Anak Ayam :
"Mak, kita semua kok namanya sama, yaitu: AYAM. Gak seperti Manusia, masih kecil sudah punya nama :
Suden Basayev, Lutfi Yulianto Iyan, Muhammad Septian Wijaya, Heru Sang Mahadewa, Agus Heri Widodo, Wali Min, Dwi Septiyana, Zen, Winarto Sabdo , Nining Purwanti, Savitri Mutia Agustine, Dita Dyah Kimiyuki, Hiday Nur R, Novarina Dian Wardani, Eny Siswanti, Benik Al Arif, Yulia Ahkam Sandhi, Yunita Nurmalasari, Eka Amelia, Eko Endri Wiyono, Rina Herawati, dan lainnya.
Induk Ayam :
"Nak, manusia yang masih hidup namanya memang banyak, tapi nanti kalau sudah mati,
namanya hanya satu, yaitu: MAYAT."
"Beda dengan kita, kalau kita sudah mati, baru namanya banyak."
"Ada yang namanya:
Ayam Goreng, Ayam Bakar, Ayam Panggang, Ayam Pop, Ayam Penyet, Sate Ayam, Opor Ayam, Gulai Ayam, Soto Ayam, Ayam Rendang, Lodo Ayam, Asem-asem Ayam, Bubur Ayam, Ayam Kecap, Ayam Betutu,
Ayam Rica-rica, Ayam Kremes, dan banyak lagi."
Anak Ayam: "Oh begitu, Mak?"
Induk Ayam:
"Iya, jadi nggak boleh iri ya sama Manusia. Mereka itu nggak berguna kalau sudah mati, sebaliknya kita ini berguna kalau sudah mati. Bisa ditempatkan di mana saja, bisa di restoran-restoran besar dan kecil, dan juga bisa di warung-warung makan. Kalau manusia tempatnya cuma satu, di KUBURAN."
Filosofinya, bahwa manusia kalau sudah MATI tidak ada artinya lagi, dan hanya Amal Baik yang dibawanya kembali kepada TUHANNYA.
(Disalin dari Tribun Pos, dengan beberapa penyesuaian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar