Senin, 01 Oktober 2018

Perempuan Banjar Paseban The Series (Bagian 4)

Seorang pemuda tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya, wajahnya bersinar bagai rembulan. Kulitnya putih bersih, rambut ikalnya terikat indah denga iket¹ yang dikenakannya. Pemuda itu, sungguh sangat tampan sekali. Wajahnya sekilas mirip aktor Agus Kuncoro sewaktu muda, teyapi badannya seperti Ade Ray sang Binaragawan. Tak henti-henti Fathim mengagumi, sosok yang baru beberapa detik dilihatnya itu. Dan hatinya sudah berdebar-debar sedemikian rupa, pertanda apakah ini. Sengaja dia tidak mau mengakui kata hatinya, sesungguhnya dia telah jatuh cinta pada pemuda itu... sejak beberapa detik yang lalu. Belum puas rasanya dia memuji-muji ketampanannya, bersyukur atas nikmat rejeki bertemu dengannya. Ketika sebuah suara yang berwibawa, membuatnya tersentak dari lamunan.

"Maaf, Mbakyu. Apakah Anda tamu dari Surabaya, yang akan mengunjungi Banjar Paseban?" sungguh halus tutur katanya, betapa indahnya jika itu kata-kata rayuan uang terucap dari bibirnya. Yaa Alloh, betapa tampan dan gagahnya mahluk ciptaanmu ini. Kembali Fathim tersentak dari lamunannya, ketika pemuda itu kembali menegurnya.

" Mbakyu sedang melamun? Tadi ketika aku berbicara, apakaj Mbakyu mendenharkannya?" oh suara yang indah, apakah ini tanda-tandanya dia terserang hypotermia? Atau Imsonia? atau apa kek namanya, nagi Fathim jika mengagumi pria setampan itu disebut penyakit pun... dia akan dengan senang hati menerimanya. Dam Fathim hampir saja terpelanting jatuh, karena tiba-tiba saja... wajah pemuda itu sudah ada di depan hidungnya, memandang aneh padanya. Dia pun jadi kebingungan, tidal berkata sekecap kata pun.

"Mbakyu tidak apa-apa?" tetdengar susra pemuda itu sangat hawatir padanya, padahal jika diamati... wajah Fathim tidak terlihat pucat, sejingga tidak perlu dihawatirkan. Tapi wajahnya justru merona merah, seperti sudah bersembunyi tetapi ketahuan. Dengan terbata, dia mencobaenjawab kehawatiran pemuda itu.

" Oh tidak, aku tidak apa-apa kok... emh kamu tadi bolang apa?" tanyanya tanpa malu-malu. Mungkin pemuda itu akan mengira dia budeg, karena memang dia tidak memperhatikan bicaranya tadi... hanya memperhatikan wajah tampannya.

"Aku tanya, apakah sampean² adalah tamu dari Surabaya yang akan mengunjungi Banjar Pasenan?" pemuda itu mengulangi pertanyaannya.

"Iya... iya betul! Itu aku, namaku Fathim Anissa. Wartawati Super Press, dari Surabaya"

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...