Jumat, 14 Juni 2019

Day17

Nuzulul Qur'an
Boleh: Winarto Sabdo

Dia adalah seoorang pemuda yang misterius, menempati sebuah rumah peninggalan leluhurnya di sudut desa. Usianya mungkin sekitar 30tahunan, tak seorangpun dapat menyebutkan dengan benar berapa umurnya.

Rumah besar itu berhalaman luas dan berpagar tembok tinggi di sekelilingnya, dengan berbagai tanaman buah, dan sayuran peninggalan orang tuanya. Dia beternak Ayam, Bebek, beberapa ekor Kambing, dan sepasang Sapi yang biasanya untuk membajak sawah. Hanya itu yang bisa terlihat dari luar pagar rumahnya, tetapi apa yang ada didalam rumah besar itu tidak ada yang mengetahuinya.

Keseharian pemuda yang dipanggil Nus itu adalah bertani, mencari rumput untuk ternaknya, dan berladang di sekitaran pekarangan rumahnya yang luas itu. Seorang pemuda yang sangat misterius, hampir sebagian besar rahasia tentangnya tidak ada yang mengetahui. Karena memang dia tidak pernah berusaha membangun komunikasi dengan tetangganya, bahkan jika ada yang mengajaknya berinteraksi sangat dihindarinya.

Dia adalah keturunan terakhir dari Raden Demang Hirosentono, sang pendiri, yang juga Petinggi desa pertama Desa Tulungan tempat tinggalnya itu. Setelahnya, tidak ada yang dapat memiliki harta berlimpah peninggalan leluhurnya itu.

Beberapa orang yang peduli padanya menawarkan gadis desa untuk dia peristri, mengingat usiannya yang sudah waktunya berumahgangga. Maksudkanya agar ada yang mengurusi, dan bisa menjadi temannya menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.

Tetapi pemuda yang mereka panggil Nus itu, dengan sangat sopan menolaknya. Dan memang yang seperti mereka lihat, tanpa temanpun dia sanggup menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Warga sekitar pun akhirnya segan, menawarinya untuk hidup berumah tangga.

*****

Suatu hari seorang penduduk Tulungan meninggal dunia, seorang pria tua yang tinggal di sebuah gubuk reyot di pinggir desa. Semua orang datang untuk memberi penghormatan terakhir, kepada orang tua yang tinggal sendiri dengan seorang cucunya itu. Mbah Darmo meninggal karena usia tua, meninggalkan cucu semata wayangnya yang bernama Lasmini. Seorang gadis yang bisu dan tuli, walaupun paras wajahnya sungguh cantik jelita.

Seusai prosesi penguburan, beberapa orang masih berkumpul di rumah itu. Ada Pak Kasun (Kepala Dusun) beserta istrinya, dan beberapa penduduk tetangga sekitar rumah itu. Tampak juga Nus diantara mereka, dialah yang semenjak mendengar tentang kematian Mbah Darmo bertahan disana. Dia hanya pulang sebentar, untuk memastikan hewan-hewan peliharaannya saja.

Dahulu pernah tersiar khabar, Nus dan Lasmini berpacaran. Sebelum Lasmini jatuh sakit keras, yang tiba-tiba menghilangkan kemampuannya mendengar dan berbicara. Orang menduga, Jin telah mengganggunya karena dia berpacaran dengan Nus. Saat itu memang santer tersiar khabar, pemuda pendiam itu sudah diperistri Jin betina. Oleh karena itu, kakeknya melarang gadis itu melanjutkan hubungannya dengan pemuda itu.

Pak Kasun tiba-tiba duduk disamping Nus, dengan lembut merangkul bahu pemuda itu.

"Nus, bolehkah kami bertanya padamu?" tanya Pak Kasun.

"Bertanya apa, Pak? Jika mampu menjawabnya, tentu akan saya jawab." jawab pemuda pemalu itu, sambil menunduk memandangi ujung kakinya.

"Kamu dulu pernah dekat dengan Lasmini, bukan?"

"Iya, Pak." jawab pemuda itu, suaranya hampir tidak terdengar mereka yang ada disitu.

"Kami pernah mendengar, dulu Mbah Darmo melarangnya berhubungan denganmu," kata Pak Kasun sambil melepaskan rangkulannya dari bahu Nus, karena dia melihat ketidaknyamanan pemuda itu dengan rangkulannya, "Bagaimana, jika sekarang kaliqn lanjutkan lagi hubungan kalian? Bukan karena Mbah Darmo yang melarangnya sudah meninggal dunia, tetapi ini demi kelanjutan masa depan Lasmini."

"Kalian tidak mengetahui yang sebenarnya, sesungguhnya Lasmini tidak seperti yang kalian ketahui selama ini." jawab Nus dengan suara dan karakter yang berbeda, seperti yang mereka tahu selama ini.

"Apa yang belum kami ketahui, Nak?" tanya Pak Sumo tetangga Lasmini, terpancar keheranan di wajahnya.

"Lasmini hanya bersandiwara kepada kakeknya, huga kepada kalian semua. Karena dia tidak menjadi bisu dan tuli karena penyakitnya, tetapi karena dia sengaja melakukan perintah dari kakeknya."

"Apa katamu?!" seru Pak Kasun terkejut, juga beberapa orang yang ada di depan rumah Mbah Darmo itu.

"Iya, Lasmini selama ini hanya menjalani sandiwaranya saja. Dia tidak bisu, dan dia tidak tuli. Dia melakukan sandiwaranya itu, karena dia mengetahui sebuah rencana dari kakeknya."

"Rencana apa? Mbah Darmo merencanakan apa, kepada cucu satu-satunya itu Nus?" tanya Pak Kasun.

"Mbah Darmo ingin menjodohkan Lasmini, dengan Pak Dayat yang kaya raya itu. Bahkan, dia juga yang melemparkan fitnah padaku menjadi suami Jin!." kata Nus, sambil berjalan berkeliling di tempat itu, "Untunglah Lasmini mengetahuinya, dan menceritakan semuanya padaku. Kemudian kami bersepakat melakukan rencana ini, karena kami tahu Pak Dayat hanya menyukai wanita yang sempurna."

"Astaghfirullahaladzziim, jadi seperti itu ceritanya? Kalian telah menyimpan rahasia ini kepada kami, selama lima tahun lamanya?" tanya Pak Kasun dengan tatapan haru, "Jadi, selama ini sesungguhnya Lasmini tidak bisu dan tuli?!"

Nus menganggukkan kepalanya dengan pasti, seraya menoleh ke arah dalam rumah dan berteriak memanggil.

"Lasmini!"

Dari dalam rumah, dengan tergopoh Lasmini diikuti para wanita lainnya keluar. Semua tampak terlihat terheran-heran, setelah menyadari siapa yang berseru dengan keras baru saja.

"Kamu yang berteriak memanggil Lasmi, Nus?" tanya Bu Kasun.

"Iya, Bu. Maafkan saya, karena malam ini kami akan ungkapkan satu rahasia kepada kalian semua warga desa Tulungan!" kata Nus sambil membuat isyarat kepada Lasmi, agar gadis itu berdiri disamping kiri tubuhnya.

Dengan tanpa basa-basi, gadis berkerudung itu berlari kecil ke tempat yang diinginkan Nus. Semua yang menyaksikan terhenyak, ini adalah sesuatu kejadian yang sama sekali tidak ada dalam benak mereka.

"Lasmini bukan gadis bisu dan tuli!" seru Nus, sambil mempersilakan Lasmini membuktikan kata-katanya.

"Maafkan saya!" kata Lasmini dengan keras dan jelas, semua yang mendengarnya tercengang.

"Dan sebenarnya, Mbah Darmo di penghujung sakitnya. Sudah merestui kami, untuk melangsungkan peenikahan. Hal ini disaksikan langsung oleh Pak Modin (ketua keagamaan desa) beserta istri, dan juga oleh Pak Sunoto beserta istrinya, mereka dua minggu yang lalu diunxang secara khusus, untuk membicarakan hal ini. Silakan diperkuat perkataan saya, Pak!" kata Nus diujung pemberitahuannya, dan orang yang disebutkannya keluar dari kerumunan.

"Memang benar apa yang disampaikan Nus, kami yang disebutkannya tadi telah bersaksi dengan kata-kata Mbah Darmo sebelum meninggal.$

Seketika hebohlah suasana di halaman rumah kecil itu, beberapa celotehan dahur menyahut, menyambut tersiarnya berita yang mengejutkan itu.

" Jadi, kapan mereka akan dinikahkan Pak Modin?" tanya seseorang dari dalam kerumunan.

"Insyaalloh, setelah Hari Raya Idul Fitri tahun ini!"

Keriuhanpun terulang, beberapa orang terdengar mengusulkan agar pernikahan disegerakan. Membuat sepasang sejoli itu memerah mukannya, tidak lagi bisa menahan rasa malunya.

"Sekarang semua sudah mendengar sendiri. Semua sudah mengetahui sendiri, tentang sesuatu yang tidak disangka-sangka ini." kata Pak Kasun, "Selanjutnya mari kita do'akan, semoga kelak proses pernikahannya semua lancar!"

"Amiin!" teriak mereka dengan wajah gembira.

"Nah, sekarang mari kita peringati kematian Mbah Darmo ini sudah membawa berkah kepada cucu tercintanya ini. Mari kita semua masuk rumah, dan mengirimkan do'a untuk sesepuh dan leluhur kita.!"

"Setuju!" jawab mereka serempak, dan bersiap-siap masuk rumah. Ketika tiba-tiba terdengar sebuah pertanyaan, dari seorang wanita dari kerumunan itu.

"Tunggu dulu!"

Semua orang menghentikan gerakannya, sambil menoleh ke arah sumber suara.

"Ada apa, Yu Minuk?! Mengejutkan saja!" tanya Pak Kasun, yang kebetulan berada didekat Yu Minuk.

"Aku hanya ingin bertanya, sesungguhnya siapa nama lengkapmu Nus?!"

Suasana tiba-tiba menjadi hening, bahkan seakan nyamuk pun berhenti berdengung. Ketika pemuda tampan itu maju hendak memberikan jawaban, karena memang hanya dia satu-satunya yang tahu nama lengkapnya.

"Nama saya adalah Nuzulul Qur'an!"


-Tamat-

#RWCOdop2019
#onedayonepost
#Day17

Tidak ada komentar:

Tehnik Membuat Paragraf Awal

Menulis cerita pendek membutuhkan teknik khusus. Kenapa? Kembali ke definisi, cerita pendek adalah cerita yang habis dibaca dalam sekali dud...