-nya (Bedanya, tak boleh mencolokkan stik dengan sembarangan).

Tapi, Fenomena ini memang kiranya sudah diramalkan. Dunia yang sedang start-up,  membuat segala sesuatu sangat mungkin untuk dibisniskan. Tak terkecuali pacar. Wajar toh, lha wong kita ini hidup di zaman di mana sebutir beras pun sudah bisa dipalsukan. Maka jangan heran jika pacar pun sekarang bisa disewakan. Tentu ini tak terlepas dari teori ekonomi supply and demand, di mana ada permintaan, di situ ada penawaran.

Tentu kita mahfum, karena zaman sekarang, pacar semakin sulit didapatkan maka tak aneh jika kemudian pacar menjadi barang sewa yang bisa dikomersilkan.

Bisnis pacar sewaan ini jelas bisa berjalan dengan baik, karena para pelaku bisnis ini sadar betul bahwa mereka menjalankan bisnis ini di atas prinsip perniagaan yang tepat. Mereka menyadari benar bahwa segala sesuatu yang terlalu mahal untuk bisa dibeli, biasanya selalu menyisakan celah untuk bisa disewakan. Uang memang yidak membwli cinta, tapi kalau untuk mwnyewanya masih bisa.

Mereka juga faham benar, bahwa para pria fan wanita jomlo yang sudah muak dengan ejekan teman-temanya... mereka akan berusaha mencari celah yang longgar. Rasa malu dan jengkel membuat mereka royal dan rrla merogoh kocek yang dalam... hanya untuk membuktikan bahwa mereka bisa, dan mampu mendapatkan seekor pacar, eh, seorang pacar. Yah, walaupun statusnya hanya nyewa.

Faktor-faktor itulah yang kemudian membuat bisnis pacar sewaan ini tumbuh begitu suburnya.

Menurut salah satu pengusaha pacar sewaan, omset bisnis ini sangat-sangat menggiurkan. Dalam satu hari, mereka bisa mendapatkan penghasilan kotor hingga dua juta rupiah, di mana nilai profit sharing-nya bisa mencapai 40-50 persen. Siapa yang tidak tergoda dengan jumlah sebesar itu?

Dengan omset segitu besar, tentu banyak orang yang tertarik untuk menggeluti bisnis pacar sewaan ini (bukan menggeluti pacar sewaanya). Tak terkecuali denganku. Jujur, aku sendiri sebenarnya pernah punya niatan untuk membuka bisnis jasa pacar sewaan ini. Untuk awal,  aku hanya sebagai inventaris, tapi nantinya... aku sendiri juga bakal turun tangan dengan menjadi pacar sewaan tersebut. Tapi kelihatannya itu bakal sulit. Mencari orang yang mau menjadikanku sebagai pacar secara gratis saja,  susahnya minta ampun...  apalagi mereka disuruh menyewa.

Untunglah, aku masih cukup sadar dan tahu diri, sehingga niatanku untuk membuka bisnis pacar sewaan hanya sekadar bayangan saja.

Karena bagaimanapun, bisnis ini jelas merusak semangat militan para jomlo ,dalam perburuan seorang pacar. Semangat membara seorang jomlo yang senantiasa berusaha keras mempraktekan alur metodis sebuah perburuan, yang diawali dengan penaksiran dan diakhiri dengan penembakan.

Tentu kita harus sadar, bahwa yang istimewa dari seorang pacar bukanlah kecantikan, kebaikan, atau perhatiannya. Lebih dari itu, yang paling istimewa dari seorang pacar sejatinya adalah... sensasi pada saat berjuang mendapatkannya. It’s all about the process, not the result. Dan bisnis sewa pacar ini telah merusak kerangka proses ini.

"Anjriiit!"

Aku berharap, para Jomlo yamg membaca tulisan ini sadar, dan tidak terpengaruh dengan promosi masiv bisnis sewa pacar yang ramai beredar di berbagai media sosial. Percayalah, lebih baik "menyendiri dalam kejujuran" daripada "punya pacar tapi penuh kepalsuan"

Sudah Jomlo, pendusta pula, apa yang bisa Sapean harapkan?

Dan untuk para  pebisnis pacar sewaan, ayolah, tak bisakah kalian mencari bisnis lain yang lebih menghormati kesakralan sebuah hubungan? Yakinlah, masih banyak kok ceruk usaha lain yang omsetnya tak kalah mengiurkan selain bisnis sewa pacar, misalnya membuka bisnis Kontak Jodoh, atau membuka Wifi Cafe, atau sepertiku nulis novel, terbitkan, berharap menjadi best seller... kaya deh.

Sedangkan untuk para pria atau wanita yang mau-maunya dijadikan sebagai obyek pacar sewaan. Segera sadarlah, kalian itu bukan pemain sinetron, yang bisa dengan begitu mudahnya diskenariokan di entertainment partikelir. Kalian itu terhormat, maka bersikaplah layaknya seperti insan yang terhormat. Ingatlah Uang tidak bisa membeli segalanya.


1 komentar:

ummuarrahma@gmail.com mengatakan...

Beneran ada yg begitu 😨 serem banget ya. Agak terganggu bahasa anjriit!

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...