Sabtu, 10 November 2018

Hikmah

Sebenarnya sangat malu menjalani hidup seperti diriku ini, menjadi kepala rumah tangga yang tidak bisa bertanggung jawab. Sudah setahun ini aku menganggur, setelah resend dari pekerjaanku di sebuah industri elektronik. Padahal, posisiku sudah sangat strategis dan sangat penting... menjadi Stock Manager (Manajer Pengadaan). Tetapi ketika Direktur baru yang menantu owner itu mulai menjabat di perusahaan, aku mulai merasa tidak nyaman dengan jabatanku.

Suatu saat dia memanggilku menghadap di kantornya, dengan alasan meeting stock. Tetapi ternyata, dia memerintahkanku untuk menyetujui sebuah proposal dari tender baru... dari produsen suku cadang, yang sudah kutolak beberapa kali proposalnya. Itu karena, barang yang ditawarkan kualitasnya jauh dari standart produk industri kami.

"Pak Mustakim, kali ini jangan menolak proposal ini ya? Pemiliknya, masih terhitung saudara dengan saya," kata Pak Willy, sambil menyodorkan sebundel packmap berwarna merah. Aku sudah pernah membaca proposal di dalam map itu, dan secara teknis aku sudah mengetahui maksud dan tujuannya.

"Tapi Pak, barang yang mereka tawarkan itu sangat jauh kualitasnya dari yang kita butuhkan" jawabku mantap.

"Halah, kenapa juga kalau memang kualitasnya rendah? Kita itu perusahaan, Pak. Keuntungan, adalah motivasi utama kita. Saya ini Direktur Operasional, Bapak adalah bawahan saya secara struktural. Memang Bapak punya akses langsung kepada Direktur Utama, tapi dia itu juga mertua saya!" nada bicaranya mulai meninggi,"Saya bisa saja, mengajukan reposisi (penurunan jabatan) atau mutasi (pindah tugaskan) Bapak pada Dirut... jika saya menganggap, Anda mempersulit kinerja team."

"Pak Willy jangan salah faham, saya tidak bermaksud ingin mempersulit teamwork. Justru, saya ingin menyelamatkan masa depan perusahaan kita ini. Bayangkan, beberapa saat kemudian setelah kita memakai suku cadang yang berkualitas rendah itu. Kualitas produk kita otomatis juga akan rendah, dengan produk semacam itu bisa mengancam kepopuleran nama baik perusaan. Kecuali, jika kita memang bermaksud menurunkan level produk, juga menurunkan harga jual produk. Kasihan para konsumen yang telah setia memakai produk bagus, tiba-tiba menjadi memakai produk yang unstandard. Nama perusahaan ini akan hancur, masyarakat tidak akan lagi percaya dengan produk perusahaan!" sekuat tenaga, aku mempertahankan prinsip perusahaan baik yang pernah dipesankan sang Dirut... saat mempercayaiku, menduduki posisiku yang sekarang.

Dari laci mejanya, dia mengeluarkan dua bendel besar uang ratusan ribu. Perlahan meletakkanya di depanku,"Ini titipan dari peserta tender yang Bapak tolak itu, 200 juta cash. Silakan ambil!" katanya kemudian,"Saya hanya ambil 300 juta, ini sisanya silakan ambil."

Aku tercenung diantara rasa terkejutku, rupanya dia mengajakku bermain curang. Rp.200 juta adalah jumlah yang sangat banyak, tetapi itu tidak akan cukup untuk membeli kejujuranku. Aku tidak mengambilnya, bahkan aku segera beranjak dari kursi dan pergi darinya.

Semenjak kejadian itu,, hubunganku dengannya bisa dibilang sangat buruk. Rossalina si sekretaris Pak Willy, tiba-tiba juga mulai memasang wajah acuh-tak acuh padaku. Aku tahu, memang dia dan Pak Willy melakukan perselingkuhan di kantor. Seorang office girl pernah bersumpah, tanpa sengaja melihat mereka sedang bercinta di atas meja kerja... di ruangan kantor Direktur Operasional, seusai jam kerja berakhir. Pak Willy memang terkenal sebagai Play Boy di kantor, bahkan sekretarisku yang berjilbab pun beberapa kali dirayunya. Annisa sekretarisku, menceritakan hal itu dengan deraian air mata. Sebelum akhirnya dia memutuskan untuk risend, setelah dia dipeluk dan diciumi si bangsat itu... ketika kusuruh mengantarkan berkas, kepada direktur operasional bejat itu.

Dan hari-hari semakin penuh konflik di kantor perusaan itu, alasanku untuk mengajukan surat pengunduran diriku. Direktur Utama pun memanggilku secara khusus, dan aku ceritakan semuanya. Beliau sebenarnya kekeh mempertahankanku, tetapi dengan teramat menyesal aku tetap pada pendirianku. Dirut menjabat tanganku dengan erat, memelukku dengan kuat. Seraya membisikkan sebuah kata di telingaku,"Kita akan tetap bekerjasama setelah ini Pak Mustakim."

****

Semenjak tidak lagi bekerja di perusahaan itu, dunia kepenulisanku kembali muncul. Dahulunya, aku adalah seorang novelist. Salah satu karyaku 'Butir Pasir Pantai Bromo' menjadi best seller, dan akhirnya dibeli seorang Produser Film. Dibuat Film layar lebar, dengan judul 'Ketika Pasir Bromo Berbisik'. Alhamdulillah, dari pembelian dan royalty karya tulisku itu... aku bisa keluar dari jeratan kekurangan. Aku bisa membeli sebidang tanah, dan mendirikan sebuah rumah bertingkat yang megah... lengkap dengan isinya. Mempunyai sebuah mobil hiclass yang mentereng, dan menikahi Bernardetta Oktaviany... seorang Pejabat penting, dari sebuah Bank Internasional. Yang akhirnya memutuskan untuk menjadi mu'alaf, ketika aku pertama kalinya mengutarakan cintaku kepadanya.

Siang itu, aku sedang menulis dengan laptopku. Hari Minggu yang cerah, menulis di teras samping rumahku memang sangat menyenangkan. Pemandangan yang menghadap ke taman dan kolam ikan, sungguh membuat inspirasiku terpompa keluar. Tetapi, saat istriku datang dengan segelas coklat hangat kesukaanku... akupun menghentikan aktifitasku.

,"Sedang menulis apa, Sayang?" tanya istriku setelah menyuguhkan minuman itu padaku. Aku menyeruputnya sedikit, kemudian memberinya isyarat untuk duduk di pangkauanku. Dengan wajah kegirangan, istriku pun segera bergelayut manja di pangkuanku. Beberapa ciuman kasih sayang, kudaratkan di pipi dan keningnya. Dia pun membakas mengecup kening, dan mengelus kepalaku.

"Sayang, kenapa tidak melanjutkan menulisnya?" tanyanya manja, aku segera mencubit gemas dagunya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Nanti pasti aku lanjutkan lagi, sekarang mood menulisnya lagi kalah sama kedatangan bidadariku," kataku mulai merayunya, Detta tersenyum bahagia, beberapa kecupan didaratkannya di pipiku. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba kami sudah saling pagut-memagut di atas karpet teras itu. Ketika gawai di samping laptopku tiba-tiba berdering nyaring, kami akhiri pergulatan itu dengan keterkejutan teramat sangat. Detta masih dalam posisi menindih tubuhku, saat kuraih gawai itu. Terpampang foto Pak Kwik Giantoro di penampang depan handphone itu, mantan Direktur Utamaku.

"Hallo, Pak Mustakim!" terdengar suara dari seberang sana,"Bisa saya ganggu sebentar hari Minggu Anda?"
Aku mendorong lembut tubuh istriku, baru sadar penampulannya sudah awut-awutan begitu. Dia mencubit pinggangku dengan keras, sebelum berlari kecil masuk ke dalam rumah.

"Iya, Pak. Silakan Pak, kebetulan saya sedang tidak beraktifitas apapun hari ini" jawabku sambil menoleh ke arah jendela kaca ruang tamu, disana tampak istriku sedang berkacak pinggang dengan wajah sewotnya.

"Syukurlah kalau begitu, Pak. Begini Pak, dalam setahun ini perusahaan mengalami penurunan penjualan. Banyak produk gagal, dan yang paling parah... banyak rekanan yang memutuskan kerja sama. Setelah saya selidiki, dan setelah saya terjunkan team investigasi. Tetnyata yang seperti Pak Mustakim bilang dulu, ini karena menantu saya terlibat penggunaan suku cadang palsu dalam produk kita. Saya sudah pecat dia, dan anak saya juga sudah menceraikan dia yg sudah selingkuh dengan sekretarisnya," terdengar dia mengambil nafas, dan kemudian lanjutnya,"Hari Senin, saya menunggu Bapak di Kantor saya. Saya berharap, Bapak sudi menerima tawaran jabatan baru untuk Bapak"

"Jabatan apa, Pak?" tanyaku dengan dada berdebar-debar.

"Menggantikan kedudukan Willy, menjadi Direktur Operasional merangkap Direktur Keuangan, saya akan memberikan gaji tiga kali lipat dari masing-masing jabatan itu. Rp.20 juta per bulan, pajak ditanggung perusahaan. Hanya satu keinginan saya, kembalikan kejayaan dan kredibilitas serta nama baik perusaan. Bagaimana, Pak Mustakim? Anda setuju,?" aku terperangah dalam kesukacitaan, bayangan menghapus gelar 'pengangguran' pun tampak begitu nyata.

"Setuju, Pak!" jawabku dengan mantao, hampir saja aku tak mendengar kat-kata terima kasih darinya.

Aku berlari ke dalam rumah, melompat-lompat kegirangan. Istriku nampak kebingungan melihat sikapku, hampir seperti orang ketakutan raut wajahnya. Apalagi ketika kugandeng tangannya menuju kamar tidur, dia meronta-ronta ketakutan.

"Sayang kenapa? Sayang ada apa?!" tanyanya memelas, aku segera membopongnya dan membisiki telingannya,"Mulai besok, aku sudah bekerja lagi sayang! Diangkat menjadi Manager Operasional dan Manager Keuangan, di perusahaan Pak Kwik Giantoro!"

"Terus? Apa hubunganya dengan membopongku begini?" tanyanya menjadi terdengar semakin lembut.

"Kita rayakan kebahagiaan ini, Sayang! Kita bercinta di sepanjang hari Minggu ini!" seruku, sambil mulai menciuminya. Detta tersenyum faham, dengan lembut dia memukul-mukul punggungku.

"Nakal... nakal... nakal... "

(Tamat)

6 komentar:

Sekolah kehidupan mengatakan...

Kejujuran itu sangat mahal. Tak terukur nilainya.

ummuarrahma@gmail.com mengatakan...

Hikmah terbaik dari kejujuran, meski ujian-ujian selalu mengiringi.

Winarto Sabdo mengatakan...

inggih mbak...

Winarto Sabdo mengatakan...

itu yang sedang aku pelajari dalam hidupku mbak...

Evita FL mengatakan...

Aih keren kali Pakdhe, sudah byk pake istilah asing. Tapi kli ini mau koreksi. Bukan masalah tipo tp salah penggunaan kata. Harusnya "resign" bukan "resend" atau "risend"

Winarto Sabdo mengatakan...

maaf... aku mendengarkan orang bicara...

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...